Kamis, Desember 20, 2012
26
BANDUNG-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia  merancang peluru balistik hingga peluru kendali, untuk memperkuat pertahanan Indonesia.

Sonny Saleh Ibrahim dari Humas PT Dirgantara Indonesia (DI),  di sela-sela seminar Hubungan TNI AL dan Industri Pertahanan di Jakarta, Rabu (19/12/2012), mengatakan bahwa pihaknya mengembangkan peluru balistik, peluru jarak jauh, dan peluru kendali penuh yang mampu menjangkau jarak 200 kilometer.

"Untuk peluru balistik dan diluncurkan dari multilaras, memiliki jarak jangkau 14 kilometer, 23 kilometer, dan terjauh 36 kilometer," kata Sonny.

Persenjataan tersebut dikembangkan bersama dengan lembaga terkait, seperti PT Pindad, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan sejumlah industri strategis. Dalam beberapa tahun mendatang produk itu diharapkan sudah digunakan oleh TNI. 




Sumber : Kompas

26 komentar:

  1. masih lama...30 thn lg keburu kiamat

    BalasHapus
  2. Nah ini baru berita bagus,segahap demi setahap menuju ICBM..

    BalasHapus
  3. Kelamaan sudah kalah sama Hamas. Kebanyakan wacana, diam-diam saja tahu-tahu melesat wuuzzz

    BalasHapus
  4. maju terus indonesia, terus kembangkan teknologi2 yg canggih dan babat semua korupsi, biar indonesia semakin maju

    BalasHapus
  5. Sudah punya pabrik Propelant? Kalau blm buat dulu, nggak ada Propelant nggak ada roket apalagi rudal. ICBM ??? Walah terlalu tinggi jangkauannya. No Propelant, No Roket.

    BalasHapus
  6. Jgn keliru, pabrik di Bontang, Kaltim itu bu kan pabrik Propelan, tapi pabrik Ammonium Nitrat sbg bahan peledak industri tambang. Kalau Propelant digu nakan sbg motor roket. G ada Propelant g ada roket apalagi Ru dal, kecuali ada Gatot kaca,.....

    BalasHapus
  7. Rhan122 itu sdh produksi masal om. saat ini sdh bikin 1000 roket. pabrik propelannya sdh ada noh di subang.

    BalasHapus
  8. @bambang dari dulu kyaknya nanya pabrik propalen trus kayaknya
    udah di jawab berkali2 pula kita punya pabriknya
    di kaltim kapasitas 250 ribu ton per tahun
    googling donggg

    BalasHapus
  9. Sdh dikasih penjelasn kalau yg di kaltim itu pabrik Ammonium Nitrat bahan peledak bukan propelan. Capee deh, ini lagi di Subang itu baru seba tas laboratorium litbang BPPT . Kalau sdh ada pasti terpubli kasi di MTCR (missile technology control re gime) atau msk ke Waterloo Protocol. Paham ya bro.

    BalasHapus
  10. Pak... kalo semua2x harus dari langkah pertama bukan propelan yang harus dibikin. PAKU AMA SEKRUP dulu dibikin dalam negeri. Abis gitu bikin pacul! kalo propelan nanti aja pas REPELITA ke 100.

    BalasHapus
  11. trus untuk project 1000 roket-HAN, propellant beli ya?
    om Bambang bisa kasih pencerahan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertnyaannya bagus.
      Saya juga tunggu pencerhan dari om bambang???

      Hapus
  12. klau udah bisa bikin peluru kendali itu baru namany super kejutan, majulah indonesiaku jangan sampai kalah sama pejuang hamas.
    bikin rudal yg banyak, hanya negara yg memiliki teknologi rudal , yg d segani negara2 lain........

