JAKARTA-(IDB) : Indonesia,
melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), masih belum
bisa mewujudkan mimpi untuk membuat dan meluncurkan roket sendiri.
Bahkan, pengorbitan satelit Lapan-A2 pun terpaksa menumpang pada roket
India.
Perwakilan Pusat Teknologi Roket Lapan, Bagus Hayatul Jihad, menjelaskan kendala mereka dalam membuat dan meluncurkan roket, sebenarnya hanya dua. Pertama adalah penelitian strategis dan kedua bahan yang dibutuhkan untuk membuat tabung roket.
Senin 12 Mei 2014, Bagus menilai uang bukanlah kendala bagi Lapan. "Kami percaya pemerintah itu banyak uangnya. Hanya saja ini terkait dengan persediaan bahan-bahan untuk pembuatan tabung roket. Uangnya ada, tapi barang yang dibutuhkan itu tidak ada," katanya dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Teknik Mesin dan Teknik Eletro, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bagus menerangkan, bahan yang dibutuhkan untuk membuat tabung roket itu adalah bahan yang ulet, elastis, dan kuat. Tak hanya itu, bahan ini juga harus tahan terpapar suhu tinggi. Lapan tidak mungkin menggunakan besi atau logam lainnya. Tim sempat melirik bahan keramik karena terbukti kuat. Tapi, kelenturan keramik masih diperlu diuji.
Perwakilan Pusat Teknologi Roket Lapan, Bagus Hayatul Jihad, menjelaskan kendala mereka dalam membuat dan meluncurkan roket, sebenarnya hanya dua. Pertama adalah penelitian strategis dan kedua bahan yang dibutuhkan untuk membuat tabung roket.
Senin 12 Mei 2014, Bagus menilai uang bukanlah kendala bagi Lapan. "Kami percaya pemerintah itu banyak uangnya. Hanya saja ini terkait dengan persediaan bahan-bahan untuk pembuatan tabung roket. Uangnya ada, tapi barang yang dibutuhkan itu tidak ada," katanya dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Teknik Mesin dan Teknik Eletro, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bagus menerangkan, bahan yang dibutuhkan untuk membuat tabung roket itu adalah bahan yang ulet, elastis, dan kuat. Tak hanya itu, bahan ini juga harus tahan terpapar suhu tinggi. Lapan tidak mungkin menggunakan besi atau logam lainnya. Tim sempat melirik bahan keramik karena terbukti kuat. Tapi, kelenturan keramik masih diperlu diuji.
"Ini juga yang membuat kami sulit untuk membuat roket yang bisa diterbangkan untuk mengorbitkan satelit. Karena hingga saat ini kami masih mendesain roket pada kondisi kritis, yang punya bobot paling enteng dan bisa melesat lebih cepat," paparnya.
Kendala lain yang ditemukan oleh Lapan adalah dalam pengembangan roket. Menurut Bagus, penelitian tentang roket adalah penelitian strategis di seluruh negara. Sehingga, seluruh negara telah memiliki teknologi roket kemudian mengambil kebijakan untuk memproteksi penelitian-penelitian mereka itu.
Makan Waktu
Buntutnya, Indonesia sulit mengembangkan teknologi roket sendiri karena minim transfer knowledge.
Jika ingin berguru ilmu kepada negara-negara yang sudah memiliki
teknologi roket, Indonesia harus merogoh kocek yang sangat banyak.
"Sampai saat ini kami
masih meneliti sendiri. Pasti akan memakan waktu cukup lama, karena kita
tahu sendiri bahwa teknologi industri yang berkembang di Indonesia ini
adalah teknologi industri konsumsi," jelasnya.
Oleh karena itu, Pemerintah sudah melarang untuk ekspor bahan-bahan mentah seperti besi, minyak, rotan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata dia, Indonesia akan dipacu untuk memproduksi sesuatu dari bahan-bahan mentah itu.
Oleh karena itu, Pemerintah sudah melarang untuk ekspor bahan-bahan mentah seperti besi, minyak, rotan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata dia, Indonesia akan dipacu untuk memproduksi sesuatu dari bahan-bahan mentah itu.
Kondisi ini juga yang
memacu Lapan untuk mengembangkan roket-roket meski masih sebatas untuk
penelitian dan pertahanan, seperti roket Sondak RX-550 dan Roket
Pertahanan RHAN 122.
Sumber : Vivanews
Bongkar berbagai Roket yang sudah dibeli tiru habis habisan rubah permukaanya rugi sedikut tapi tahu ilmunya. atau kerja sama dengan Iran dan korut. Negara tersebut sedang diisolir kemungkinan besar akan mau share teknologinya.
BalasHapusTehnologi roket dan rudal adalah tehnologi yang merupakan gabungan berbagai disiplin ilmu.Untuk itu LAPAN harus membuka diri untuk bekerjasama dengan peneliti lainnya.Kalau kita memulai dengan rancangan sendiri tentu butuh waktu lama ,kenapa tidak tiru cara China yang mampu menduplikasi hampir semua produk.Tentu butuh alat untuk menduplikasi ,nah Indonesia punya Warsito yang ahli tehnologi 4 dimensi yang pertama didunia.Dengan alat yang dia ciptakan kita bisa tiru misalnya exocet rudal. Warsito mendirikan CTECH Labs (Centre tomography research Laboratory).Temuannya ECTV 4 diminsi telah di patenkan bahkan telah dipakai oleh NASA.Kenapa tidak bekerjasama dengan belia.Banyak lagi ilmuwan Indonesia yang punya potensi seperti ahli nano untuk research bahan yang juga terkenal.Jadi kesimpulannya bagaimana me manage seluruh potensi yang ada,itu yang belum maksimal.
BalasHapuspergi saja ke negri Kim Jong Un belajar di sana,negara miskin itu pun bisa meluncur kan rocket sendiri,tapi kabar nya KORUT pakai teknologi dari negara di timur tengah sana sehingga bisa berhasil dalam teknologi rocket dan rudal,tapi kalau cara pandang kebanyakan pejabat dan rakyat Indonesia masih rasis..... sampai kapan pun susah mau maju orang mau nolong pun mikir mikir dulu.... he he he slamat belajar
BalasHapusAhh masa???..hehehe..2020 sdh meluncur ke bulan...pipa"peralon" news gak bagus buat sumber...maju terus LAPAN .
BalasHapusSttt.. diem2 yaaa....
Kerjasama ama iran aja, kita rangcang mitra strategis tapi dengan sembunyi2, penting indonesia sukses n tidak boleh dirugikan.apapun caranya, mereka negara2 besar yang pelit & licik, kita manfaatkan saja strateginya balik terhadap mereka. Menuju indonesia bisa n juara
BalasHapus