Rabu, Mei 23, 2012
0
BANDUNG-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Sukhoi sedang mematangkan kerjasama pembuatan ekor pesawat. Rencana kerjasama ini tidak terkendala kasus kecelakaan Sukhoi Superjet 100 beberapa waktu lalu.
 
Kepala Divisi Manajemen Mutu dan Koordinator Kehumasan PT DI Sonny Saleh Ibrahim mengatakan pihak Sukhoi sudah menjajaki kerjasama ini sejak dua tahun terakhir.

Rencananya PT DI akan membuat ekor pesawat Sukhoi, baik vertikal maupun ekor horizontal jika kerjasama itu terwujud.

“Bila terjadi kesepakatan kontrak, kami siap membuat sekitar 40 unit bagian ekor pesawat tersebut setiap tahunnya,” katanya hari ini.

Pembicaraan lanjutan soal ini, menurutnya, agak tertunda dengan kejadian kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak. PT DI sendiri yakin meski ada penundaan, kerjasama bakal terus berlanjut. “Prospek kerjasama ini sudah mencapai 90 %,” katanya.

Pembicaraan yang tersisa akan membahas secara detil mengenai komponen, pembuatan contoh komponen, termasuk nilai kontrak. Pembuatan komponen ekor pesawat sendiri menurut Sonny bisa dipenuhi pihaknya karena memiliki peralatan dan mesin yang dapat menunjang pesanan tersebut.

Apalagi, dalam waktu dekat PT DI bersiap menambah mesin baru. “Jadi, kami optimistis dapat memenuhi pemesanan tersebut,” ujarnya.

Selain Sukhoi, PT DI menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga sejenis asal berbagai negara. Di antaranya, Boeing, Airbus, dan Eurocopter. Sebagai contoh, pihaknya menjalin kerjasama dengan Airbus, Boeing, dan Eurocopter dalam hal produksi komponen. Untuk Airbus, komponen yang diproduksi PT DI yaitu punggung dan sayap. Jenisnya, Airbus A-320, A-321, A-349, A-380, dan A-350. 

PT DI Targetkan Pembuatan Ekor Pesawat Sukhoi Pada 2014

PT Dirgantara Indonesia (DI) tetap melanjutkan kerja sama membuat ekor Sukhoi Superjet 100. Rencananya, realisasi pengerjaan akan dilakukan pada 2014 mendatang.
Ekor yang akan dibikin PT DI yakni sayap belakang horizontal kiri dan kanan. Kemudian sayap vertikal termasuk bagian ekor pesawat tersebut.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso mengatakan, kerja sama tersebut tetap berlanjut meski satu pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Pihaknya menargetkan kerja sama itu terwujud dalam dua tahun mendatang atau 2014. "Kami harap dapat memroduksi 40 bagian ekor pesawat per tahun," ucapnya.
Jika terealisasi, imbuhnya, produk PT DI itu pemasarannya ke seluruh dunia. "Sejauh ini, kami menerima kabar bahwa jumlah pemesanan Sukhoi Superjet 100 melebihi 500 unit," ucapnya.
Agar kerja sama itu terealisasi, pihaknya membuat tim. Satu orang yang ada di tim di antaranya yang menjadi korban Gunung Salak, Kornel M Sihombing.
"Mendiang adalah pimpinan proyek kerja sama itu. Tentunya, kami sangat kehilangan beliau. Tapi pembahasan dan pembicaraan tentang kerja sama itu segera kami lanjutkan," ucap Budi Santoso.


Sumber : BisnisJabar

0 komentar:

Posting Komentar