    BalasHapus
  13. Ammonium Nitrat termasuk bahan dasar pembuatan propellant, indonesia tdk bisa impor bahan2 pembuatan roket coz termasuk negara yg sdang di awasi sprt IRAN

    BalasHapus
  14. @Bambang, betul sekali apa yang anda katakan tentang amonium nitrat di kaltim,ini sekedar pencerahan saja, bahan itu selain digunakan sebagai unsur bahan peledak,merupakan salah satu unsur penting bahan baku penting propelan,dimana propelan di bagi 2 cair dan padat,kalau mau dijelaskan awal riset ampe unexpected inventionnya diindonesia bakal panjang ceritanya ,nah singkatnya untuk indonesia propelan padat ini sudah dikuasai bahkan bisa dikatakan formula campurannya kualitas istimewa bahkan china tertarik membeli roket ri, ini contoh saja , propelan ini pernah diujicobakan pd MM39 tua milik tni al dengan mengganti propelan yg sudah kadaluarsa, hasilnya adalah kecepatan MM39 tua itu meningkat 2,5X lebih cepat serta jarak jangkaunya meningkat dari missile barunya, bahkan struktur missile prancis itu hampir terdisintegrasi,nah sekarang ini kita sedang mengembangkan propelan cair, dimana kita sudah mampu membuatnya, tapi kualitasnya masih belum sebaik negara2 yg mampu meluncurkan satelit, oleh karena itu dibangun BPPT subang untuk penelitian lebih lanjut , karena salah satu keunggulan propelan cair adalah jarak jangkau roket akan meningkat drastis dan signifikan, hal ini ditujukan utk menempatkan satelit pd posisi geostasioner. Kalau skrg propelan hanya dibuat/diracik oleh Lapan, karena teknologi roket adalah teknologi yg amat dilindungi oleh negara maju jadi mereka yg menguasainya amat pelit dan cenderung merahasiakannya,maka lapanpun membagi 8 s/d .... bagian untuk meraciknya menjadi propelan cair atau padat,dimana setiap bagian dibuat di t4 yang berbeda,kalau MTCR syaratnya adalah negara yg mampu membuat roket balistik atau roket kendali dgn alat pendukungnya,sejauh 300km/500kg payload, hasil ujicoba terakhir RX550 balistik... jangkauan 400km ++, speed 7mach++, payload ...? alias masih bodong aka kosong, cuma dikasih dummy 50kg..jadi syaratnya masih kurang tuh...hehehe..salam...

    BalasHapus
  15. ati2 gan klo ksh info..! Jgn terlalu vulgar infonya.
    Cz gw curiga si@bambang wahyudiono ini orng malaysia cz gw sering lht id ini di forum malaysia.
    Kyknya lg cari2 info tentang industri militer indonesia.
    Waspadalah..waspadalah..

    BalasHapus
  16. He.,he...he ada2 saja, komen kok nglangut. Adoh sungsate, Gus.

    BalasHapus
  17. @elang jawa : tenang aja mas elang, info yang wa kasih itu cuma sebatas pengetahuan dasar/umum itupun cuma sebagian kecil alias kulitnya doang selain itu angka2nya nggak ada yg exactkan...?hehehe...tapi intinya teknologi roket ini bisa digunakan untuk tujuan damai/pengetahuan atau militer tergantung situasi dan keinginan negara.wa sih berharap moga2 dana R&Dnya ditingkatkan lagi, jangan malah dikor****.... Hehehe...salam

    BalasHapus
  18. Teserah komentar kalian seperti apa saya kasih tahu saja biar mata kalian semua terbuka, ada dosen amerika khusus bidang nuklir dan rudal asli orang jawa tengah pernah pulang ke indonesia dan mampir kinstansi pemerintahan indonesia ia saja dikawal CIA dan militer amerika dg jas bersenjata pistol jadi ia gak bisa berkomonikasi sedikitpun dg siapapun kemanapun dikawal bahkan ke kamar mandi di ikutin ngomong dg siapapun di ikutin kunjungan ke indonesia hanya beberapa jam saja, saya lupa nama pastinya ia profesor dan merupakan aset amerika yg sangat penting ilmunya jgn sampai turun ke indonesia, saya sangat sedih dg indonesia orang2 pintar cerdas pasti larinya keluar negeri memajukan negara orang, krn di indonesia tidak ada perhatian dan di indonesia kalau tidak ada uang tidak bisa bekerja, tidak difasilitasi mau di bawa kemana indonesia ini wahai DPR dan pemerintahan yg sibuk koropsiiiiii by: ronggolawe_197

