JAKARTA-(IDB) : Menetap di benua maritim seperti Indonesia,
menguasai teknologi dirgantara dinilai bisa meningkatkan persatuan dan
kesatuan. Terlebih lagi, mantan Presiden Indonesia Soekarno menggaris
bawahi pentingnya penguasaan teknologi dirgantara dengan memasukkan
Komando Pelaksana Industri Penerbangan pada 1960-an dalam kabinet
pemerintahannya.
Hal itu diungkapkan perintis industri penerbangan modern Indonesia sekaligus mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J. Habibie), saat menyampaikan orasi dalam Peringatan 50 Tahun Pendidikan Teknik Penerbangan Institur Teknologi Bandung di Jakarta Convention Center, Sabtu (1/112/2012). Menurutnya, Indonesia harus bisa memiliki wawasan untuk produk dirgantara dan maritim.
Untuk terus bisa mengimplementasikan visi pengembangan kedirgantaraan Bung Karno itu, Habibie mengungkapkan diperlukannya penerus untuk memajukan teknologi dan industri penerbangan Indonesia. "Saya berkewajiban agar ada estafet, supaya tidak dihentikan oleh kekuatan luar negeri," tutur Habibie.
Lebih lanjut, diungkapkan Habibie, Indonesia memiliki tantangan untuk mengembangkan teknologi penerbangan. Sebagai benua maritim yang terdiri dari 80 persen perairan, mengembangkan teknologi penerbangan tentu tidak mudah di Indonesia mengingat luasnya Tanah Air.
"Indonesia itu besar dan benua maritim yang 80 persennya air, tentu dari sabang sampai marauke tidak bisa menggunakan kereta api, terlebih lagi jika datang dari negara lain," jelasnya.
Industi penerbangan bukan hal yang awam bagi Indonesia, terbukti saat peluncuran N-250 yaitu pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) yang diluncurkan pada 1995 menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng.
"Dibanding negara lain kita sudah mulai sejak tahun 1995 (industri penerbangan), 17 tahun lalu. Kini, kita harus bangkit kembali karena tidak ada "makan siang" secara cuma-cuma, jadi kita harus berkorban dan berjuang," pungkasnya.
Hal itu diungkapkan perintis industri penerbangan modern Indonesia sekaligus mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J. Habibie), saat menyampaikan orasi dalam Peringatan 50 Tahun Pendidikan Teknik Penerbangan Institur Teknologi Bandung di Jakarta Convention Center, Sabtu (1/112/2012). Menurutnya, Indonesia harus bisa memiliki wawasan untuk produk dirgantara dan maritim.
Untuk terus bisa mengimplementasikan visi pengembangan kedirgantaraan Bung Karno itu, Habibie mengungkapkan diperlukannya penerus untuk memajukan teknologi dan industri penerbangan Indonesia. "Saya berkewajiban agar ada estafet, supaya tidak dihentikan oleh kekuatan luar negeri," tutur Habibie.
Lebih lanjut, diungkapkan Habibie, Indonesia memiliki tantangan untuk mengembangkan teknologi penerbangan. Sebagai benua maritim yang terdiri dari 80 persen perairan, mengembangkan teknologi penerbangan tentu tidak mudah di Indonesia mengingat luasnya Tanah Air.
"Indonesia itu besar dan benua maritim yang 80 persennya air, tentu dari sabang sampai marauke tidak bisa menggunakan kereta api, terlebih lagi jika datang dari negara lain," jelasnya.
Industi penerbangan bukan hal yang awam bagi Indonesia, terbukti saat peluncuran N-250 yaitu pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) yang diluncurkan pada 1995 menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng.
"Dibanding negara lain kita sudah mulai sejak tahun 1995 (industri penerbangan), 17 tahun lalu. Kini, kita harus bangkit kembali karena tidak ada "makan siang" secara cuma-cuma, jadi kita harus berkorban dan berjuang," pungkasnya.
