JKGR-(IDB) : Pembahasan tentang hibah pesawat tempur F-16 dari USA seru dan
menarik untuk dicermati. Ini informasi tambahan, tentang pro kontra
hibah pesawat F16. Semoga bermamfaat:
Varian F-16
Seperti mesin perang lainnya, F-16 terdiri dari berbagai varian,
dengan kemampuan dan konfigurasi mesin, avionik, hingga persenjataan
yang berbeda, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya.
Dimulai dari seri A/B dengan versi block 1/15/15OCU/MLU, kemudian seri
C/D dengan versi Block 25/30/32/40/50/52/50D/52+, serta yang termutakhir
F-16 E/F Block 60.
F-16 A/B Block 15 OCU milik TNI AU
Dari seluruh varian F-16, TNI AU kini memiliki sepuluh unit F-16 A/B
Block 15 OCU. Pada saat awal kedatangannya tahun 1989 memang perangkat
persenjataannya belum lengkap di datangkan, namun pada perkembangan
selanjutnya, F-16 milik TNI AU turut dilengkapi dengan Misil Sidewinder
P4 All aspect, dan juga AGM-64D Maverick.
Selain itu verisi Block 15 OCU
juga dilengkapi dengan HUD yang lebih besar, serta memiliki perangkat
radar altimeter sebagai standar, yang memungkinkan F-16 ini dapat
melakukan navigasi terbang rendah mengikuti kontur bumi. Dengan demikian
F-16 yang TNI AU miliki memiliki kemampuan untuk bertempur dalam cuaca
dan menyerang dengan presisi yang tinggi. Oleh karena itu dalam operasi
latihan militer F-16 kerap dijadikan penyerang penutup untuk menghabisi
sasaran yang tersisa.
Selain handal dalam operasi latihan, dalam kondisi
tempur F-16 tetap dapat menunjukan taringnya. Bahkan kini F-16 masih
diadikan kuda beban untuk melaksanakan berbagai tugas guna mendukung
penegakan kedaulatan NKRI, contohnya adalah operasi patroli di wilayah
Ambalat, hingga berbagai patroli di atas pulau-pulau terluar. Kemampuan
F-16 untuk melakukan tugas-tugasnya juga di dukung oleh kemampuannya
untuk dapat terbang jarak jauh, bahkan apabila membawa beban
persenjataan yang sangat berat.
Kesepahaman antara DPR dan pemerintah dalam pengadaan F-16 masih
terus mencari titik temu dari segi teknologi dan pembiayaan. Komisi I
DPR, sebagai mitra pemerintah dalam bidang pertahanan dan keamanan
nasional, memberikan beberapa persyaratan dan skema pembiayaan. Seperti
apa? Berikut polemik sekitar ini.
DPR dan pemerintah telah sepakat bahwa pengadaan F-16 penting bagi
TNI untuk meningkatkan performa dan kewibawaan TNI di lingkungan
regional. Tertuang dalam rencana pembelian di tahun 2011, telah
disepakati alokasi dana untuk pembelian 6 unit F16 baru untuk block 52+,
senilai lebih kurang us$ 430juta. Alokasi pembelian armament (senjata)
dipersiapkan secara terpisah.
Dalam perkembangannya timbul opsi lain. Hasil komunikasi antara TNI
AU dan pemerintah Amerika, secara Goverment to Goverment, pemerintah
Amerika menawarkan program hibah F-16 kepada pihak Indonesia. Program
hibah ini disampaikan juga oleh Presiden Barrack Obama dalam kunjungan
singkatnya ke Indonesia pada 9 November 2010 yang lalu. Hibah F-16 ini
telah mendapat persetujuan dari Kongres Amerika, dengan komposisi sbb :
maksimal 28 unit F-16 block 25, 2 unit F-16 block 15, dan 28 engine utk
F-16 block 25, dengan kondisi “as is where is” (seperti itu, di lokasi
itu) alias apa adanya untuk pesawat F-16 yang diparkir di
Arizona.(tempat penyimpanan) parkir
Di Arizona, terdapat sebuah padang luas, tempat dimana Amerika
memarkir pesawat-pesawat tempur, baik yang masih digunakan maupun yang
tidak digunakan lagi oleh militer Amerika. Padang Arizona memiliki
kelembaban yang rendah, sehingga pesawat yang diparkir di sana tidak
mengalami korosi/kerusakan akibat humiditas.
