ANALISA-(IDB) : Sudah satu bulan lewat satu hari sejak
hari Sabtu (8 Maret 2014) pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines dengan
nomor penerbangan MH370 menghilang dalam rute penerbangan Kuala
Lumpur-Beijing. Beragam informasi terus berkembang dan terus semakin
agak lengkap, termasuk spekulasi dan analisis yaang dapat ditemukan di
media sosial, arus utama maupun media elektronik.
Penulis dalam beberapa artikel telah
membuat ulasan dari sisi pakem intelijen maupun logika penerbangan.
Saat bertugas di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma sebagai Kasi Intel
Udara, penulis pernah ditugasi menjadi salah satu anggota PPKPT
(Panitia Penyelidik Kecelakaan Pesawat Terbang) TNI AU yang menyelidiki
penyebab jatuhnya pesawat Hercules A-1324 di kawasan Condet pada tanggal
5 Oktober 1991. Dengan kondisi pesawat hancur dan terbakar, walaupun
lokasi jelas diketahui, dibutuhkan waktu cukup lama menentukan penyebab
utamanya. Setelah didapatkan bukti-bukti yang lengkap, penulis
meneruskan dengan "Operasi Sapu Bersih." Itulah pengalaman terkait
dengan kecelakaan pesawat terbang.
Kini dalam usia senja, penulis mencoba
terus mengikuti dan meneliti setiap informasi tentang hilangnya MH370
yang sudah sebulan lamanya. Kesimpulan sementara, pesawat dicuri dan
sengaja dihilangkan untuk suatu maksud tertentu yang sangat khusus.
Skenario Desepsi Dan Pembajakan
Dari urutan sejak awal pesawat take off
dari Kuala Lumpur hingga kemudian lenyap, didapat beberapa keganjilan
dan menurut penulis mengarah kepada sebuah rencana taktis dan strategis
dari dalam pesawat yang dilakukan seseorang penerbang sangat ahli dan
benar-benar terlatih.
MH370 take off dari KL pada pukul 12.41 LT (8/3/2014). Pada 01:01:19 pesawat menyatakan maintaining level three five zero
(terbang pada level 35.000 ft). Transmisi terakhir dengan
sistem Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS)
pada pukul 1:07 (ACARS off). Pada 01:19:29 pilot menjawab memahami
perintah ATC untuk contact ke ATTC Hochi Minh. Pada pukul 01:21 (wpt
IGARI) transponder dimatikan dan pada 01:30 pesawat menghilang dari
radar, serta tidak dapat dihubungi. Komunikasi terputus.
Langkah mematikan ACARS dan transponder
oleh seseorang di cockpit yang kemudian menjadi dasar Kepala Polisi
Malaysia menyatakan kasus sebagai "criminal investigation." PM Najib menyatakan bahwa pesawat diambil alih oleh seseorang yang ahli. (Penulis menyebutkan ini adalah sebuah hijacking atau pembajakan pesawat.)
Sejak pesawat mulai perjalanannya
menjadi misteri. Dengan mematikan ACARS dan Transponder, maka pesawat
tidak terlacak secara pasti karena dia menghilangkan identitasnya
sebagai MH370. Sistem Hanud di Indonesia menyebut sebagai "black flight"
atau Lasa 'X'. Beberapa radar primer dilaporkan menangkap obyek ini.
Terutama radar militer (Air Defence Radar Malaysia dan Thailand). Pada
umumnya militer tidak pernah mengumumkan hasil penjejakan radar, karena
menyangkut rahasia sensitif kemampuan pertahanannya.
Radar TUDM mendeteksi obyek
(diperkirakan MH370) yang berbalik arah ke jalur semula. Komando
Pertahanan Udara Malaysia tidak bereaksi, karena mengira pesawat
berputar atas perintah ATC. Pengakuan ini muncul pada Rabu (26/3) ketika
Wakil Menteri Pertahanan Malaysia Abdul Rahim Bakri berbicara di
hadapan parlemen, Straits Times, Rabu (26/3/2014).
"Putar balik tersebut terdeteksi pada
radar kami, hanya kami pikir bahwa putar balik tersebut dilakukan oleh
MAS, pesawat yang bersahabat atau bukan pesawat musuh, jadi kami pikir
mungkin itu perintah dari menara kontrol," kata Abdul Rahim kepada
Parlemen. Nampaknya pilot MH370 memahami bahwa pada dinihari tersebut
reaksi Pertahanan Udara Malaysia kurang responsif terhadap obyek
terbang. termasuk black flight sekalipun. Militer dikritik mengapa
tidak melakukan intersepsi. Nampaknya mereka santai karena dalam situasi
damai, dan arah pesawat bukan menuju kearah obyek vital (prinsip
Hanud).
