Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan, pengiriman misi ke
Irak memilik “tujuan yang jelas dan spesifik”: memerangi gerombolan ISIS
dan syukur-syukur kalau bisa mengusir mereka.
CANBERRA-(IDB) : Sejumlah jet tempur Australia dan sekitar 600 personil militer, termasuk pasukan khusus, akan di kirim ke Timur Tengah dalam dua pekan mendatang. Mereka akan bermarkas di Uni Emirat Arab dan siap beraksi di Irak.
PM Abbott mengatakan, Australia akan mengambil “keputusan akhir” terkait operasi tempur “minggu depan atau setelahnya”, tulis ABC News Australia, Senin (15/9/2014).
Misi ini menurut Abbott bisa berlangsung selama berbulan-bulan, tapi tujuan utamanya lebih ke bantuan kemanusiaan.
“Saya tidak bilang misi ini hanya beberapa pekan atau beberapa bulan. Namun kita punya tujuan khusu dan jelas untuk mempreteli ISIS, merusak sebanyak mungkin kekuatan mereka, bahkan kalau bisa mengusir mereka dari Irak,” kata Abbott.
Tindakan Australia kali ini , kata Abbott, tentu berbeda dengan perang Irak 2003, karena pemerintah Irak yang baru menyambut baik bantuan internasional.
PM Abbott berharap situasi di Irak sudah makin terfokus setelah digelar rapat Dewan Keamanan PBB di New York pekan depan, yang bakal dihadiri oleh dan diketuai oleh Presiden AS Barack Obama.
Menteri Pertahanan Australia David Johnston yakin bahwa program ini sangat mungkin menggerus kekuatan ISIS.
“Kami melihat betapa cepat orang bergerak. Kita melihat tingkat pembunuhan terhadap warga sipil tak berdosa semakin tinggi. Jadi kita harus merespon,” tutur Johnston.
Duta Besar AS untuk Australia John Berry mengatakan, negaranya menyambut baik uluran Australia terhadap koalisi anti-ISIS pimpinan AS.
“Kita akan terus berkoordinasi dengan sekutu Australia dan para mitra koalisi untuk bekerja keras mendepak ISIS,” kata Dubes John Berry.
AS juga mengedipkan signal hijau melakukan serangan udara di Suriah, tapi menurut Abbott masalah ini bukan menjadi perhatian misi Australia saat ini.
“Ada perbedaan mendasar antara operasi tempur di dalam Irak yang sepenuhnya didukung oleh pemerintah Irak dan Australia. Sedangkan operasi pertempuran di Suriah tidak mendapat persetujuan dari diktator Bashar al-Assad.
Sumber : Inilah
0 komentar:
Posting Komentar