Kongres Amerika telah
memberikan izin 28 unit F-16 untuk Indonesia, sementara Indonesia hanya
butuh 24, jadi sudah terdapat titik terang. F-16 yang dimaksud kondisi
nya terpakai 4000jam sd 6000jam, sehingga harus dilakukan program Falcon
Star agar dapat digunakan hingga 8000jam terbang. Menurut KSAU,
rata-rata pesawat akan digunakan 10-20jam/bulan, sehingga pesawat bekas
tersebut dapat digunakan selama 12 – 15 tahun.
Karena “as is where is”, berarti delegasi Indonesia harus berangkat
ke Arizona akan memilih 24 unit pesawat yang terbaik dari ratusan F-16
blok 15,25 yang terdapat di sana.
Dalam penjelasan yang disampaikan menteri pertahanan kepada komisi 1,
lebih lanjut ditengarai bahwa pemerintah Amerika ternyata tidak
memberikan hibah “begitu saja”. There no ain’t such thing as a free
lunch, tidak ada makan siang yang gratis. Mereka menawarkan konsep hibah
plus upgrade.
Terjadi Dispute. Proposal yang disampaikan menteri pertahanan,
diperlukan biaya sekitar us$ 450 juta – 600 juta untuk proses hibah
(termasuk upgrade 24 pesawat) tersebut. Pada kesempatan yang berbeda,
terjadi penjelasan Panglima TNI dalam Rapat Dengar Pendapat dengan
Komisi I, ada dua catatan terhadap proses hibah dan upgrade ini.
Pertama, pesawat setelah diambil dari Arizona, kemudian akan diupgrade
ke block 32.
Hasil upgrade bisa selesai dan dikirim ke Indonesia, paling
cepat pada tahun 2014 sebanyak 4 (empat) unit, setelah itu disusul
dengan pengiriman lainnya. Kedua, biaya hibah dan upgrade 450 juta US
dollar harus dibayar pemerintah Indonesia di awal, TUNAI ( perlu diingat
ya ..Tunai di muka) (berharap tidak diembargo, tahu tahu barang tidak
dikirim) uang hangus
Atas persyaratan tersebut, maka terjadilah perdebatan panjang di
ruang rapat Komisi I antara anggota Komisi I DPR RI dengan Pihak
Kemenhan.
Beberapa pemikiran yang dimunculkan oleh anggota Komisi I antara lain:
Pertama; kalau waktu delivery nya lama, kenapa harus beli bekas.
Kalau beli baru, kita butuh waktu sekitar 36 bulan (sekitar 3 tahun)
untuk mendapatkan 6 unit saja dengan daya tahan atau pemakaian jauh
lebih lama (up to 8000jam pemakaian). Resiko membeli bekas, dari segi
teknologi sudah pasti ketinggalan, walau memang harus diakui dari segi
jumlah pesawat lebih banyak dengan jumlah uang yang sama.
Kedua; bila membeli bekas dan kemudian akan melakukan upgrade, maka
Komisi I secara bulat mempunyai pemikiran, “bagaimana jika 24 unit
pesawat F-16 tersebut diupgrade ke teknologi terbaru saja?”. Berdasarkan
penjelasan Kemhan dan TNI AU, block 25 dan bloc 52 memiliki 2 perbedaan
mendasar yaitu Perbedaan Sistem Avionik (block 32 menggunakan teknologi
Commercial Fire Control Computer – CFCC, block 52 menggunakan teknologi
Modular Mission Computer – MMC), Perbedaan Engine (engine block 52
berukuran lebih besar), dan Perbedaan Airframe (mengakomodasi mesin
block 52 yang lebih besar, dan penambahan ruang angkut bahan bakar).
Pilihannya adalah 24 F-16 block 25 tersebut diganti sistem avionik nya
(termasuk mengganti cockpit) menjadi sistem avionic block 52 (sistem
persenjataan menyesuaikan), sementara airframe dan engine tetap.
Sisi Teknologi
Konsep Hybrid (perkawinan), yaitu F-16 block 25, dengan kekuatan
mesin tetap block 25, tapi avionik serta senjatanya di upgrade ke block
52. Keunggulan terdapat di avionic block 52, yang lebih canggih dari
avionic block 25 dan block 32. Catatan : Proposal Kemhan mengusulkan
agar upgrade avionic dilakukan menjadi block 32.
Pertimbangan yang mengemuka : karena Indonesia negara kepulauan, maka
tidak membutuhkan mesin dengan jangkauannya lebih jauh. Untuk
menjangkau Malaysia, misalnya, bisa dari kepulauan Riau, atau Pontianak
untuk menjangkau wilayah Malaysia yang dekat Kalimantan. Begitu juga,
untuk menjangkau Timor Leste bisa dari Kupang.