Kemudian pesawat melakukan manuver
kedua, berbelok kearah Barat melintasi Kota Bharu. Saat ini Radar
Militer melaporkan pesawat naik hingga ketinggian 45.000 ft, turun ke
ketinggian 23.000 ft, kemudian turun lagi pada ketinggian 5.000 ft dan
terus terbang ke arah Barat sampai wpt VAMPI, berbelok ke Timur Laut ke
wpt GIVAL (selatan Phuket) berbelok ke Barat Daya ke wpt IGREX terus
masuk airways P628 yang merupakan jalur Timur Tengah dan Eropa.
Radar militer kemudian kehilangan jejak
pada pukul 02:40. Pilot terus menerbangkan pesawat pada batas FIR
(Flight Information Region), yang menyebabkan dua otoritas penerbangan
dari dua negara akan terkecoh, karena tidak jelas siapa yang
mengontrolnya (Indonesia dan Malaysia).
Pada saat pesawat berbelok ke Barat
(memotong Kota Bahru), terjadi silang pendapat antara radar militer
Malaysia dan Thailand, ketinggian 45.000 ft dibantah, karena dengan load
yang tercatat saat itu, pesawat dikatakan hanya mampu naik hingga
ketinggian realistis 37.000ft. Penulis mencatat, bahwa perubahan
ketinggian yang dramatis (ekstrim stall) pesawat akan menyebabkan
pengaruh/serangan red out karena G negative.
Darah penumpang atau crew yang onboard
akan cepat naik ke kepala, menyebabkan keluarnya darah dari mata,
telinga, hidung dan mulut. Yang lebih ekstrim lagi dari bahaya red out,
pembuluh darah di kepala akan pecah dan bisa menyebabkan seseorang
meninggal dunia. Menurut penulis pada manuver inilah si pilot tadi
melaksanakan rencananya mengamankan dengan melumpuhkan baik penumpang
atau crew yang tidak sejalan dengannya. Dengan lumpuhnya para penumpang
dan crew, maka pembajak tadi bebas melaksanakan rencananya, khususnya
setelah aman masuk ke Airways P628.
Bagaimana dengan radar Indonesia saat
pesawat berada di Selat Malaka? Menurut penulis, si pilot pembajak itu
sudah mempelajari karakter dan role of engagement (ROE) dari operasi pertahanan udara Indonesia (Kohanudnas) yang berlaku secara internasional, khususnya terhadap black flight.
Pilot (pembajak) melakukan langkah
penghindaran terdeteksi (takut dianggap ancaman) oleh radar Indonesia di
Sumatera. Setelah pesawat sampai di VAMPI, kemudian dibelokkan ke Timur
Laut kearah wpt GIVAL. Dia faham apabila masuk wilayah Indonesia akan
dicek flight clearance (dikeluarkan Mabes TNI) dan flight aproval (Kemenhub).
Apabila kedua ijin tidak ada, maka obyek
akan di intercept oleh pesawat tempur. Beberapa kejadian penyergapan
oleh pesawat TNI AU antara tahun 2011-2013, ada pesawat tempur AS (kapal
induk) di Selat Malaka di intercept dua F-5. Pesawat Boeing 737
Pakistan (PIA) di intercept dan di force down (dipaksa mendarat) oleh
Sukhoi TNI AU. Pesawat F-18 Super Hornet dari Kapal Induk AS di
intercept dua F-16 TNI AU di Bawean. Juga pesawat Deputy Prime Minister
PNG di Intercept oleh Sukhoi dan di force down karena tidak mempunyai
ijin.
Setelah lepas dari pantauan radar
militer Malaysia, walaupun ACARS di matikan, ternyata ada signal ACARS
yang tetap melaporkan kondisi engine ke satelit Inmarsat. Ping akan
terus tertangkap satelit yang geostasioner 22.300 mil diatas Samudera
Hindia. Dengan adanya pinger yang terus aktif tadi pesawat
diketahui masih terbang hingga pukul 08:11. Pinger akan berhenti apabila
generator engine dalam kondisi mati. Jadi diperkirakan saat itulah
engine mati kehabisan fuel atau di shut down.
Satelit Inmarsat tidak secara pasti
memastikan posisi pesawat tersebut, hanya berasumsi pesawat harus berada
di suatu tempat di sepanjang busur lingkaran diameter pengamatannya.
Ada dua skenario Inmarsat, dari kawasan Andaman, pesawat berbelok menuju
kearah Selatan dan kemudian ke Timur. Dengan perhitungan busur
lingkaran dan jelajah tersisa MH370, akan didapat perkiraan akhir
perjalanan pesawat. Kemudian disimpulkan, dengan perkuatan data
monitoring beberapa benda terapung oleh beberapa satelit, diperkirakan
pesawat jatuh sekitar 2.500 km sebelah Barat kota Perth Australia (walau
akhirnya diketahui sampah).
