Minggu, Oktober 19, 2014
1
ANALISIS-(IDB) : Pelantikan Presiden terpilih Joko Widodo tanggal 20 Oktober 2014 merupakan momentum sejarah bernilai akbar dan membanggakan. Karena disamping dihadiri oleh banyak kepala pemerintahan, menteri luar negeri dan utusan negara sahabat yang punya kepentingan dengan RI, juga disiarluaskan ke seluruh dunia oleh media utama dunia sebagai sebuah suksesi terhormat dari negara demokrasi terbesar ketiga dunia, berpenduduk muslim terbesar di dunia, dengan PDB sepuluh besar dunia.  Majalah TIME menampilkan cover majalah bergambar Jokowi dengan mimik serius berjudul : A New Hope.



Tetapi seperti biasanya tidak ada rasa syukur dari sebagian politisi kita dan juga sebagian media kita, yang hanya melihat sudut pandang demokrasi dari kacamata dia, kata dia, sesuai kehendak dia. Jika tidak sesuai dengan kepentingannya lalu keluarlah kalimat dan judul yang tak pantas dan tak terhormat. Dunia mengakui nilai dan kualitas demokrasi Indonesia yang bergengsi, mampu dijalankan dengan aman dan lancar.  Artinya para pemilih kita adalah pemilih cerdas yang telah melakukan hak dan kewajibannya secara cerdas dan bersemangat.




Disambut 20 ribu prajurit dengan kehangatan
Sambutan dunia yang begitu antusias untuk menyambut pemerintahan baru Indonesia sesungguhnya tak terlepas dari geliat perkuatan ekonomi dan perkuatan militer negeri seribu kepulauan ini selama sepuluh tahun terakhir. Ini adalah pandangan paling obyektif ketika kita ingin menjelaskan tentang keberhasilan yang telah dicapai.  Sesungguhnya RI mampu menegaskan pada dirinya sendiri, pada kekuatannya sendiri untuk bangkit, berdiri dan berlari mengejar ketertinggalannya dan “kekuatan lari” itu sekarang diperhitungkan oleh dunia.



Kekuatan daya beli bangsa ini, kekuatan PDB, daya serap belanja masyarakatnya yang luar biasa, pangsa pasar yang menggairahkan, rasio utang dan PDB yang cukup aman, sumber daya alam yang menggairahkan, kebiasaan masyarakatnya yang gemar “silaturrahim” di media apa saja termasuk media sosial sehingga selalu menjadi trending topic dunia, tak bisa terbantahkan.  Republik Indonesia saat ini adalah sebuah kapal besar yang sedang melaju dan terus melaju dengan segala potensinya, peluangnya, gairahnya dan eksistensinya.



Sebagai contoh perkuatan militer kita saat ini sebenarnya barulah tahap awal untuk menuju kekuatan militer yang sepadan dengan luasnya wilayah yang  mesti dilindungi.  Unjuk kekuatan yang dilakukan pada saat hari ulang tahun TNI tanggal 7 Oktober 2014 adalah bagian dari kampanye militer bahwa negeri ini akan terus memperkuat militernya untuk gizi otot kekuatan teritorialnya, harkat martabatnya, dan kekuatan diplomasinya. Dan ini seirama dengan pertumbuhan dan perkuatan ekonomi nasional.



Negara-negara yang mengirimkan “utusannya” pada pelantikan Jokowi, apakah kepala negara langsung atau menlu dan menteri lain seungguhnya punya kepentingan pada kekuatan ekonomi dan militer Indonesia.  Bayangkan saja misalnya dengan anggaran belanja 200 trilyun untuk belanja alutsista selama lima tahun ke depan, itu bukan duit sembarangan Om.  Itu madu manis yang mampu menarik semut produsen alutsista utuk berbondong-bondong datang ke Jakarta. Makanya perhelatan pelantikan itu mesti dihadiri meski tak ada undangan resmi. Ya hitung-hitung sebagai penghormatan dan ikut bersuka cita atas kemegahan demokrasi dan kemenangan Jokowi.




Kepemimpinan santun dengan senyum yang khas
Angka 200 T itu bukanlah angka istimewa atau hanya sebuah mimpi untuk mencapainya.  Itu sebuah angka yang realistis dan obyektif sebagaimana data yang pernah disampaikan oleh  pemerhati pertahanan Andi Widjajanto jauh-jauh hari. Istimewanya lagi Andi adalah orang dekat Jokowi. Dalam program MEF I (2010-2014) telah disediakan anggaran 150 T dan hasilnya bisa kita lihat sendiri sehingga untuk kelanjutan program MEF II maka angka 200 T itu merupakan sebuah angka yang sangat wajar untuk dianggarkan.



Kita masih akan terus memperkuat diri untuk menambah minimal 2 skuadron tempur, tambahan beberapa kapal selam selain 3 Changbogo yang sedang dibuat, satuan peluru kendali anti serangan udara jarak sedang, kapal-kapal kombatan bertonase besar, penambahan radar militer dan lain-lain.  MEF II (2015-2019) adalah sebuah episode penting untuk menjadikan pengawal republik diperhitungkan di kawasan ini.  Lima tahun ke depan, ketika matahari memasuki cakrawala 2020 kita sudah bisa membeton kekuatan pagar teritori kita secara keseluruhan.



Kita akan melaju terus dengan kegairahan yang tak terbendung. Kita sudah meletakkan dasar-dasar keberhasilan selama sepuluh tahun terakhir ini.  Keberhasilan itu tentu tidak terlepas dari kepemimpinan Presiden SBY yang harus kita akui mampu memberikan nilai tambah yang mengagumkan dalam pertumbuhan dan perkuatan ekonomi, perkuatan alutsista dan perkuatan demokrasi.  Ada yang kurang, tentu, tidak ada kesempurnaan dalam setiap pola kepemimpinan. Namun dalam bingkai penilaian proporsional kita sangat mengapresiasi keberhasilan SBY selama masa pemerintahannya.



Terimakasih Jendral Susilo, meski ada sebagian kecil warga bangsa yang termakan fitnah media partisan dan politisi kampungan, tetapi yakinlah pada sebuah saat nanti mereka akan bisa membandingkan kualitas kepemimpinan anda.  Dan bagaimanapun anda telah memberikan dharma bakti yang begitu luar biasa di alam demokrasi yang hingar bingar ini.  Suksesi adalah kodrat demokrasi untuk menampilkan wajah baru dan kepemimpinan baru.  Kita menyambut dengan sejuta doa semoga bangsa ini akan semakin terhormat, disegani, berkarakter dan sejahtera.



Sumber : Analisis

1 komentar:

  1. Dilihat ya website kami :http://www.3teria.com/

    dan fanpage kami : https://www.facebook.com/pages/3teria/763405933747637

    BalasHapus