Dasar pemikiran dari Komisi I dengan konsep Hybryd itu terkait dengan “efek getar” (deterrent effect) dan daya tangkal. Singapura memiliki F-16 block 52 sejak tahun 1998 yang lalu.. Jadi kalau Indonesia di tahun 2014 memiliki 24 unit F-16 yang diupgrade “hanya” menjadi block 32, maka dinilai tidak mempunyai efek getar di kawasan.
Komisi 1 mempersilahkan Kemhan untuk mempersiapkan beberapa opsi,
dilengkapi perkiraan biaya dan waktu, untuk menjadi bahan pertimbangan
yang diperlukan. Proposal Kemhan untuk meng upgrade menjadi block 32,
dan butuh waktu 3 tahun, dengan ongkos us$450 juta, sementara dari segi
efek getarnya juga tidak terasa, maka menurut Komisi I, adalah keputusan
yang “nanggung”, perbuatan setengah-setengah. Adalah lebih baik
sekalian saja beli pesawat tempur baru sebanyak 6 unit blok 52. Selain
efek getarnya lebih terasa, umur pemakaian juga akan lebih lama, yaitu
sekitar 30 tahun, dibanding pesawat bekas yang hanya berumur 12 tahun.
Sisi Pembiayaan
Polemik kedua berkaitan dengan sisi pembiayaan. Skema pembayaran FMS
(Foreign Military Sale) yang ditawarkan oleh pemerintah, sangat menarik,
yaitu G to G (negara dibayar oleh Negara). Namun muncul pemikiran :
Hibah, kok Mbayar?
Muncul pemikiran : (mungkin) pesawat bekas nya hibah, tetapi di
“bundled” dengan membayar utk pelaksanaan program Falcon Star dan
Upgrade.
Skema pembayaran FMS, ada kelemahannya : Pemerintah Amerika minta
dibayar tunai 70% dimuka. Artinya, pesawat dikirim 2014 tapi pemerintah
harus bayar lebih dulu, sekarang juga. Uang sebesar itu (70% x us$450
juta) tertahan diam di kas pemerintah Amerika. Sungguh disayangkan,
semestinya dana sebesar itu bisa kita manfaatkan untuk membeli keperluan
TNI lainnya seperti pembangunan pesawat patroli, kapal patroli, tank
tempur, dan lain-lain.
Ada masukan agar melalui Pinjaman Dalam Negeri
oleh Bank Pemerintah, sebagai contoh melalui Bank Mandiri cabang New
York, Bank Mandiri atas nama Pemerintah membayar penuh ke pemerintah
Amerika, sementara Kemhan membayar ke Bank Mandiri secara installment
per tahun (dicicil).
Komisi I sekarang ingin berbuat lebih baik dalam masa pengabdiannya.
Jangan sampai hanya menjadi “tukang stempel” pemerintah. Tapi harus
benar-benar menjadi mitra pemerintah dalam menghasilkan sesuatu yang
terbaik untuk bangsa dan negara. Karenanya Komisi I membahas setiap
persoalan, secara detil, teliti, dan berorientasi pada kepentingan
bangsa dan negara secara konsisten.
Sisi Pengerjaan Upgrade
Komisi 1 juga menyampaikan pemikiran : untuk memberdayakan kemampuan
engineering Dalam Negeri, bagaimana bila proses Falcon Star dan Upgrade
Block, dilakukan di wilayah Republik Indonesia? Sehingga terjadi proses
pembelajaran dan transfer of technology yang bisa diserap oleh bangsa
Indonesia. Kalau proses Falcon Star dan pelaksanaan Upgrade sepenuhnya
dilakuka di Amerika, komisi 1 menganggap tidak ada nilai lebih yang
signifikan buat industri pertahanan Dalam Negeri.
Ini bagian dari
komitmen Komisi 1 untuk mendukung pemberdayaan terhadap teknologi dan
industri dalam negeri dalam menuju kemandirian alutsista. Pengerjaan
upgrade-nya harus dilakukan di Indonesia dengan supervisi dari pihak
produsen utama. Kami di Komisi I mengetahui bahwa anak-bangsa kita
mempunyai potensi dan kemampuan untuk di bidang teknik perawatan dan
upgrade alutsista.
Memahami pemikiran Komisi 1, anak bangsa Indonesia akan mempunyai
kesempatan untuk melakukan bongkar-pasang pesawat-pesawat F-16 tersebut.
Meskipun mengerjakan barang bekas, ilmu dan pengetahuan yang diperoleh
anak bangsa tersebut merupakan aset yang sangat berharga dalam
perjalanan bangsa ke depan. Jelas itu jauh lebih berguna bila
dibandingkan : beli barang bekas, diupgrade oleh produsen langsung, duit
terbang ke negara lain, sementara bangsa sendiri tidak pernah diberi
kesempatan untuk pintar.