2018, Habibie Bakal Hadirkan Pesawat Penerus N-250
Presiden Ke-3 Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J Habibie) kian
mantap menumbuhkan kembali industri penerbangan Indonesia. Optimisme
Habibie itu didukung dengan banyaknya orang Indonesia yang memiliki
pengalaman dalam industri penerbangan.
Berbekal pengalaman dan keahlian putra-putri Indonesia dalam teknologi dan industri penerbangan, Habibie yakin dalam lima tahun mendatang Indonesia bisa menghadirkan pesawat yang melebihi N-250.
"Banyak anak-anak kita, yang di luar negeri juga memiliki pengalaman dalam industri penerbangan. Saya perkirakan tahun 2013 akan mulai (perkembangan industri penerbangan Indoneria), Insya Allah tahun 2018 kita akan memiliki pesawat yang lebih baik daripada N-250," kata Habibie di sela-sela acara Peringatan 50 Tahun pendidikan Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (1/12/2012).
"Kita akan melihat kembalinya N-250, tapi tentu yang lebih canggih dan perusahaannya juga telah dibentuk," lanjut Habibie.
Sementara itu, untuk kembali membangun undustri penerbangan Indonesia, Habibie berharap pemerintah melaksakan dan melanjutkan proses yang nantinya akan dijalani. "Lanjutkan apa yang sudah kita mulai supaya bisa lebih baik daripada sebelumnya, serta harus mengamankan supaya produk dalam negeri lebih baik," pungkasnya.
Seperti diketahui, Habibie saat ini tengah berusaha membangun kembali "kerajaan" penerbangan dengan pengetahuan teknologi yang dimilikinya. Pria berusia 76 tahun ini mendirikan perusahaan dirgantara PT Ragio Aviasi Industri (RAI) yang dibentuk bersama PT Ilhabi Rekatama dan PT Eagle Capital.
Dalam manajemen PT RAI, Habibie dipercaya sebagai Ketua Dewan Komisaris. Melalui perusahaan tersebut, Habibie berusaha mengembangkan kembali rancangan pesawat N-250 yang data-datanya saat ini masih dimiliki bangsa Indonesia.
Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia. Pesawat ini merupakan primadona Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).
Sayangnya N-250 yang menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng, harus dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.
Berbekal pengalaman dan keahlian putra-putri Indonesia dalam teknologi dan industri penerbangan, Habibie yakin dalam lima tahun mendatang Indonesia bisa menghadirkan pesawat yang melebihi N-250.
"Banyak anak-anak kita, yang di luar negeri juga memiliki pengalaman dalam industri penerbangan. Saya perkirakan tahun 2013 akan mulai (perkembangan industri penerbangan Indoneria), Insya Allah tahun 2018 kita akan memiliki pesawat yang lebih baik daripada N-250," kata Habibie di sela-sela acara Peringatan 50 Tahun pendidikan Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (1/12/2012).
"Kita akan melihat kembalinya N-250, tapi tentu yang lebih canggih dan perusahaannya juga telah dibentuk," lanjut Habibie.
Sementara itu, untuk kembali membangun undustri penerbangan Indonesia, Habibie berharap pemerintah melaksakan dan melanjutkan proses yang nantinya akan dijalani. "Lanjutkan apa yang sudah kita mulai supaya bisa lebih baik daripada sebelumnya, serta harus mengamankan supaya produk dalam negeri lebih baik," pungkasnya.
Seperti diketahui, Habibie saat ini tengah berusaha membangun kembali "kerajaan" penerbangan dengan pengetahuan teknologi yang dimilikinya. Pria berusia 76 tahun ini mendirikan perusahaan dirgantara PT Ragio Aviasi Industri (RAI) yang dibentuk bersama PT Ilhabi Rekatama dan PT Eagle Capital.
Dalam manajemen PT RAI, Habibie dipercaya sebagai Ketua Dewan Komisaris. Melalui perusahaan tersebut, Habibie berusaha mengembangkan kembali rancangan pesawat N-250 yang data-datanya saat ini masih dimiliki bangsa Indonesia.
Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia. Pesawat ini merupakan primadona Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).
Sayangnya N-250 yang menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng, harus dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.
