Rabu, Februari 20, 2013
26

BANDUNG-(IDB)Setelah sukses melahirkan N-250 Gatotkaca dan Krincing Wesi pada Agustus 1996, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di bawah besutan BJ Habibie pernah berencana melahirkan prototipe pesawat lebih maju. 

Habibie mendesain pesawat penumpang komersial bermesin jet asli karya Indonesia, yakni N-2130 yang rencananya beroperasi mulai 2005 lalu. Pesawat N-2130 berpenumpang 130 orang ini dikonsep memiliki pasar serupa dengan pesawat Boeing seri 737-500 atau Airbus seri A320. 

Direktur Utama PT DI Budi Santoso bercerita, rencana BJ Habibie kala itu membuat raksasa produsen pesawat dunia yaitu Boeing dan Airbus ketar-ketir.

"Dikembangkan pasca N-250. Mungkin kesalahan ini mengembangkan N-2130. Mulai masuk pasarnya Boeing. Mungkin waktu IMF masuk ke sini, pesan sponsor di sana tolong matikan," tutur Budi kepada detikFinance di Kantor Pusat PTDI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).

Budi memprediksi, Seandainya waktu itu proyek pesawat jet N-2130 tidak dikembangkan, pesawat penumpang bermesin propeler yakni N-250, mungkin tidak akan mangkrak seperti saat ini.

"Kalau ini (Boeing dan Airbus) terganggu pasarnya. Mulai gunakan politik mematikan. Mungkin kita kalau nggak bikin N-2130, N-250 bisa jadi (berhasil) karena itu (N-250) bukan pasarnya perusahaan besar. Bukan pasar Airbus dan Boeing," cetusnya.

Hari ini, proyek N-2130 hanya tinggal secarik kertas yang tak pernah terwujud barangnya. Di ruang pamer pesawat PT DI terdapat prototipe N-2130 yang belum selesai dikembangkan. 

Budi menuturkan, dengan nilai uang saat ini, biaya mengembangkan N -2130 versi terbaru setidaknya mencapai US$ 6 miliar hingga US$ 10 miliar.

"N-2130 hanya jadi kertas saja. Bikin baru seperi ini (N 2130) perlu US$ 6 miliar-US$ 10 miliar. Itu harga tahun ini, kalau harga tahun itu berbeda (dulu senilai US$ 2 miliar)," cetusnya.






Sumber : Detik

26 komentar:

  1. Itu betul seperti yang pernah saya dengar mulutnya MR. Mike Lecock begini ; " Mas siapa yang nggak kenal dengan MR. Habibie pakar Dirgantara Dunia, dimana setiap pesawat yang di produksi di Eropa pasti memakai rumus hasil perhitungan beliau yang bersifat universal, tapi mas, kalau urusan produksi pesawat kayaknya harus berhadapan dengan industri raksasa dunia" Dan.......ternyata ucapan ybs terbukti untuk produk N-250 " Gatotkoco " nggak dapat Sertifikasi Kelayakan FAA, yang di dapat Sertifikat masyarakat = "gagal total kakean cocot " " Sing teko ora tuku sing tuku ora teko-teko" Prihatin saya.

    BalasHapus
  2. Biang keladinya IMF,lewat pesanan BOING DAN AIRBUS..persaingan dagang dan politik,biar negara berkembang(negara ke 3)tetap berkembang...dijajah secara ekonomi,politik dan teknologi.

    BalasHapus
  3. Di tengah hiruk pikuk KKN, narkoba di Indonesia tercinta ini, perusahaan-perusahaan seperti PT DI, PT Pindad memberi sedikit angin segar, tapi sangat..sangat berarti untuk mempertahankan kecintaan rakyat terhadap negeri mereka...terima kasih

    BalasHapus
  4. lihat bangsa ini, orang yang punya ide cemerlang dan otak encer, gak pernah digubris ide dan palningnya.
    Sudah jelaskan N2130 hanya tinggal secarik kertas lagi untuk bisa dilanjutkan. Tapi apa FAKTAnya?
    Pejabatnya TULI, BUTA mata & hati, coba banyangkan bila DANA KORUPSI itu dibuat MELANJUTKAN PROYEKNYA PAK HABIBIE, pasti bangsa ini bisa dan maju.

    Dasar bangsa MUNAFIK, pinter bacot tapi otak dan kelakuannya mirip DAJJAL. Hentikan KORUPSI SEKARANG JUGA.!!!