Jadi selain syarat teknologi dan pembiayaan, Komisi I juga memberikan penekanan pada aspek pengerjaan up-grade tersebut.
Dalam dua kali pertemuan, yaitu Senin (19/09) dan Rabu (21/9) antara
pihak Pemerintah dan DPR, kesepakatan belum dicapai. Pihak pemerintah
masih akan mengkaji keinginan Komisi I, dan Komisi I juga belum bisa
menyetujui kemauan pemerintah. Pihak pemerintah yang hadir dalam
pertemuan antara lain Menhan, Wamenhan, Sekjenhan, Panglima TNI, Asrenum
(Asisten Perencanaan Umum) didamping oleh Kasau, Wakasau, dan jajaran
Angkatan Udara.
Sumber : JKGR
pertempuran kan tidak 1 lawan 1, tetapi seluruh unit saling mendukung, antar pesawat dgn beda jenis dan kemampuan termasuk payung udara. seluruh alat diberdayakan se-max mungkin.
BalasHapusfalcon ibarat "prajurit" dgn senjata standar tapi prioritasnya dlm jumlah, bertempur di bawah "comando" pesawat yg lebih canggih, bertempur berdampingan saling melindungi. dgn kombinasi yg pas falcon bisa bikin kursi jadi "panas"
1 burung elang ( su 35) vs 3 burung merpati ( f 16)....?! Lebih baik satu tapi sangat mematikan, daripada tiga hanya sampah yg menjijikkan...!!!
BalasHapusbro.. mau tanya neh.. (sorry, gwe bener2 pengen ngetest pengetahuan loe sedalam apa.)
Hapuspunya ga info / bukti real kejadian SU-35 bertarung dalam suatu pertempuran/peperangan?
kalo F-16 sudah banyak dan sudah terbukti kehandalannya..
bagaimana? masihkah F-16 sampah yang menjijikkan?
Di Satu sisi lanjutkan dan percepat terus program F16 upgrude itu- dg syarat : F16 di upgrude ke blok52- truz jangan mau klo blok32-kok kemhan malah minta blok32- mencurigakan nih Kredebilitas smgat 45 nya- udah ganti aja sama sipil
HapusIndonesia ini emng goblok ya,klo aku bilang goblok pasti byk yg marah....
Hapustp realitinya emng begitu...mungkin terlalu lama kali dijajah sama belanda makanya gobloknya itu tdk pernah hilang"...
selalu tdk pernah belajar dr kesalahan (sejarah) dan selalu berbuat salah untuk yg kesekian kalinya...
Selama orang" yg di pemerintah indonesia itu masih d penuhi dgn orang" jaman orde baru indonesia ini tdk akan pernah maju...
Ano 16.56
HapusNdak ada yang goblok....istilah goblok cuma sudut pandang...kalo iya Indonesia goblok berarti elu memukul sama rata dari jaman raja aswawarman sampe SBY orang Indonesia goblok semua berarti elu juga goblok(semua jadi goblok)....kalo iya Indonesia goblok kenapa bisa merdeka??kenapa bisa buat pesawat??dll pikirkan itu bung.....nada komen elu sedang kecewa terhadap situasi negeri ini betul??hehehe negeri ini memang sedang diuji broo....lebih baik elu lebih giat untuk berkontribusi untuk membangun negeri ini jadi lebih baik dan ayo kita memperkuat persatuan negara kita....
ano 17.54
Hapusterus terang aku pribadi sangat kecewa knp bs d lahirkan d era pemerintahan saat ini...
bagaimana mau berkontrubusi utk membangun negara ini, ank bangsa sendiri d cekal d negara sendiri dan terpaksa berkontribusi utk negara asing...dan yg berkontribusi utk negara asing diangap penghianat,padahal tdk sama sekali...
