Kamis, Februari 07, 2013
3
JAKARTA-(IDB) : Pesawat tempur TNI AU jenis Hawk 100 milik Skuadron 12 gagal lepas landas di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru pada Selasa 5 Februari 2013. Namun hingga kini masih belum diketahui penyebabnya.

Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan pesawat milik TNI AU, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia akan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Khusus menangani satuan terbang dan kerja.

"Ya, memang TNI AU dihadapkan kepada tugas yang cukup berisiko tinggi dan kita paham bersama, maka kita membentuk satuan tugas yang khusus menangani satuan terbang dan kerja selain tugas dan tanggung jawab yang melekat kepada komandannya," kata Bagus Putu di sela-sela Rapim TNI AU di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (6/2/2013).

Menurutnya, hingga saat ini timnya masih menyelidiki apa penyebab dari kejadian gagal terbangnya pesawat TNI AU di Pekanbaru, Riau. "Kita mencari akar permasalahannya dan kemudian kita ambil tindakan-tindakan apa yang seharusnya dan mudah-mudahan itu tidak terjadi dikemudian hari," harapnya.

Dia mengungkapkan, pihaknya bersyukur awak pesawat yang mengendarai pesawat tempur TNI AU jenis Hawk 100 milik Skuadron 12 itu bisa selamat dan tidak ada masalah yang berarti. Begitu juga dengan pesawatnya hanya mengalami masalah di sistem pengeremannya saja.

"Mudah-mudahan di dalam rapim kali ini kita juga membahas yang terkait dengan kecelakan-kecelakaan itu. Artinya kita harus mencari akar permasalahannya. Sehingga kita bisa menyimpulkan secara bulat dan dapat mencari solusinya," jelasnya. 




Sumber : SCTV

3 komentar:

  1. itu artinya pesawat minta diganti dengan yang jenis baru
    klo terus di paksakan yang jadi korban ya pilot jg......
    mati bukan karena dlm keadaan perang tapi karena alutsista nya yang sudah sepuh...

    BalasHapus
  2. AS itu alutsista juga sudah banyak yg tua umurnya, namun karena aspek harwat terpenuhi dan disiplin tinggi, maka zero accident tercapai.
    Bagaimana dg kondisi kita???
    Di AS kebanyakan sistim harkan level 3 dan 4 sdh banyak dikontrakkan ke perusahaan swasta karena hitungan ekonomis dan readiness ops tercapai. Level 3 OH (over haul) sedang Level 4 ( depo, mod=modifikasi).
    Maka sektor pemeliharaan dan perbaikan di AS sangat subur dan mereka mendapat sertifikat sesuai kemampuan pekerjaan setelah melalui audit yg ketat. Lha kalau disini, sertifikat dpt didapat tanpa audit yg penting wani piro, belum kelengkapan laboratorium dan workshopnya, saya saja pernah audit nggak tahunya osciloscope pinjaman dari...... Begitu pula alat yg lain yang asli cuma ACO dan piranti solder....... Hemm......
    Disamping itu, banyak pekerjaan reparasi sub sistim elektronika dimana sang user tdk punya wiring diagram yg dipunyai hanya blok diagram saja.
    Karena waktu kontrak pengadaan hal demikian tidak masuk yg harus diberikan oleh penjual. Isinya cuma garuk-garuk kepala, nasib....nasib. Ada kejadian, perangkat simulator avionik pesawat tidak ada manual booknya, tidak ada petunjuk yg lain, secara filling peralatan itu seharusnya dpt difungsikan, akhirnya saya nekad ditemani 2 SDM jebolan Polyteknik Elektronika kita amati, kita teliti sambungan antar kabel yg ada, kita coba dg test seadanya setelah berkutat selama seminggu tanpa lelah, peralatan tsb dpt kami fungsikan. Begitu Bulenya datang, bastard ....you, sambil tertawa dan menjabat tangan kita bertiga.
    Sejak kejadian itu, dia sangat bersahabat dan mau memberi info perihal sistim.

    BalasHapus
  3. abz pengen jadi tentara modalnya juga banyak mas bole buat nyogok,mulai dari kelas Tamtama sampek Akademi semua pake sogok2an.makanya ketika jadi ya mereka cari cara buat balikin modal.Temen ane bapaknya salah 1 awak KRI FPB-57,kalo abz sandar gitu mesti ada sisa solar di bawa pulang,cat kapal di bawa pulang,kapal cuma di cat yg bagian luar aja,yg keliatan mata.nie salah satu contoh'e mas bro.

    BalasHapus