JINAN-(IDB) : TNI tengah menjajaki kerja sama antiteror di laut dan udara dengan Tentara Pembebasan Rakyat China (People's Liberation Army/PLA), mengingat modus kejahatan terorisme makin beragam.
Kopassus TNI AD dan Komando Pasukan Khusus PLA melakukan latihan bersama untuk yang kedua kalinya dengan sandi Sharp Knife 2012. yang diikuti 144 personel dari kedua pihak, di Pangkalan Latihan Terpadu Kodam Jinan, Shandong, China.
Panglima TNI dalam amanat tertulis pembukaan Latihan Bersama Antiteror Kopassus TNI AD dan Komando Pasukan Khusus PLA, yang dibacakan Komandan Jenderal Kopassus TNI AD, Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya, di Jinan, Shandong, China, Selasa, mengatakan, tindak kejahatan terorisme kini semakin beragam termasuk kemungkinan terjadi di laut dan udara.
Terkait itu dalam Latihan Antiteror Kopassus dan Komando Pasukan Khusus PLA kali ini, TNI mengirimkan peninjau dari Korps Pasukan Khas TNI AU dan Detasemen Jala Malangkara Korps Marinir TNI AL.
"Pada 2011 pola kejahatan terorisme cenderung menyerang institusi asing, pusat bisnis, aparatur keamanan, tempat peribadatan dan ruang publik. Tidak menutup kecenderungan itu akan mengarah pada aksi terorisme di wilayah maritim dan udara seiring dengan perkembangan teknologi," satu petikan sambutan panglima TNI itu.
Pola pada 2011 adalah pesan yang dilempar para pelaku. Hal ini harus dianalisa secara cermat baik bagi kepentingan realitas latihan maupun sebagai langkah antisipasi kemungkinan terjadinya terorisme, baik di darat, laut maupun udara.
Baru beberapa tahun terakhir pasukan-pasukan elit TNI memulai kerja sama pelatihan dengan China setelah selama ini cenderung ke Barat. Model pembinaan dan operasi yang terjadi pada SAS (Inggris) dan GSG-9 (Jerman), dan Navy SEAL (Angkatan Laut Amerika Serikat), sempat menjadi "model".
Korps Pasukan Khas TNI AU mendahului pemakaian senjata dari China --yang sering dianggap menjadi "kopian" arsenal Rusia-- yaitu peluru kendali panggul QW-1 yang dibeli awal 2000. Peluru kendali ini sekali pakai dan diklaim memiliki performansi tidak kalah dengan peluru kendali Mistral buatan Perancis.
China juga mengenal struktur organisasi kewilayahan bagi Angkatan Darat PLA. Latihan bilateral ini dikomentari (setara) Kasdam Kodam Jinan, Mayjen Qiuxing, "Tindak kejahatan terorisme telah menjadi musuh internasional. Setiap negara termasuk Indonesia dan China harus bekerja sama untuk mengatasi terorisme."
Kopassus TNI AD dan Komando Pasukan Khusus PLA melakukan latihan bersama untuk yang kedua kalinya dengan sandi Sharp Knife 2012. yang diikuti 144 personel dari kedua pihak, di Pangkalan Latihan Terpadu Kodam Jinan, Shandong, China.
Panglima TNI dalam amanat tertulis pembukaan Latihan Bersama Antiteror Kopassus TNI AD dan Komando Pasukan Khusus PLA, yang dibacakan Komandan Jenderal Kopassus TNI AD, Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya, di Jinan, Shandong, China, Selasa, mengatakan, tindak kejahatan terorisme kini semakin beragam termasuk kemungkinan terjadi di laut dan udara.
Terkait itu dalam Latihan Antiteror Kopassus dan Komando Pasukan Khusus PLA kali ini, TNI mengirimkan peninjau dari Korps Pasukan Khas TNI AU dan Detasemen Jala Malangkara Korps Marinir TNI AL.
"Pada 2011 pola kejahatan terorisme cenderung menyerang institusi asing, pusat bisnis, aparatur keamanan, tempat peribadatan dan ruang publik. Tidak menutup kecenderungan itu akan mengarah pada aksi terorisme di wilayah maritim dan udara seiring dengan perkembangan teknologi," satu petikan sambutan panglima TNI itu.
Pola pada 2011 adalah pesan yang dilempar para pelaku. Hal ini harus dianalisa secara cermat baik bagi kepentingan realitas latihan maupun sebagai langkah antisipasi kemungkinan terjadinya terorisme, baik di darat, laut maupun udara.
Baru beberapa tahun terakhir pasukan-pasukan elit TNI memulai kerja sama pelatihan dengan China setelah selama ini cenderung ke Barat. Model pembinaan dan operasi yang terjadi pada SAS (Inggris) dan GSG-9 (Jerman), dan Navy SEAL (Angkatan Laut Amerika Serikat), sempat menjadi "model".
Korps Pasukan Khas TNI AU mendahului pemakaian senjata dari China --yang sering dianggap menjadi "kopian" arsenal Rusia-- yaitu peluru kendali panggul QW-1 yang dibeli awal 2000. Peluru kendali ini sekali pakai dan diklaim memiliki performansi tidak kalah dengan peluru kendali Mistral buatan Perancis.
China juga mengenal struktur organisasi kewilayahan bagi Angkatan Darat PLA. Latihan bilateral ini dikomentari (setara) Kasdam Kodam Jinan, Mayjen Qiuxing, "Tindak kejahatan terorisme telah menjadi musuh internasional. Setiap negara termasuk Indonesia dan China harus bekerja sama untuk mengatasi terorisme."
Sumber : Antara
0 komentar:
Posting Komentar