Sumber : Okezone
Lanjutkan pak,cuma hati2 sabotase sama negara yg tdk ingin indonsia maju,sebab industri pesawat cikal bakal bikin pswawat tempur
BalasHapuskemana aja pak habibie kok baru nongol, ke pincut yah dengan anggaran tni yg di gelontorkan tahun ini, udah pulang aja sana' tanah air anda kan di jerman dan belanda atau sudah gak laku lagi di di negara mener...indonesia butuh seorang PATRIOT pak bukan seorang PECUNDANG.
BalasHapusKlo ngomong dicerna dulu gan..cikal bakal pendiri pt.DI itu siapa..?dulu nurtanio itu pa Habibie,beliau tdk diragukan lagi sifat nasionalismenya,mari kita rapatkan barisan menyongsong kemajuan dan kejayaan NKRI..
HapusYg menghina Pak Habibie adalah pecundang dan bukan patriot. hehehe... Pikir dong mas, pasar non militer yg diincar oleh kita. Lion Air beli pesawat Boeing smp 21 milyar dollar. Garuda mau tambah 100 pesawat smp 2015. Sukhoi SSJ100 mau dibeli 42 unit oleh maskapai dlm negeri. PT DI smp thn 2014 cm dpt Rp 8 trilyun rupiah dr TNI. Harusnya anda contoh pak habibie yg pny semangat & nasionalisme tinggi.
BalasHapusorang yang menghina Pak Habibie pecundang adalah pecundang yang sesungguhnya dan sangat bodoh jika dikaitkan dengan anggaran TNI... N250 targetnya sebagai pesawat angkut komersial... pak Habibie sudah kaya bung... dari paten yang beliau miliki aja udah ga kehitung...
BalasHapusEmang dasar manusia yg tolol ya yg sprti d atas itu,,
BalasHapusCeloteh ga jelas asal hina,pikirannya dangkal pdhal baru lulus kmaren sore ,,
Sadar bung,,bangsa ini butuh bnyak org2 sprti bp habibie untuk memajukan tknologi & industri dlm negri,
Kalo negri ini maju,siapa yg ikut bangga & merasakan??
Ya kita smua tentunya
Nasionalisme..????? Namanya bikin perusahaan pasti cari untung dan kalo semua ahli metalurgi dam aeronautika diambil sama habibie mau dibawa kemana PT DI Bangkrut...????? Nasionalismenya adalah bangun bareng2 sama PT DI bukan bikin perusahaan sendiri dan maaf saya tidak pernah percaya sisa2 orba.
BalasHapusAS Siap Kirim Pasukan untuk Memerdekakan Papua
BalasHapusAsing akan tetap melibatkan diri dengan urusan Papua. Itulah yang menjadi perhatian Hariyadi Wirawan ketika diwawancarai itoday, Senin (20/2).
Asing terlibat karena persoalan Papua tidak pernah selesai, tutur pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia ini.
Bendera Bintang Kejora
(Foto: Istimewa / itoday.co.id)
Menurutnya, apa yang terjadi di Papua sekarang, jelas mengikuti skenario kemerdekaan Kosovo, yang berhasil memerdekakan dirinya dengan bantuan lembaga internasional. Hal ini terlihat dengan didaftarkannya kemerdekaan Papua Barat ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu lalu.
Jika asing melihat masalah Papua sebagai sebuah isu internasional yang hangat, dan menganggap Indonesia tidak peduli. Maka kesempatan Papua untuk merdeka akan semakin besar, jelasnya.
Hariyadi mengingatkan, keberadaan AS di Darwin, Australia, walau sebenarnya adalah untuk membendung Cina, tetapi jika masalah Papua semakin memanas, dan memperoleh pengakuan lembaga internasional sebagai sebuah negara merdeka, maka pangkalan AS di Darwin akan menjadi pangkalan yang bersifat multifungsi.
AS akan mengerahkan pasukannya di Darwin guna melindungi Papua, jika Indonesia nantinya menolak kemerdekaan Papua yang disahkan PBB secara sepihak, kata Hariyadi.