    BalasHapus
  19. Sedikit koreksi bukan MM39 tapi MM38 -Kalau AM39 (missile udara ke permukaan) malah benar, produk Aerospatiale Engine Taqtiuqe skrg jadi MBDA. Dlm konteks ini, tidak dan blm di lakukan refurbish motor roket MM38 apalagi menembakan yg dilakukan hanya sekedar uji " burning rate" pd scala kecil di lab. So, membuat roket tdk mudah spt membuat "mercon sreng" apalagi rudal ICBM. Biyuh,biyuh angel kang. Perihal 1000 R-HAN 122mm sy kurang yakin, kare na hal tsb masih ling kup litbang, namun bi sa saja sdh ada, wong di negara kita apa yg g bisa, apalagi cuma memanipulasi data. Asal "WANI PIRO",hem , tabik.

    BalasHapus
  20. @bambang,wah mas bambang benar lagi, sepertinya mas bambang amat tertarik pada teknologi roket balistik dan kendali,benar mm 38/40 adalah type surface launch, am/mm 39 adalah type air launch,sepertinya saya yg salah tulis ya tq koreksinya^^,setahu saya klo burning rate test yg dilakukan dilapan sudah mulai masuk tahap diameter 750mm,kalau itu menurut mas bambang masih skala kecil..wahh...tapi mungkin saja bagi negara2 yg sudah maju teknologi roketnya, selain itu klo cuma burning test di lab saja, nggak mungkin ada kecelakaan rx balistik nyasar ke rumah org ampe buat org luka akibat trajectory menyimpang,dan roket kendali rkx nyasar ke tambak rakyat akibat overshoot alias system kendalinya belum sempurna,tapi dari kegagalan itu kita dapatkan evaluasi data,klo rhan 122 itu mah roket ballistik pengembangan seri rx,roket rx dan rkx semuanya sementara ini berbahan bakar propelan padat,yah dinamanya juga masih ada huruf x harus lewati banyak test ampe bisa ilang huruf x nya, supaya jadi seperti rhan..masalah utama lapan skrg ini bukan propelan(walau propelan cair masih butuh penyempurnaan),motor roket atau struktur material..tapi sistem data roket kendali, butuh waktu, tapi klo nggak pernah dimulai kapan mo selesai...?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ooh yg di pandan wangi lumajang itu bukan "Overshoot" itu roket masih balistik, bukan rudal. Itu terjadi karena hanya mengandalkan "BOOS TER" tidak memakai "SUSTAINER" disamping itu racikan propelant pasti tdk se ragam atau homogeni tas krg pas, atau struk tur aerodinamika tube roket gagal dan yg pasti tries n error me ngikuti giat litbang.

      Hapus
  21. WAH...WAH...om yang diatas hebat banget analisanya,emang banyak orang indonesia yang terkenal dengan gaya pengamatnya yang sok tahu...tapi pemerintah tidak bodoh bung...ada hal2 yang tidak mungkin di publikasikan di depan publik...info persenjataan suatu negara ada batasnya,karena merupakan rahasia negara...

    BalasHapus
  22. Benar mas banyak orang Indonesia sdh disandera oleh Malaysia, dijadikan pion2 utk mendapatkan informasi militer Indonesia dan tentra Malaysia utk mendukung pion2 tsb mengontrak the trans ponder satelit x band. Mukanya bisa jadi putih he..he..setan kali.

    BalasHapus
  23. Semua hanya wacana.cuman muter muter saja

    BalasHapus
  24. Pt. Di beritanya kayak mas jokowi update terus,maju terus pt.di ku

    BalasHapus