LANJUTKAN TERUS PROGRAM F16 HIBAH ITU- F16 BLOK32 masih kategori KELAS FIGHTER TOP dunia- tetapi mohon dech kepada pihak2 pelaksana*di dalam proses retropit dll nya musti transparan- dan jurdil OKEE-
Hapusjadi intinya lebih baik beli pesawat SU35 yg baru, walau bisa beli sedikit tapi kecil biaya perawatan dan operasional drpd yg bekas mahal biaya operasional dan perawatannya. SU35 lebih canggih dan garang shg bisa punya efek getar. Apalagi kalo belinya kredit G to G, seharusnya indonesia bisa punya lebih dari 4 skuadron SU35 per 2015 nanti. Pembelian yg tdk nanggung tsb yaitu sekaligus 4 skuadran bisa menghemat waktu utk mempunyainya krn sdh dipesan dr skg, bisa dinego krn beli banyak dan ada TOT
BalasHapusSU 35 maintenencenya murah??bro barang russia itu terkenal mahal dalam perawatannya...juga jam terbangnya juga mahal tahu sukhoi 1 jam terbang ngabisin brapa??2-3 mobil kijang baru broo...jadi kalo mau beli SU-35 jga harus itung biaya maintenencenya ya kalo saya ditanya mau pilih mana ya SU-35 lahh....hehehe
Hapuskebanyakan kok masih belum paham ya, kalo jet-fighter juga punya jenis dan kelas.
Hapuslha ini kok pada membandingkan F-16 dengan Sukhoi Family... ya ga nyambung.
kelasnya beda.
ibaratnya ngomongin medium tank sama heavy tank.. jelas beda penggunaannya, walopun sama-sama ampuhnya.
dan tentunya TNI sdh memikirkan yg "paling memungkinkan dan paling mudah" untuk dijadikan alat perangnya
As we know, kebanyakan barang second dan tua adalah perawatannya yg boros. Bukan membandingkan tetapi utk menyatakan bahwa pembelian tsb sgt nanggung drpd membeli pesawat tempur yg kurang garang dan sdh ketinggalan jaman lbh baik membeli utk prospek ke dpn. Dari segi harga, rusia lbh kompetitif, bisa kredit, tdk perlu takut diembargo, rusia tdk pelit TOT spt dgn india dan brazil beda dg usa.
HapusMIRIS RASANYA MENDENGAR KAN KISAH DI ATAS BUKANYA TNI YAG PUNYA PEMIKIRAN SEBAGUS ITU MALAH DPR KOMISI SATU YG ASLI NYA ORANG SIPIL,......PANTAS SAJA TNI INI DARI DULU OMPONG KARENA ATASAN MEREKA SENDIRI YG BEJAD MENUTAMAKAN KEUNTUNGAN TUK PERUT NYA SENDIRI DARI PADA BERBUAT YG TERBAIK BAGI BANGSA DAN NEGARA.
BalasHapusSemua sudah jelas jd bukan karena pemerintahnya tpi karna TNI itu sediri jd wajar kita selau di tingkat yg rendah Dan kalah dari tetangga kita
BalasHapusMas Anonim 14.14. Kog meremehkan banget sama TNI AU...mereka sebenarnya mencoba untuk memahami kemampuan pemerintah utk membangun angkatan udara yang kuat, kalo disuruh milih pasti pejabat AU akan memilih SU 35, F-35, F 22 d SU 27/30, sayangnya mereka lebih pintar, lebih bijak dan 2000% lebih paham mengenai operasi udara dari pada anda. Mereka tau betul ketika akan melakukan operasi udara offesensive atw serangan udara strategis atw ops hanud mereka butuh apa.....24 unit F-16 cukup utk membangun 1 skadron baru d sisanya utk nambahin skadron F-16 Madiun yg pesawatnya tinggal berapa gelintir saja. Uang utk up grade 450 juta hanya dapat 6 unit F-16 block 52 atw 6 unit SU 27. Bisa apa 6 unit pesawat?..1 unit US, 1 Unit sirkulasi tinggal 4 biji, mau apa...2 pswt jadi striker, 1 pswt jd escort d 1 pswt cadangan, ngelaksanain operasi serangan udara paling cuma mampu sekali saja.....pikir mas sebelum comment..
Hapuslebih mikirin jumlah daripada kualitas trus upgrade nya tanggung2 lage tolol... kali ini ane mendukung dpr,, udah gak usah di cairin aja dana nya sekalian..
BalasHapusLANJUTKAN DAN PERBANYAK TERUS JUMLAH F16 BLOK32- SERU DECH KLO LANGIT KITA BANYAK F16 BLOK32 retropit to BLOK52-PERBANYAK- PERBANYAK- PERBANYAK- PERBANYAK F16 yg jumlahnya banyak bikin ciut tetangga- contoh:korea utara yg miliki banyak MIG17-21 yg kwalitas nya jauh dibawah F16-telah bikin ciut korsel yg punyai F15E- he he he marah lagi ya kamu- marah mulu kau-
Hapuskalo kurs 1 dollar 10 rb rupiah duit 450 jt dolar = 4,5 trilyun... sedangkan harga su-35 1 unit nya sekitar 65 jt dolar atau 650 milyar.. duit 4,5 trilyun bisa dapet sekitar 6-7 unit su-35..
