Kamis, Juni 19, 2014
2
BANDUNG-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin menilai, industri pertahanan Indonesia sudah bangkit dari keterpurukan. Hal itu setelah, ia berkeliling melihat langsung proses kerja tiga perusahaan yang membuat alutsista TNI AD, AL, dan AU.

Sjafrie menerangkan, kunjungannya ke PT Pindad, Bandung menunjukkan bahwa produksi Panser Anoa dan Komodo sudah melebihi 300 unit. Padahal, kapasitas produksi Pindad hanya 80 unit per tahun. Belum lagi, pihaknya juga sudah memberi order Pindad untuk melakukan retrofit bodi dan mesin AMX-13 sebanyak 400 unit.

Dengan diperbaruinya persenjataan, teknologi dan mesin kelas ringan tersebut maka tidak ada keraguan lagi bahwa Pindad sudah bisa bersaing di tingkat regional untuk memasarkan produknya. "Kita masih butuh 200 panser lagi, dan semoga perusahaan bisa menjawabnya dengan meningkatkan produksi plus teknologi kendaraan tempur ini," kata Sjafrie, Rabu (18/6).

Penilaian yang sama juga diberikannya kepada PT Dirgantara Indonesia (DI). Mabes TNI AU melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan), kata dia, sudah mempercayakan PT DI untuk membuat pesawat CN 235 sebanyak sembilan unit. Nantinya, keberadaan pesawat angkut sedang tersebut akan menggantikan Fokker 27.

Saat ini, kata dia, pengerjaan pesawat CN 235 kedelapan sudah hampir selesai. Tentu saja pesawat kesembilan juga menyusul untuk diproduksi. Melihat kinerja PT DI yang tepat waktu, ia menyebut, tidak ada keraguan lagi bahwa industri pertahanan di bidang penerbangan Indonesia telah menuju jalan kesuksesan.


"Industri pertahanan kita sudah bangkit. PT DI dan Pindad sudah memasuki periode bangkit dan siap bersaing untuk memasarkan produknya ke luar negeri," kata pensiunan jenderal bintang tiga itu.

Komitmen pemerintah untuk memajukan industri pertahanan tidak melulu ditujukan kepada BUMN. Menurut Sjafrie, Kemenhan juga sudah memberi kontrak kerja PT Daya Radar Utama (DRU) Shipyard untuk menyelesaikan pembangunan landing ship tank (LST) senilai Rp 180 miliar. Perusahaan yang memiliki galangan di Bandar Lampung itu sudah berkomitmen menyelesaikan LST pada September mendatang.

"Perusahaan ini merupakan representasi perusahaan swasta yang ikut diajak untuk menghidupkan lagi industri pertahanan. Selesainya kapal ini akan menjadi momen kebangkitan industri pertahanan negara dan swasta," ujar Sjafrie.

Mantan pangdam Jaya itu tidak berlebihan. Menurut dia, kehadiran LST sangat dinantikan untuk mengangkut MBT Leopard 2A6 ke berbagai pulau di Indonesia. Satu unit LST memang hanya mampu memuat 10 tank kelas berat.


"Namun, ini yang pertama kalinya dimiliki Indonesia. Ini sejarah baru, nanti perlu dipertimbangkan untuk membuat lagi karena MBT Leopard yang akan datang di atas 100 unit dan perlu kapal pengangkut lebih banyak," ujar Sjafrie.

Kunker Ke PT. DI Bandung

Wamenhan beserta rombongan mendarat di Lanud Husein Sastranegara tepat pukul 07.30 WIB dengan menggunakan pesawat CN 295 dari Skadron Udara 2 Halim Perdanakusuma dengan penerbang Letkol Pnb Destiyanto.

Pada kunjugan kerja seharinya Wamenhan beserta rombongan menijau PT DI dan PT Pindad. Setibanya di PT DI Wamenhan yang didampingi Danlanud Husein Sastranegara menuju hanggar CN 295 yang merupakan tempat pembuatan pesawat CN 295.

Dalam kesempatannya Andi Ali Sabana selaku Direktur Struktur PT DI memberikan penjelasan tentang kesiapan PT DI dalam menerima pesanan pesawat dari TNI maupun dari negara lain kepada Wamenhan.

Setelah meninjau PT DI Wamenhan beserta rombongan menuju PT Pindad guna melanjutkan kunjungan kerja satu harinya di Bandung.


Kapal LST Produksi Dalam Negeri

Proses penguatan alustsita TNI terus berjalan. Salah satu alutsista yang bakal memperkuat TNI AL adalah landing ship tank (LST). Jenis kapal tersebut selain untuk pendarat serang, juga bisa digunakan untuk mendaratkan tank di tepi-tepi pantai.

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, proyek pengerjaan LST masih berlangsung. Jika sesuai jadwal, kata dia, proses serah terima kapal pengangkut tank itu akan dilakukan pada September mendatang. Saat ini, PT Daya Radar Utama (DRU) Shipyard selaku perusahaan galangan sedang mempercepat penyelesaiannya.

"Kapal ini nantinya akan mengangkut tank kelas berat Leopard yang akan segera datang ke Indonesia, sebanyak di atas 100 unit. Saya confident, target penyelesain kapal ini sesuai target," kata Sjafrie, kemarin.

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menunjuk PT Daya Radar Utama Shipyard untuk mengerjakan kapal itu dengan nilai kontrak Rp 180 miliar. Proses pengerjaannya dilakukan di Bandar Lampung. Yang membuatnya bangga, kapal itudikerjakan oleh tangan kreatif anak bangsa dan putra daerat.
Setelah mencermati dan melakukan obsercasi langsung, Sjafrie optimistis tiga bulan lagi, satu kapal pengangkut MBT Leopard 2A6 itu bisa memperkuat daftar alutsista baru di TNI AL. "Ini adalah satu kapal pertama yang dimiliki TNI, yang bisa mengangkut Leopard, tank berat untuk memodernisasi alutsista," ujar pensiunan jenderal bintang tiga tersebut.

Menurut Sjafrie, kehadiran satu kapal pengangkut tank kelas berat itu memang masih kurang. Pasalnya, kapasitas LST itu hanya sanggup mengangkut 10 unit MBT Leopard jika sewaktu-waktu ingin memindahkan tank buatan Jerman itu ke setiap pulau.

Dengan jumlah MBT Leopard 2A6 lebih 100 unit maka ia tidak memungkiri ke depannya akan dibangun lagi kapal pengangkut tank. Tentu saja, hal itu dapat terwujud dengan mempertimbangkan jumlah anggaran.

"Ini sejarah baru. Ini kontribusi pemerintah untuk melibatkan perusahaan swasta dalam membangkitkan industri pertahanan dalam negeri. Apalagi, teknisi berasal dari daerah," kata Sjafrie.





Sumber : Republika

2 komentar:

  1. Boleh jg tuh,,. mobil model Komodo dipasarkan alias dilego ke publik dgn perlengkapan dan kebutuhan yg tentunya disesuaikan utk sipil....!

    BalasHapus
  2. jeep komodo bagus nya di produksi msssal buat tni , jeep hanvee comodo tepat sekali buat patroli border area tori tori di pedalaman papua . selain lincah gampang di mobillisasi untuk melindungi pasukan reguler dari jebakan para pembangkang .

    BalasHapus