KAIRO-(IDB) : Ribuan warga Mesir berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Israel di Kairo menuntut pemutusan hubungan bilateral dengan rezim Zionis. Demonstrasi anti-Israel Rabu (27/4) dimulai dari depan kampus Universitas Kairo menuju kedutaan Besar Israel di Mesir.
Pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel mampus Israel, dan mendesak pemerintah Kairo segera memutuskan semua hubungan dengan Israel. Mereka juga menyerukan pembekuan ekspor gas dari Mesir ke Tel Aviv.
Massa mengancam akan melanjutkan aksi unjuk rasa besar-besaran jika pemerintah Kairo saat ini tidak tanggap menyikapi tuntutan rakyatnya sendiri terkait pemutusan hubungan dengan rezim Israel.
Koalisi Pemuda Revolusioner Mesir di Alexandria dalam statemennya akan menggelar demonstrasi yang diikuti jutaan massa pada 13 Mei mendatang untuk mendukung intifadha ketiga Palestina melawan brutalitas rezim Zionis. Tidak hanya itu, mereka juga mendesak pembukaan gerbang Rafah dan pembatalan perjanjian Camp David yang ditandatangani mantan Presiden Mesir Anwar Sadat dan Mantan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin pada 1979 silam.
Pasca kepemimpinan Sadat, diktator Mesir Hosni Mubarak melanjutkan penerapan perjanjian itu. Di bawah rezim Mubarak yang didukung AS, Mesir konsisten melayani kepentingan Israel dan membantu menerapkan blokade penuh atas Jalur Gaza.
Seiring meningkatkan tuntutan anti-Israel rakyat Mesir, Ikhwanul Muslimin baru-baru ini mendesak Dewan Tinggi Angkatan Bersenjata untuk mengambil langkah cepat dalam mematahkan blokade Gaza. Partai-partai politik Mesir menilai blokade Gaza hanya melayani kepentingan Amerika dan Israel di wilayah tersebut dan mengancam stabilitas regional dan independensi Kairo.
Menyikapi gelombang tuntutan rakyat terkait pembatalan perjanjian Camp David dan dukungan terhadap cita-cita Palestina, Ahmed Doma, anggota Komisi Eksekutif Revolusi Mesir mendesak Dewan Militer Negeri Piramida ini mengelar refendum. Doma memprediksikan hasil referendum akan membatalkan kesepakatan busuk yang menjauhkan Mesir dari posisi sejatinya sebagai pembela Palestina. Tidak hanya itu, anggota Komisi Eksekutif Revolusi Mesir ini juga menegaskan bahwa revolusi rakyat Mesir tidak hanya mengancam hubungan Kairo-Tel Aviv, tapi juga mengguncang eksistensi Israel.
Satu jajak pendapat yang dilansir surat kabar Mesir, al-Ahram, Rabu (27/4) mengungkapkan bahwa mayoritas rakyat Mesir menghendaki perjanjian Camp David dibatalkan. Polling sejenis yang dilakukan Pew Research Center yang berbasis di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa 54 persen rakyat Mesir lebih cenderung agar negara mereka membatalkan perjanjian perdamaian dengan Israel. Inilah agenda besar pemerintahan transisi Mesir yang dipegang militer pasca tumbangnya diktator Mubarak. Agenda itulah yang membuat wajah pemimpin rezim Zionis pucat pasi dan dihantui mimpi buruk kehancuran Israel.
Sumber: Irib
0 komentar:
Posting Komentar