BALURAN-(IDB) : Kepala
Sataf Umum TNI Marsekal Madya TNI Daryatmo, S.IP melakukan kunjungan
kerja ke Pusat Latihan Tempur Korps Marinir Baluran, Karangtekok,
Situbondo, Kamis, (28/2).
Dalam
kunjungannya kali ini, Kasum TNI didampingi Komandan Kodiklat TNI
Mayjen TNI Chaidir Serunting Sakti, M.Sc, Waasops Panglima TNI Laksma
TNI Widodo dan Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) Siswoyo Hari Santoso.
Kedatangan
Kasum TNI tersebut disambut oleh Komandan Puslatpur Baluran Mayor
Marinir Agus Gunawan Wibisono dan beberpa pejabat dari Pasmar-1,
Kodiklat TNI, Divisi-2 Kostrad, Koopsau-2, Armatim serta Pemda Kabupaten
Situbondo.
Kunjungan
Kasum TNI ke Puslatpur Baluran tersebut dalam rangka mengecek kesiapan
sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam latihan gabungan TNI
tahun 2013. Kunjungan diawali dengan melihat pantai Banongan yang akan
digunakan sebagai tempat pendaratan amfibi, kemudian dilanjutkan dengan
meninjau pelabuhan Jangkar yang akan digunakan untuk bongkar umum, usai
dari pelabuhan Jangkar dilanjutkan dengan mengecek kesiapan Mess Keris
Samudera yang akan digunakan sebagai sarana pendukung dalam Latihan
Gabungan TNI 2013.
Dalam
kesempatan tersebut, Kasum TNI beserta rombongan juga meninjau daerah
yang akan digunakan sebagai tempat manuver pasukan dan Alutsista TNI
dari titik tinjau T.12, setelah meninjau dari T.12, Kasum TNI meninjau
Mako Puslatpur Baluran dan barak pasukan.
Seluruh
rangkaian kunjungan diakhiri dengan pelepasan oleh Komandan Puslatpur
Baluran beserta pejabat laiinya, setelah sebelumnya Kasum TNI menerima
jajar kehormatan dari para prajurit Puslatpurmar Baluran.Kasum TNI beserta rombongan kemudian bertolak ke Surabaya dengan menggunakan Helly Super Puma milik TNI AU.
Sumber : Kormar
Pantai Banongan dan Karangtekok, Asembagus penuh kenangan
BalasHapusDiantara beberapa kenangan adalah melihat serta menyiapkan Demo penembakan target dengan peluru kendali "Smart" dengan hasil "Bull Eyes" alias tepat sasaran ( saya siapkan dari handuk hotel karena berwarna orange), dimana peluru kendali tersebut dilepas dari pesawat tempur A-4 Skyhawk 8(delapan)Km sebelum sasaran (target) kemudian rudal tersebut dipandu dengan laser range finder menuju ke titik target.
Demo beberapa alutsista jadul namun setelah diretrofitting kembali menjadi Alutsista gahar dan sampai sekarang tetap menjadi andalan pada sistem pertahanan kita.
Diantaranya adalah : PT-90 ( dari meriam 76 mm di up gunning jadi 90 mm Cockeril dg peluru APFDS), Tank AMX-13, BTR-50, dan Meriam S-60 57 mm yang dijadikan composit dengan rudal QW dan GiantBo 23mm buatan China yang sering macet.
Jadi jangan meremahkan alutsista jadul yang sudah di retrofitting atau di refurbish karena material Alutsista tersebut telah mengalami perubahan dan peningkatan kemampuan beberapa kali lipat dari aslinya.
Contoh konkrit sebentar lagi kita akan memperoleh pesawat F-16 yang sudah tersimpoan lama sekali di gurun pasir AS dan kemudian di refurbish ( dihidupkan) lagi namun avioniknya sudah ditingkatkan kemampuannya menjadikan F-16 tersebut masuk ke F-16 blok 32 kalau ditingkatkan menjadi blok 52 seperti yang dilaksanakan oleh IAI ( Israel Aircraft Industries) menjadi blok 52.
Dengan melakukan retrofitting dan refurbishment maka alutsista tetap dapat di fungsikan lagi, dan lebih ampuh performance tempurnya dan dengan biaya yang sangat minim dibanding kalau membeli material baru.
Contoh dengan retrofitting tank AMX -13 biaya yang dikeluarkan hanya sebesar 30% dari pada membeli tank baru.
Alhasil, dengan persediaan material lama yang banyak dimiliki TNI ex Rusia kita dapat menghemat anggaran yang dapat dipakai untuk pembelian / pengadaan yang lebih strategis.
Dari aspek SDM akan terjadi peningkatan profesional karena SDM jkita dapat ikut langsung terlibat pada proses kegiatan tersebut yang 100% dilaksanakan di dalam negeri. seperti yang sudah menjadi kenyataan selama ini.
Tinggal pelaksanaan refurbish motor roket rudal-rudal Rapier, RBS-70, meriam L-70 40mm Superfleddermuse, Exocet MM-38, Harpoon, yang tidak dilaksanakan karena kesulitan pengadaan Propelan. Makanya mana yang sering mengatakan bahwa kita sudah mempunyai pabrik Propelan di Bontang, Subang? Mengapa hasil propelan tersebut tidak dipakai untuk merefurbish motor roket rudal kita, kan lumayan.
Namun kalau teknologi pembuatan Propelan yang 100 % buatan lokal yang sudah terbukti secara empiris bagus ini dijadikan pertimbangan kita sebenarnya dapat melakukan penghematan anggaran belanja dan secara detterent kita mempunyai nilai lebih secara strategis dg mengembalikan alutsista yang tergolong jadul.
Tapi buat mereka yang belum pernah melihat apalagi terlibat dalam kegiatan retrofitting, refurbish tentu akan mencemooh denga kalimat satire, ya, maklum mereka belum mengerti dan tahu pelaksanaannya dan hasilnya terutama ano-anao yang lucu yang suka galak tapi fans berat googling dan wak wiki.
Mungkin hal ini hanya akan jadi cita-cita atau lamunan saya saja yang gandrung dengan teknologi tinggi dengan mengimplementasikan ToT secara riil / nyata dan dengan anggaran yang sangat ekonomis.
Boler berkoaaarrr
BalasHapus