Apa yang dikatakan Hariyadi mengenai ancaman pangkalan AS di Darwin memang tidak bisa dianggap enteng. Sebab posisi Darwin sangat untuk mendukung posisi AS di ASEAN dan Laut Cina Selatan, atas Cina dan Rusia.
Tidak hanya itu, posisi Darwin juga memudahkan AS untuk mengirimkan pasukannya dengan menggunakan kapal selam dan kapal induk, ke berbagai belahan dunia, khususnya Asia Pasifik.
Bagi Hariyadi, alasan mengapa masalah Papua tidak pernah selesai, karena pemerintah selalu menggunakan cara represif dengan menggunakan kekuatan bersenjata. Sedangkan cara pendekatan lainnya kurang maksimal, sebab tim yang dibentuk selalu saja tidak bekerja dengan semestinya.
nasionalisme harus bro, sebagaimana keharusan perusahaan memperoleh profit. Perusahaannya ragio aviasi industri, mandiri, bukan bagian dari PT DI atau yg lain. Membangun perusahaan yg sehat dgn semangat nasionalism, pasti bisa dong.
BalasHapusHehehe...Kayaknya ada yg harus banyak baca nih..hehehe... 1.Namanya perusahaan pasti cari untung mas, Ente mau kerja gak dibayar? hehehe...2. Gak mungkinlah Pak Habibie bikin PT.DI bangkrut (dia yg membesarkan), Pak Habibie pernah bilang dia akan memanggil orang2nya yg bertebaran di luar negeri yg bekerja di indutri pesawat utk ikut membantu proyek N250 (orang2nya itu sdh konfirmasi kesediaan mereka asal proyeknya betul2 ada jadi mereka gak sia2 bawa ilmu dari luar).. 3. PT.DI adalah industri pertahanan, jd lebih banyak bikin pesawat militer , sdgkan Pak habibie ingin buat pesawat komersial (N250 dan N2130)yg lebih banyak pasarnya. Jd gak mgkn ngambil pasarnya PT.DI..4.Gak mungkinlah dia gabung ke PT.DI, PT.DI itu masih pny hutang dan gak pny modal, semua hrs dibiayai APBN (ribet), utk dpt modal Rp 1T aja susah, bgmn mau buat proyek N250.. 5. Banyak membaca dan berhati bersih akan sangat membantu utk memahami sesuatu... Maju terus Indonesia!! Maju terus Pak Habibie !!
BalasHapuskepada pang5 dan para jendral hati2 dengan pangkalan militer AS didarwin kalau papua gak bisa diatasi maka akal busuknya AUSTRALIA!!!AS dan kAKEK INGGRIS gaklama lagi akan dimaafaatin sekarang mereka lagi menyusun strategi yang ampuh,, kalau perintah lengah kesempatan itu akan digunakan sama mereka pokoknya jangan percaya sama yg namanya AUSTRALIA!!!AMERIKA!! DAN EMBAH INGGRIS mereka itu LICIK SEPERTI SRIGALA DIDEPAN AJA BAIK DIBELAKANG MENIKAM ITULAH MEREKA SEBENARNYA NKRI MEMANG DI INCAR mau di pecah belah sdikid demi sedikid akhinya mudah2an aja ALLAH SWT melindungi bumi indonesia YG kita cintai ini dari akal busuk mereka AMIN ALLAH HUMA AMIN ???
BalasHapusyg tolol itu siapa ya' yg pro/kontra nya pak habibie, yg saya tau pt di yg ada hanya masalah korupsi samapi bangkrut nya PT IPTN dan di alihkan nama oleh pemerintah menjadi PT DI,selama bertahun2 yg di kembangkan hanya pesawat komersial karena dalam otak nya hanya bisnis dan bisnis dan timor timur hasil jiwa dan raga para pejuang dulu di lepas kan begitu saja karena beliau, bikin pesawat tempur belum bisa sampai tni teriak2 ke korea minta di buatkan karena nyadar negri ini sudah terkepung, woooy...palestina, irak, apghanistan, sudah porak poranda, sekarang iran & siyriah sudah di masukan ke dalam peta peperangan amerika dan sekutunya bahkan sekrang kekuatan pasukan udara darat laut mereka sudah mengelilingi negri ... sadar woy' peperangan sudah di depan mata.
