Sejak konflik dimulai, pilot Typhoon dari skuadron 18 RAF telah mendukung aturan no fly zone Libya dari sebuah pangkalan udara di Italia selatan.
Namun, kekurangan pilot pesawat tempur berkualitas menyebabkan RAF tidak memiliki cadangan untuk mengganti mereka ketika skuadron harus dirotasi dalam beberapa minggu.
Kekurangan itu muncul karena pemotongan anggaran yang membatasi jumlah pilot yang telah dilatih untuk menerbangkan Typhoon baru.
Sementara keputusan pemerintah untuk menonaktifkan HMS Ark Royal, jet Harrier dan pesawat pengintai Nimrod - semua memainkan peran dalam konflik Libya - telah memperparah masalah itu.
Seorang pilot RAF telah menghubungi The Daily Telegraph untuk memperingatkan risiko tersebut terhadap operasi Libya. "Kami kekurangan pilot," ujarnya. "Tersedia sedikit pilot yang melakukan dua kali yang seharusnya dilakukan. Jika kita tidak melatih lagi kita akan kehabisan tenaga segera."
Dia menambahkan menghentikan pelatihan pilot tempur Typhoon adalah tindakan menyedihkan yang dapat membuat kekuatan pasukan Typhoon tak ada.
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.