    BalasHapus
  5. Mantan Presiden ke-3 RI, Baharuddin Jusuf Habibie, berpesan kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dia ingin agar PT Dirgantara Indonesia mendapat perhatian serius.

    "Beliau ingin sekali PTDI (PT Dirgantara Indonesia) dinomor satukan," kata Dahlan di kediaman BJ Habibie, Patra Kuningan, Jakarta, Kamis (22/11/2012).

    Menurut Dahlan, Habibie itu sudah memikirkan industri penerbangan di Tanah Air sejak 20 tahun lalu. Namun, baru mulai diwujudkan pada 17 tahun yang lalu. Akan tetapi, industri penerbangan di Tanah Air itu baru mulai maju akhir-akhir ini.

    Menurut Dahlan, Habibie gundah karena pesawat yang berkeliaran di dalam negeri itu didominasi oleh besutan perusahaan asing.

    "Pesawat Jet 100 yang ada saat ini itu semuanya sudah ada 20 tahun lalu dalam pemikiran Pak Habibie," tuturnya.

    Dahlan menangkap pesan dari Habibie. Seandainya waktu itu semua pemikiran Pak Habibie itu terwujud, kita tidak akan lagi melihat pesawat regional yang semuanya buatan luar negeri.

    Disinggung apakah Habibie menyesal tidak mampu mewujudkan impiannya tersebut, Dahlan membenarkannya.

    "Saya menangkap gundah beliau. Karena apa yang beliau kerjakan 20 tahun lalu dan kemudian tidak berlanjut itu ternyata menjadi kenyataan," katanya.

    Solusinya, Habibie ingin agar Dahlan memajukan PTDI. Caranya, mendorong PTDI agar mengubah cara berbisnisnya dengan berfokus pada pasar (market driven). Cara tersebut dianggap berbeda dari model bisnis PTDI sebelumnya karena dulu PTDI diperintah oleh pemerintah secara paksa untuk memproduksi pesawat terbang.

    "Kalau dulu pasarnya belum ada, sekarang pasarnya sudah besar. Nah, pasar itu yang harus ditangkap," katanya.

    Untuk bisa mewujudkan impian tersebut, Habibie berpesan ke Dahlan agar menyiapkan dana investasi untuk PTDI sebesar 500 juta dollar AS. Dengan dana tersebut, PTDI sudah bisa mengembangkan pesawat jenis N250.

    BalasHapus
  6. Apa yang disampaikan Pak Habibie ke Pak Dahlan akan diindahkan oleh PEMERINTAH?

    Kita lihat saja, tuli, buta atau melek?

    BalasHapus
  7. sudah lama ini
    tapi ini bukan kesalahan pemerintah melaibkan IMF yg bikin ini smua
    IMF memberi syarat supya ptdi tidak dioprasikan
    tapi ku percaya oleh pmrntah yg baru ptdi akan berkembang

    BalasHapus
  8. Ternyata masih ada rasisme didunia,orang kulit putih boleh maju orang kulit berwarna harus jadi pasar produk2 mereka. Ayo indonesia jadilah warga dunia yg pandai cendikia agar mereka bisa lebih hormat terhadap bangsa kita! Merdekaa!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasisme memang dari dulu dari jaman perang dunia ke2,.. ...sekarang dg cara2 yg lebih modrn,jadi saya setuju dg komen mas bro

      Hapus
  9. Pasar dirgantara sebesar Indonesia nggak perlu FAA. Lion Air sama Garuda aja udah butuh 200++ pesawat tipe B737. Belum maskapai lokal kecil2x lainnya. Seandainya N2130 udah ada maka sudah sekitar 250 unit dibeli Lion sama Garuda. Pasar ekspor itu hanya bonus aja. So go to hell with FAA.

    BalasHapus
  10. Yang bikin sedih dan sakit hati trnyata ada anak bangsa yg jd PENGKHIANAT bangsa wkt itu dgn mengatakan projek n250 dan n 2159 ga feasible dan bermutu rendah smp muncul istilah yg menyakitkan hati spt di quote diatas coment pertama.

    BalasHapus
  11. >Ano 10.52. Nggak perlu bagaimana Indonesia kan sudah meratifikasi segala macam aturan dg pihak FAA. Kalau nggak dipatuhi ya banyak perusahaan penerbangan, bangkrut, nggak ada lalu- lintas udara, nggak ada orang berani bongkar pasang dan membetulkan pesawat dll.
    Jadi FAA ya sangat perlu, tapi kalau buat Ano 10.52 FAA nggak nyambung untuk apa??? Mi apa? mi Oyeng..........

