Jumat, November 11, 2011
0
AJ-(IDB) : Konvoi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang tergabung dalam operasi amfibi mendapat “serangan” dari pesawat intai musuh ketika hendak memasuki perairan Kota Baru Kalimantan Timur, Selasa (08/11). Terjadi pertempuran yang sengit selama kurang lebih 30 menit antara kapal-kapal perang RI dengan pesawat musuh yang sedang berpatroli di sekitar perairan Selat Makasar.
Beberapa KRI yang menjadi unsur tabir yaitu KRI Diponegoro-365, KRI Frans Kaisiepo-368, KRI Yos Sudarso-353 serta kapal perang lainnya terus melakukan perlawanan guna melindungi keberadaan unsur-unsur Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib) yang mengangkut pasukan pendarat Marinir dan peralatan tempurnya. Seketika itu juga sekitar pukul 09.00 Wita bunyi sirine meraung-raung mengagetkan personel yang sedang bertugas di KRI dr. Soeharso-990 menandakan adanya serangan bahaya udara.

Konvoi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang tergabung dalam operasi amfibi mendapat “serangan” dari pesawat intai musuh ketika hendak memasuki perairan Kota Baru Kalimantan Timur, Selasa (08/11). Terjadi pertempuran yang sengit selama kurang lebih 30 menit antara kapal-kapal perang RI dengan pesawat musuh yang sedang berpatroli di sekitar perairan Selat Makasar.
Beberapa KRI yang menjadi unsur tabir yaitu KRI Diponegoro-365, KRI Frans Kaisiepo-368, KRI Yos Sudarso-353 serta kapal perang lainnya terus melakukan perlawanan guna melindungi keberadaan unsur-unsur Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib) yang mengangkut pasukan pendarat Marinir dan peralatan tempurnya. Seketika itu juga sekitar pukul 09.00 Wita bunyi sirine meraung-raung mengagetkan personel yang sedang bertugas di KRI dr. Soeharso-990 menandakan adanya serangan bahaya udara.

Guna menjaga kerahasiaan rencana serbuan amfibi maka unsur-unsur kapal perang itu melakukan diam pancaran radio dan melaksankan komunikasi antar kapal menggunakan isyarat  dengan  bendera (Flag Hoist), semaphore dan lampu (flash). Selain itu juga dilaksanakan Replenish At Sea (RAS) antara KRI dr. Soeharso-990 dengan KRI Frans Kaisepo-368. Pembekalan dilaut (RAS) dapat dilakukan untuk pengisian bahan bakar dan air tawar dari kapal ke kapal secara cepat dan terjamin kerahasiaannya.

Seluruh latihan peran tersebut disaksikan oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur Laksamana Muda TNI Ade Supandi, S.E. sebagai Direktur Latihan  (Dirlat) Armada Jaya XXX/11 yang onboard di KRI dr. Soeharso-990.  Turut menyaksikan Ketua Pengawas dan Pengendali Latihan (Kawasdal) Laksamana Pertama TNI Ary Atmaja (Kepala Staf Kolinlamil) dan Ketua Tim Penilai Laksamana Pertama TNI Didik Wahyudi (Dankodikopsla Kobangdikal).

Selama perjalanan Lintas Laut (Linla) dari Pangkalan Surabaya menuju daerah sasaran, rombongan KRI yang membawa peralatan tempur dan pasukan Marinir itu melaksanakan berbagai macam gladi tempur laut seperti dalam kondisi saat peperangan  yang sesungguhnya.

Pada kesempatan itu Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur Laksamana Muda TNI Ade Supandi, S.E. selaku Direktur Latihan Armada Jaya XXX/11 melakukan teleconference dari KRI dr. Soeharso-990 dengan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) dan Wakasal yang berada di Mabesal Jakarta. Dalam siaran langsung yang tampil dalam layar monitor berupa komunikasi visual dan audio itu diikuti juga oleh Mako Koarmatim serta KRI Surabaya-591 selaku kapal markas Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib).

Pangarmatim selaku Direktur Latihan (Dirlat) didampingi Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib) Laksamana Pertama TNI Taufiqurrachman serta pejabat staf lainnya melaporkan kesiapan personel dan materiil serta menyampaikan hasil kompetisi artileri yang dilaksanakan oleh unsur-unsur kapal perang yang tergabung dalam Latihan Armada Jaya XXX/11. Pada kesempatan yang sama Komandan Pasukan Pendarat (Danpasrat) Kolonel Marinir Amir Faisol juga melaporkan kepada Kasal tentang kesiapan personel dan persenjataan dalam melaksanakan serbuan amfibi yang akan dilaksanakan nanti.

Dalam formasi konvoi Linla menuju daerah sarasan, juga disimulasikan terjadi kecelakaan yang dialamai oleh salah seorang personel yang berada di KRI Surabaya 591. Kelasi Kepala Rum Herwanto jatuh dari tangga saat menuju dek Helly kemudian korban ditolong oleh Bintara Kesehatan Kapal (Bakes) Kopda Farmasi (Far) Odi dengan melakukan tindakan pertolongan medis pertama. Melihat kondisi korban yang mengalami patah tulang (fraktur) betis dan paha pada kaki sebelah kiri  dan peralatan medis yang ada di KRI Surabaya kurang memadai selanjutnya korban segera dievakuasi menuju KRI dr. Soeharso-990 dengan menggunakan Helly Bolcow yang berada di KRI Teluk Mandar-514. Evakuasi Medis Udara (EMU) berlangsung dengan cepat, kemudian helly mendarat di geladak KRI dr. Soeharso dan pasien menjalani penanganan medis di Unit Gawat Darurat (UGD) kapal rumah sakit itu.

Kegiatan simulasi latihan EMU dari kapal ke kapal tersebut, adalah untuk mengukur sejauh mana kemampuan dan kesiapan personel medis dan para medis saat melaksanakan pertolongan terhadap pasukan yang mengalami kecelakaan atau terluka dalam pertempuran. 

Sumber : Koarmatim

0 komentar:

Posting Komentar