Sabtu, Oktober 18, 2014
7
JAKARTA-(IDB) : Drone atau pesawat tanpa awak merupakan alat pertahanan canggih yang ada saat ini. Drone tercanggih di dunia saat ini masih diproduksi Amerika Serikat (AS) dengan harga yang cukup mahal.

"Drone itu, Pak Jokowi mengatakan harganya Rp 3 triliun/unit. Mahal karena memang alat UAV pertahanan yang dibuat Amerika. Di Amerika dia bisa mengontrol sampai ke Afghanistan dan menghancurkan musuh," kata Laksamana (Purn) Tedjo Eddy di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (16/10/2014).

Sementara itu, Eddy mengakui, perusahaan lokal juga telah dapat memproduksi drone. Namun dalam hal teknologi, drone dalam negeri tidak secanggih AS.

"Kita ada industri dalam negeri yang mampu membuat drone dengan teknologi yang sudah ada. Mereka sudah hadir kemarin dan sudah diperlihatkan drone jaraknya baru 50 km, tetapi kan bisa dikembangkan," papar pria yang disebut-sebut jadi calon Menko Maritim pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) ini.

Walaupun teknologi drone dalam negeri masih terbatas, tetapi ia tetap bangga perusahaan lokal sudah bisa memproduksi drone. Apalagi dengan harga yang lebih murah, industri drone lokal dinilai akan semakin berkembang.

"Kita sudah bisa buat itu sehingga anggaran bisa dihemat," cetus Ketua Umum DPP Ormas Nasional Demokrat ini.

Drone atau pesawat tanpa awak di dalam negeri salah satunya sudah diproduksi oleh Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan). Lapan sudah membuat pesawat tanpa awak atau disebut Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle.

Lapan sudah memulai memproduksi pesawat tanpa awak sejak 2011, seiring pengembangan program penerbangan nasional. Pesawat tanpa awak pertama yang dibuat dan dikembangkan Lapan adalah jenis Lapan Surveillance UAV-01X.

Lapan Surveillance UAV-01X adalah jenis pesawat tanpa awak berukuran kecil yang membawa kamera seberat 1,5 kg. Cara menerbangkan pesawat ini cukup hanya dilempar dan dapat mengudara selama 30 menit sepanjang 40 km, dengan daya tinggi jelajah 500 meter.

Setelah itu, Lapan kemudian mengembangkan LSU 02 dengan ukuran dan tingkat daya jelajah lebih besar dibandingkan 01X. Teknologi yang digunakan juga jauh lebih tinggi dibandingkan 01X.

Lapan Surveillance Unmanned Aerial Vehicle-02 atau LSU 02 terbang sejauh 200 kilometer dengan kecepatan terbang mencapai 100 km/jam. LSU 02 memiliki bentang sayap 2.400 mm dengan panjang beda 1.700 mm. Pesawat tanpa awak ini dapat digunakan untuk keperluan Airbone Remonte Sensing dengan tinggi daya jelajah 3.000 meter.



Sumber : Detik

7 komentar:

  1. ya gpp pake aja dl sementara nti sapa tau dapat perhatian dr pemerintah terus di kasih uang tambahan buat dikembangin, mungkin dr pengurangan subsidi bbm kl 20% dialihkan ke riset dan teknologi kan bisa di kembangin lg, drpd beli dr luar tp dipake cm ngeliatin laut, kl cm liatin laut pake yg lokal aja.

    BalasHapus
  2. yg jelas kalau drone yg harganya triliunan gak usah dibeli lah, buang2 duit aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. setubuh eh salah setujuh, mending duitnya buat kita2 utk ngembangin pertanian kek ato perkebunan ato jg di perikanan, kan hasilnya buat kita2 jg.

      Hapus
  3. Agan2 sekalian. Sy saya bingung kalo drone seharga Rp. 3 T itu bawanya apa aja? Kalo bawanya cuma kamera dan radar buat mantau kemahalan, mendingan bikin sendiri. Pak Josapat Tatsuko juga bisa bikinin. Harganya gak lebih dari Rp. 10 milyar atu bijinya.
    Trus kalo drone amrik itu dilengkapin rudal. Emang entu kapal2 asing pencuri ikan mau dirudal? Bisa kena HAM nanti Indonesia. Malah besok2 kita bisa dibales, kalo kapal nelayan Indonesia masuk perairan negara lain langsung di sapu sama CIWS kapal nelayannya sampe tenggelam berikut mayat2 nelayan Indonesianya. Ane bingung, dasar pemikirannya apa sampe mau beli drone amrik cuma buat mantau laut doang.
    Kalo buat siaga perang malah lebih bahaya lagi. Kan itu dron menggunakan satelitnya amrik, ya pasti langsung diambil alih drone-nya sama amrik lah

    BalasHapus
    Balasan
    1. yg jelas mah kl harganya triliunan aji mumpung kita korupsiin rame2 bos, kan indonesia banget pejabatnya bgt, kpn lg bisa bagi2 hasil mumpung jd pejbat.

      Hapus
  4. Ersato "sataja bangatt dah" mungkin uang y ngmbil jata dari jembatan selat sunda X yg di gosipkan kagak di bangun,.

    BalasHapus
  5. kita harus bisa mandiri, harus infestasi teknologi masa depan, AS sendiri menggelontorkan dana triliunan, untuk riset dan pengembangan UAVnya....kita harus bisa!!!!

    BalasHapus