    BalasHapus
  12. Lha bukankah kata boler PT DI gak bisa apa2? Semua lisensi dah di cabut!!! PT DI itu hanya asembling tukang cat sraat sroot sreet. Yg bisa buat pesawat jet itu cuma kang boler!!! Dia hapal semua jenis pesawat sampe spec nya bahkan ukuran baut nya!!! Sungguh luar biasa kang boler!!!

    BalasHapus
  13. blor kalo koment sambil minum arak, jadi gak usah dihiraukan..., pemabok ko ladeni...huh..

    BalasHapus
  14. masa lalu jgn di inget2 terus pasti sakit rasanya mendingan fokus dulu perlahan ngebangun seri n-219 kita kasih aja komen2 yg memacu atau menyindir pemerintah di blog ini supaya proyek n-219 segera terlaksana.. ane mah gan sebagai warganegara cuma bisa memantau berita and berdoa.. karena kita sudah mampu membuat pesawat bahkan udah dari puluhan tahun yg lalu..

    BalasHapus
  15. >Ano 11.56 Hey, sampean kudu diajarin ngebaca lagi ya. Ikut tuh sekolah persamaan biar pinter mbaca.Kecian deh loe ngebaca ajah kagak bisah. Ampuuunnnn, ngebaca ajah kagak bisah, ngebaca ajah kagak bisah, ampuuunnnnnnnn

    BalasHapus
  16. wes...wes...ojo rame2, yo cuci kaki cuci tangan gek ndang bubu siang.

    BalasHapus
  17. Hai juga kang boler,memang payah kami2 ini, jgn kan sy, para pakar di PT DI, lapan, pindad dan batan gak ada apa2nya di banding kang boler!!! kalo kang boler dah pernah ikut pengembangan roket, ngisi propelant, buat avionik, bahkan pengembangan nuklir di batan!!!!! Apalagi kalo cuma buat radar sama satelit ilmunya kang boler sampe tumpe_tumpe ck..ck..ck luar biasa kang boler ini!!! Masuk 7 manusia ajaib!!!!!

    BalasHapus
  18. takjub ane ngeliat prof. boler, sumpah jenius banget komennya ngalahin insinyur dari jerman . . .

    tepuk tangan aja dah ama manusia serba tahu ini

    BalasHapus
  19. Hihihihi Kok jadi ramai nih ,mau ketawa jadinya hehehehe

    BalasHapus
  20. Pasar domestik Indonesia Insya alloh sangat prospek untuk beberapa tahun kedepan, Industri dalam negeri harus bisa bersaing, berinovasi..., terlepas dari kelebihan dan kekurangan kita sebagai bangsa Indonesia, mudah-mudahan cita-cita luhur pendiri bangsa bisa terwujud secepatnya...

    BalasHapus
  21. udah pokonya pt.di harus fokus dan jangan terlalu bersandar sama pemerintah kalo perlu tutup rapat rapat suntikan dari pemerintah..
    Biar pt.di bisa berdiri sendiri tanpa ada gangguan lagi dari pihak asing.
    biarlah masa lalu menjadi pelajaran berharga khususnya untuk di industri penerbangan dll :)

    BalasHapus
  22. Maksud Om boleroes11 itu mungkin N250 gatotkoco tidak lulus sertifikasi FAA bukan karna ketidak layakan dari hasil kerja insinyur insinyur kita di PT DI namun karna ada pesanan pihak ke tiga melalui IMF(agar proyek itu di hentikan)yang kala itu harus di ikuti indonesia karna perlu dana segar dari IMF. mungkin bisa di bilang konspirasi lah..

    BalasHapus
  23. menunggu solusi masalah, ditunggu komentar boler...

    mudah2an dibawa langsung sama boler ke DPR

    BalasHapus
  24. islam akan bangkit tuk ke 2 kalinya dari arah timur

    BalasHapus
  25. untuk pesawat N219 sepertinya tdk akan disertifikatkan FAA. Karena bersifat komuter antar bandara perintis. Jadi tinggal sertifikasi dari Dirjen Hubud Kemenhub. Tapi yang jadi masalah tetap di pesawat N-245 atau di N-270 yang saat ini juga sedang di desain prototipenya dan di analisa pasarnya. Karena bersifat pesawat terjadwal dan menggunakan bandara udara nasional perlu dilakukan sertifikasi FAA. Kalo kaga betul seperti Kanjeng Boler, kita bakalan di black list dunia penerbangan kita. Bahaya itu. Yah pelan2 lah

    BalasHapus