BalasHapusduit udah di kirim misalkan ribut ama u.s trus di embargo barang gak di kirim gigit jari terpaksa mau gak mau nurut aja apa mau nya mereka kita yg punya duit kok mereka yg ngatur2 kemhan bodoh... belin sukhoi aja udah tu duit pusing2 amat...
BalasHapuscma mnang jumlah doank, kemampuan msih di bawah negara tetengga, lebih baik beli sukhoi aj, dijamin lagi ama rusia bebas embargo, dari pada sama amrik
BalasHapusTo IDB maap sy bingung dan mau tanya soal isi bahasan artikel diatas-spertinya gak ada kesimpulan akhir- pastinya F16 blok mana kah- yg nanti mau diterimakan ke rakyat RI itu- apa udah jadi blok 52 ataukah masih blok32- ini kan penting untuk diklarifikasikan-- oke. trms
BalasHapustebak-tebak nih bro ..
Hapussepertinya avionic diupgrage ke block 52,
mesin diupgrade ke block 32
jadinya ya F-16i hehehe... (F-16 block 32 rasa 52)
kita kan paling suka yg ga pakem
seperti T-50i (pesawat traning tp bisa utk serang ringan)
juga chang bogo (U-209 rasa 214) :)
Ano 16.05
Hapusdr kesimpulan ente berarti indo suka alutsista yg KW2 ya...
aduh duh duh miris lg alutsista indo... =))
Mendingan beli dari Tiongkok jelas KW1 :))
Hapuseeh jangan salaaah.. :)
Hapuswalopun diistilahkan selera KW1, KW2 atopun KW apapun ga masalah, berarti SS2 pindad KW juga dong? juga Anoa hehehe..
SS2 Pindad sangat ampuh tuh..
inilah pinternya TNI dan industri pertahanan kita.
Fenomena pesawat rusia Su-35 bagaikan Mig 29 sebelum perang teluk, diagung2kan dpt menghadapi pesawat barat, secara manuver mengagumkan tapi waktu perang banyak yang hancur, dioperasionalkan biaya operasionalnya banyak, RCSnya besar, belum combat proven, kalo dibeli pasti versi downgrade
BalasHapusBro mig 29 emang bener2 canggih, mslhnya waktu perang teluk 1 mig 29 diuber sm 5 F 16 + dibaantu AEWACS, gimana nggak mau rontok itu mig 29, yg pasti kl suatu negara udah dikeroyok sm NATO, mental fighter udah ciut bro, sekali mrk terbang berapa puluh pesawat yg terbang belum lg rudal yg mrk bawa nggak terbatas jumlahnya
HapusSukhoi untuk heavy fighter, jadi jangan bandingkan dengan F16 yang medium fighter
BalasHapusSebagai user TNI pasti lebih tahu, meskipun cuma
Blok 32 namun. saya jamin
pengalaman tempur Pilot TNI-AU bisa
mengimbangi semacam Super Hornatnya AUSIE
Hal itu sudah terbukti Uji Coba F-5 Vs. F-18 Ausie
pada tahun 2002-an, yang membuat Pesawat
F-18 ngak berkutik, karena kepiawaian Pilot TNI-AU
menyiasati Kelemahan Pesawatnya.
Saya kira TNI-AU juga Cerdik memilih F-16
Block-25, karena pesawat ini paling Sempurna dari
segi Aerodinamis, Sedang Block diatasnya
cenderung dipaksakan, sama dengan kasusnya
F-18 Super Hornet Australia yang “MENDEM”
meski Canggih dan mendapat protes keras para
Pilotnya.
Upgrade Block-32, Karena Hampir sama dengan
Block-15 OCU milik TNI, Maka TNI-AU ngak usah
menambah biaya lagi buat beli “Maintenance
Tools”, dan biaya Trainning para Kru ... ///(Copast)
semoga F-16 kita bisa diotak-atik menjadi seperti ini, tapi buat UAV bukan untuk sasaran tembak
BalasHapushttp://www.youtube.com/watch?v=LGDOdDwp0cE
kalo disana saking banyaknya F-16 yg kepakai, sampai dijadikan pesawat sasaran tembak
oooohhh... gitu toh, yo uwis barang kasep kok dibahas maneh....;
BalasHapusUdah terlanjur di beli... Mau pada protes gimana...,itu ngejar kuantitas buat mencetak lebih banyak lagi pilot2 tempur tni au,skalian buat armada patroli mas bro... Kl patroli pake flanker yoo jebol anggarannya...