BalasHapusJng pada sok pintar lah....kita ini cman apa sih??...komentar boleh komentar tapi jangan mengolok-olok orang yang blom pernah kita kenal...emang sampeyan udh kenal ama pak habibi,udh pernah ngobrol2 ama beliau????...klo blom sampeyan kok bisa ngomong kaya' gitu? Dapat dari mana?....coba dipikirlah klo mau ngomong...jng asal mangap...sudahkah sampeyan berbuat sesuatu untuk negara ini?....
BalasHapusIPTN itu berhenti bukan krn korupsi bro, tapi karena IMF akan kasih pinjaman syaratnya indonesia tidak produksi pesawat. Licik ya.
BalasHapusorang iri, suka sekali mengolok dan menghina kesuksesan orang lain.
BalasHapusbagus pak habibi sudah saatnya indonesia untuk bangkit ke arah lebih baik, saya yakin pesawat yg bapak bangun akan bisa merebut pasar sesuai kelasnya walau membutuhkan waktu,anda seorang negarawan yg baik, banyak ilmuan indonesia yang hebat ndak mau kembali karena politik dan negara yg tidak perhatikan mereka, walau banyak yg menghina anda karena pejabat orba, tp menurut sy sekarang jg ndak terlalu bagus, banyak orang ndak tau tata krama, etika dalam berbicara, menghina seenaknya, bobrok dari jaman orba....sy menghargai niat bapak, maju terus...
BalasHapusSlamat pak Habibie bangun pesawat sendiri, juga akan memberikan lapangan pekerjaan ahli2 kita dan sekarang anak2 bangsa hrs mengawasi kinerja dr PT DI. Apakah masih ada pemerasan dr Oknom DPR/sapi perahan Oknom pejabat. Agar Pesawat buatan anak2 bangsa bisa terbang di kawasan nusantara/keliling dunia. Jayalah NKRI... slamat bekerja Anak2 bangsa
BalasHapusOrang yang menghina Pak Habibie, sadar wooooyyy... Sudah banyak pengorbanan beliau untuk membangun IPTN (PT. DI sekarang). Pernahkan anda berpikir bagaimana rasanya memiliki mimpi dan cita2 besar (membangun industri pesawat nasional) dengan mengorbankan semua yang sudah diperoleh di Jerman, namun setelah semua cita2 tersebut hampir terwujud digagalkan oleh kondisi politik di jaman krisis moneter. Kalau memang beliau tidak peduli akan nasib bangsa ini, tentu beliau akan tetap tinggal di Jerman, sudah jelas hidup lebih enak, lebih kaya, lebih dihargai karya-karyanya oleh mereka daripada oleh bangsanya sendiri.
BalasHapusOiya, tambahan... Mungkin kalau anda yang menjadi Pak Habibie, mungkin anda akan tetap tinggal di Jerman, hidup lebih enak, lebih dihargai, lebih dihormati, lebih kaya... Eh tapi setelah dipikir2 gak mungkin juga ya anda bisa jadi orang hebat seperti beliau, orang yang berotak dan berhati kerdil tidak mungkin menjadi orang besar dan hebat!
BalasHapusSaya ada usul nih, kenapa pesawat N-250 tidak dipasang punuknya menjadi N-250 AEW&C, gimana nih Pemerintah apa usulan ini kurang bagus atau sekalian N-2130 dialih-fungsikan menjadi N-2130 AEW&C
BalasHapusDari pada beli dari baru C-295 lebih baik gunakan yang sudah ada ataupun rancangan yang sudah ada, kan bisa menghemat jutaan ribu $....
BalasHapusTerus panggil pulang tuh para ilmuwan yang telah lama hengkang dari pekerjaan di PT DI, pekerjakan mereka di tempat semula mereka bekerja dahulu ...
BalasHapus