JAKARTA-(IDB) : Empat pesawat latih Grob G-120-TP buatan Jerman akan tiba di Indonesia
pada Mei 2013 untuk memenuhi kebutuhan sekolah penerbang TNI Angkatan
Udara, kata Komandan Komando Pendidikan Angkatan Udara Marsekal Muda TNI
Ida Bagus Anom.
"TNI Angkatan Udara (AU) membeli total 18 pesawat Grob G-120-TP dari Jerman, tetapi pesawat tersebut dikirim ke Indonesia secara bertahap hingga 2014. Pada tahap pertama akan tiba empat pesawat," katanya di Yogyakarta, Jumat (8/2).
Menurut dia usai memimpin serah terima jabatan Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Adisutjipto dari Marsekal Pertama TNI Abdul Muis kepada Kolonel Pnb Agus Munandar, pesawat Grob itu akan menggantikan pesawat Bravo.
"Pesawat Grob itu untuk menggantikan pesawat Bravo yang usianya sudah 30 tahun. Selama ini sekolah penerbang TNI AU menggunakan pesawat Bravo untuk melatih calon penerbang," katanya.
Ia mengatakan TNI AU memilih pesawat Grob karena merupakan pesawat tersebut dinilai yang terbaik untuk sekolah penerbang. Pesawat Grob mampu melakukan manuver yang cukup ekstrem.
"TNI AU sebenarnya membutuhkan 24 pesawat Grob untuk sekolah penerbang, tetapi baru dapat dipenuhi 18 pesawat. Kami berharap DPR RI nanti menyetujui pembelian pesawat lagi," kata Anom.
Mantan Danlanud Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Abdul Muis selanjutnya akan menjabat Wakil Asisten Operasi (Waasops) Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).
Danlanud Adisutjipto Kolonel Pnb Agus Munandar sebelumnya menjabat Perwira Bantuan Staf Personil Operasi Angkatan Udara (Paban SPOPAU).
"TNI Angkatan Udara (AU) membeli total 18 pesawat Grob G-120-TP dari Jerman, tetapi pesawat tersebut dikirim ke Indonesia secara bertahap hingga 2014. Pada tahap pertama akan tiba empat pesawat," katanya di Yogyakarta, Jumat (8/2).
Menurut dia usai memimpin serah terima jabatan Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Adisutjipto dari Marsekal Pertama TNI Abdul Muis kepada Kolonel Pnb Agus Munandar, pesawat Grob itu akan menggantikan pesawat Bravo.
"Pesawat Grob itu untuk menggantikan pesawat Bravo yang usianya sudah 30 tahun. Selama ini sekolah penerbang TNI AU menggunakan pesawat Bravo untuk melatih calon penerbang," katanya.
Ia mengatakan TNI AU memilih pesawat Grob karena merupakan pesawat tersebut dinilai yang terbaik untuk sekolah penerbang. Pesawat Grob mampu melakukan manuver yang cukup ekstrem.
"TNI AU sebenarnya membutuhkan 24 pesawat Grob untuk sekolah penerbang, tetapi baru dapat dipenuhi 18 pesawat. Kami berharap DPR RI nanti menyetujui pembelian pesawat lagi," kata Anom.
Mantan Danlanud Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Abdul Muis selanjutnya akan menjabat Wakil Asisten Operasi (Waasops) Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).
Danlanud Adisutjipto Kolonel Pnb Agus Munandar sebelumnya menjabat Perwira Bantuan Staf Personil Operasi Angkatan Udara (Paban SPOPAU).
Sumber : Republika
biar bravo akan groundid tetap terkenang sepanjang masa selamat datang grob
BalasHapussiiip...siiip....
BalasHapussudah waktunya Bravo n Charli juga di ganti,kasian buat masuk AAU sudah nyogok ratusan juta tapi cuma buat setor nyawa karena alutsista sepuh,bukan karena perang..
Ngomong - ngomong pabrik pesawat Grob ini ternyata pekerjanya hanya 140 orang. Bandingkan dg PT DI kita yang ribuan.
BalasHapusApa ada SDM yg terlibat di pabrik ini orang Indonesia,ya? soalnya di pabrik "Dornier" Jerman, yg sekarang hanya menjual rancang bangun pesawat masih ada orang Indonesianya dan mempunyai posisi tinggi.
sudah jadi rahasia umum kang bole kalo pekerja indonesia dlm tanda kutip buruh produktifitasnya rendah sekali tapi gaji minta tinggi.
BalasHapusLol ....kok yg datang capung lagi
BalasHapusapakah ini pesawat buat team aerobatic juga??
BalasHapusAtau hanya sekedar pesawat latih??
Pesawat latih gan...pengganti bravo yg dh tua.
BalasHapusBuat latih dasar para karbol d adisudjipto jogja
yah daripada dari korea mendingan cari dari jerman bisa tambah ilmu dan diversifikasi pesawat. saya yakin pak sby cerdik lah
BalasHapusBung Boler ane setuju sama pendapat Ano 20.44. kenyatannya emang begitu. Ketika udh dikabulin gaji gede tetep aja mereka pada kaga produktif. Akhirnya ane kasih aja peraturan yg tinggi biar produktifitas mereka menjadi tinggi. perusahaan udh kasih lebih sekarang gantian perusahaan menuntut hasil lebih. Tdk memuaskan keluar.
BalasHapus