BalasHapusUdahhhhh dari pada bahas elang bekas Amrik mending bahas tuh LONTONG om Beruang Merah. Masih keren kali dan pasti punya daya getar, negeri tetangga bisa bergetar. 8-)
BalasHapusjiakakak..akhirnya bisa komeng whoaaa ha ha ha :D
BalasHapus5 F-16 block 25+ dg pilot2 TNI vs 1 f-35 ausy menang mana? Gue jagokan TNI
BalasHapusapalagi klo cuma vs 1 f-15/f-18, gue yakin jago TNI...
Lha klo vs 1 su-35 menang mana?
Gue tetep jagokan 5 f-16 apalagi yg milotin TNI AU...
Klo tni dikasih tambahan punya 300 f-16, 2 su-35, dan 5 f-35... INDONESIA MENJADI MACAN GARONG ASIA.
BalasHapusUntuk kuantitas pake f16 bekas.tunggu aja su35 buat kualitas'tunggu aja beritanya. Sama kyk tni AL.pokoknya dah lagu lama.
BalasHapusIndonesia beli F-16 bekas punya AS, kerjasama proyek Kapal Selam dan pesawat jet tempur dengan Korea Selatan konconya AS, beli Super Tucano dari Brazil konconya AS, Beli T-50 Golden Eagle adinknya F-16 dari Korsel konconya AS, beli Frigate Nakhoda Ragam dari Inggris konconya AS, beli tank Leopard Marder dari Jerman konconya AS, beli Frigate dari Belanda konconya AS, dan lain-lain,,, untuk mengimbangi beli Sukhoi, tank BMP 3F, Kapal Selam, rudal Yakhont dari Rusia dan rudal-rudal dari Cina,,, itulah cara Indonesia mengadem ayemkan pihak BARAT ,,, kalau nggak ,,, yah siap-siap aja melihat Indonesia Timur yang kaya sumber daya alamnya lepas merdeka digoyang abis oleh BARAT ,,, semua itu ada harga politik yang harus dibayar ,,, selama kita belum benar-benar bersatu dan kuat,,, maka itulah harga yang harus dibayar ,,, kalau nggak digoyang abis broooo ,,, lihat aja TIMOR TIMUR lepas,,, dua pulau diambil Malaysia,,, bangsa yang besar dan galak ini cuma bisa bengong aja !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
BalasHapusBelajarlah dengan Cina,,, mereka diam selama 50 tahun tapi sambil membangun kekuatan ,,, sekarang lihat aja siapa yang berani lawan Cina???? kita ini terlalu banyak ngomong !!! anak kecil nggak ngerti apa-apa berani memperlihatkan emosi di forum ini maki-maki TNI,,, menghujat bangsa sendiri,,, menghujat masa lalu ORBA segala macam ,,, emang orangtua mereka bukan hasil dari jaman ORBA ??? ....... ayo lebih baik diam dan membangun kekuatan bersama-sama ,,, yakin dalam waktu 20 tahun kita kan bisa membusungkan dada kembali di dunia Internasional seperti jaman Sukarno !!! Merdeka !!!
Banyak hal terlupakan sebagai negara defensif adalah hal yg lebih wajib jika RI memperkuat Sistem Arhanud nya dengan kelas tercanggih seperti S30, tdk perlulah RI mengutamakan pengadaan jet tempur sekelas SU 35/F 35,dan yg sangat2 penting lg adalah RI WAJIB memiliki RADAR TERBARU(bila perlu yg anti stealth) dengan jangkauan yg luas seperti radar yang dimiliki Iran atau Russia yg berjangkauan 3000 km dan pesawat Peringatan Dini (AWACS) agar segala bahaya bisa terdeteksi lebih dini,KARENA WILAYAH UDARA KITA BANYAK KECOLONGAN...apakah kita gak kepikir sebelum sempat menerbangkan jet tempur untuk menghadang ternyata pangkalan udara kita sudah hancur diserang jet musuh..?
BalasHapusulasan bodo...
Hapusutk ap ad mata tp tdk ad tangan...
alutsista itu harus sejalan bersamaan...ngerti lo
Lebih baik di CANCEL AJAH.
BalasHapusWeeiii panglima2 TNI jangan bangsa indonesia mengenai anggara n ngomong banyaknya daerah bolong krn tidak ada pengawalan yah karena kalian sendiri tidak tau pemetaan kekuatan negara kite...ini salah satunya dgn duit gede dptnya barang2 KW an..beli kek barang yg mempunyai daya pukul yg besar ckckckck apa karena dpt komisi yg gede trus lgsg ke kantong ente semua
BalasHapusBanyak hal terlupakan sebagai negara defensif adalah hal yg lebih wajib jika RI memperkuat Sistem Arhanud nya dengan kelas tercanggih seperti S300, tdk perlulah RI mengutamakan pengadaan jet tempur sekelas SU 35/F 35,dan yg sangat2 penting lg adalah RI WAJIB memiliki RADAR TERBARU(bila perlu yg anti stealth) dengan jangkauan yg luas seperti radar yang dimiliki Iran atau Russia yg berjangkauan 3000 km dan pesawat Peringatan Dini (AWACS) agar segala bahaya bisa terdeteksi lebih dini,KARENA WILAYAH UDARA KITA BANYAK KECOLONGAN...apakah kita gak kepikir sebelum sempat menerbangkan jet tempur untuk menghadang ternyata pangkalan udara kita sudah hancur diserang jet musuh..?
BalasHapusTolong buka mata..yg namanya Amerika tu negara2 sahabatnya(eropa) aja disadap apalagi kita???..jadi jgn tertipu dgn segala kebaikan Amerika (ingat sejarah!! peranan CIA ngaduk2 negara ini dulu sperti apa?),apakah gak kepikir yg namanya Amerika dgn kemampuan tekhnologinya menjadikan alat2 tempurnya sebagai Kuda Troya dgn embel2 hibah (tapi bayar)...skrg tdk akan terasa..tapi saat perang yg sesungguhnya akan terasa bahwa alat2 tempur itu mudah rontok oleh musuh..karena apa? Anda2 sekalian pasti sudah bisa menjawabnya...ingat setelah kemerdekaan kita belum punya pengalaman berperang tapi kita HARUS BERKACA dari peristiwa2 perang yg dialami negara lain..tau2 jet kita di lock musuh atau mesin ngedadak mati..krn Amerika punya tekhnologi sprti itu..jgn pernah mempercayai iblis..
BalasHapusSehebat apapun senjata di tangan anda...akan tidak ada artinya jika mata anda tidak jeli atau buta.....begitulah betapa pentingnya peranan radar dalam militer..
BalasHapusheleh akhirnya carut marut juga kan. singapura sdh punya block 52 sjak thn 82 kok kita cuman puas block 32 aja, yang akan baru diadakan. ini namanya menginjak harga diri.hayo jgn injak2 bangsa sendri. ingat itu duit rakyat
BalasHapusKEMENHAM ITU TOLOL !
BalasHapuses.....es.....es.....buat kepala panas....es...es...es.....
BalasHapusKalo saya sih setuju, walaupun udah tua tidak jadi masalah. Jumlah pespur harus banyak, ingat negara kita terlalu luas, mau beli baru apa ya bisa? Bukannya menghina tapi coba anda pikir, beli baru dapat apa dan jumlahnya berapa? Belum senjatanya? Makan waktu pembuatannya, paling setahun datangnya 4 pesawat sisanya tahun depan. Masalah pesawat bekas gak apa-apa yg penting jumlahnya banyak dan masih bisa mematikan. NKRI kalo perang di keroyok loh, apa lagi ini kebanyakan pulau, gak mungkin AD AL bisa nangani invasi musuh dengan cepat, yg dibutuhkan pesawat yg buanyak, masalah bekas gak ada masalah sih, cukupnya itu. Ntar paling nambah SU-30 atau 35.
BalasHapusOh ya satu lagi, kalau kalian semua beranggapan bahwa pembelian pesawat bekas ini menginjak-injak harga diri bangsa, berarti kalian tidak percaya dengan kemampuan TNI-AU? Inget kejadian pesawat HAWK me-lock FA-18 Ausie? Itu karena kemampuan atau alat yg canggih? itu kan pesawat rongsok juga? tapi bisa tuh mengunci FA-18? nah kemampuan pilot kita gak diragukan kan? Alat boleh canggih, tapi kalo pemakai tidak menguasai yah mati.
HapusApa an sih' nih si rizki sebut2 rongsok segala- HAWK209 sih bukan barang rongsok- alias tidak twe2 amat tau"*itu jet hawk kluaran 95 an tau-umurnya lebih muda dari F111 ADVARK RAAF-F5 singapore- dll tau- ha ha ha
HapusYah tapi speknya kalo dibandingin FA-18 gimana coy? jauh kan? tapi masih nandingin kan?
Hapusdaripada perbanyak f16 rongsok block 32lagi mending beli jas35 grippen yang biaya operasionalnya 1/2 dari elang naas.
BalasHapus150 Trilyun cuman dapat barang rongsokon sungguh terlaaaaluuuu, semoga pemimpin yang akan datang benar2 memperhatikan alutsista yang canggih dan modren, tidak seperti pemimpin yang sekarang aamiin
BalasHapus