Beberapa hari terakhir ada pejabat
Malaysia menyatakan pesawat memutari wilayah Indonesia untuk menghindari
radar, dan ditanggapi oleh pejabat TNI AU. Kepala Dinas TNI AU Marsekal
Pertama Hadi Tjahjanto menyatakan pesawat tidak melintasi wilayah
Indonesia. "Jadi, pesawat yang diduga MH370 itu tidak pernah melintasi
wilayah Indonesia. Kalaupun memang melintas, pasti akan terdeteksi oleh
kita" katanya. Mungkin terjadi salah persepsi disini, menurut penulis
dari skenario penerbangan, memang MH370 memutari wilayah Indonesia, dari
Andaman dia ke Selatan dan baru kearah Timur. Benar pesawat tidak
melintasi wilayah Indonesia. Sejak awal dia sudah takut terjejaki atau
dianggap ancaman oleh Kohanudnas, karena taktik desepsi sedang
dilaksanakannya. Penerbangannuya tidak mau diketahui.
Penulis berpendapat bahwa pesawat tidak jatuh bebas begitu saja setelah engine mati/dimatikan. Pesawat masih bisa gliding (meluncur), yang tidak diketahui seberapa jauh. Kemudian pesawat melakukan ditching (mendarat
di laut tanpa roda) di Samudera Hindia itu. Berdasarkan teori Prof
Diran, pendaratan di laut seperti pendaratan di tanah. Dengan demikian
maka bagian cargo akan pecah, tetapi pesawat utuh, dalam waktu tiga-enam
jam pesawat akan tenggelam secara utuh.
Saat itu tanggal 8 Maret 2014,
para tim SAR masih sibuk mencari di Laut China Selatan. Apabila
penumpang masih hidup saat ditching, kemungkinan mereka akan keluar dari
pesawat dan akan ditemukan sisa-sisa barang. Ternyata hingga kini tidak
satupun bukti yang ditemukan. Artinya tidak satupun penumpang yang
keluar.
Disinilah menurut penulis teori
realistis, pesawat utuh tenggelam beserta seluruh isinya. Dan apabila
penjejakan signal pinger dari beacon yang melekat di balck box
tertangkap, maka tidak terlalu mudah menemukannya, dalamnya laut hingga
4.500 meter dan belum ditemukan secara pasti lokasi pesawat, ditambah
usia baterai emergency beacon yang hampir habis.
Walaupun masih meyakini akan ditemukannya black box, nampaknya beberapa anggota team tetap tidak meyakininya.
Para tim SAR militer kini semakin
menghadapi tugas menakutkan. Mereka terus mencoba untuk menemukan bukti
keberadaan pesawat. MH370 bisa berada di dasar laut di mana saja di
Samudera Hindia, yang luasnya ribuan mil persegi pada perairan terbuka .
Apabila seluruh Samudera Hindia menjadi wilayah pencarian, dibutuhkan
waktu 2.995 tahun. "Kami tidak pernah harus menggunakan bukti satelit
sebagai sesuatu yang terbaik sumber informasi , " kata seorang pejabat
AS yang tidak yakin dengan satelit.
Dengan demikian maka skenario si
pembajak nampaknya memang terencana dan terstruktur, dia mampu mengecoh
banyak ahli, bahkan negara-negara besar juga dikelabuinya dengan
skenario desepsi.
Penelitian Pembajakan Dan Terorisme
Penulis sejak awal tetap berpegang bahwa
kasus MH370 adalah sebuah pembajakan. Yang lebih ekstrim pembajakan
dilakukan oleh jaringan al Qaeda. Mengapa demikian?
Pemutusan hubungan komunikasi pesawat
adalah salah satu signal yang terkuat. Kedua manuver tempur pesawat
dalam menghindari radar dan upaya pelumpuhan adalah sikap tegas ,
menakutkan, ciri-ciri teroris yang sadis tidak berperi kemanusiaan.
Dari penelitiaan aparat keamanan atas
adanya pendapat pembajakan, setelah dilakukan pengecekan keseluruhan
penumpang (227 orang), dinyatakan bersih, tidak ada yang tersangkut
teror dan tidak ada yang mampu menerbangkan Boeing 777. Penyidikan di
fokuskan kepada awak pesawat, dimana arahnya kepada captain Zaharie dan
Co Pilot Fariq. Terakhir fokus terarah ke Capt Zaharie, karena Co Pilot
dinilai belum ahli dan masih diawasi oleh checker yang saat itu tidak
ikut terbang.
Captain Pilot Zaharie adalah penerbang
kawakan, dengan 18.365 jam terbang. Dia mempunyai simulator pribadi yang
canggih di rumahnya. Dari beberapa manuver serta keahlian terbang,
melakukan desepsi, penghindaran radar, serta manuver-manuver tempur
lainnya, nampaknya tidak ada tersangka lainnya selain Captain Pilot yang
sangat mampu membajak pesawatnya sendiri. Masalahnya hingga kini tidak
ada satupun bukti yang dipegang pemerintah Malaysia.
Penulis sejak awal berpendapat bahwa ini
adalah kaitan antara pembajakan dan terorisme, fanatisme dan bunuh
diri. Beberapa jaringan jihadis di Malaysia terungkap sejak DR Azharie
dan Noordin M Top dua WN Malaysia yang beroperasi di Indonesia dalam
jaringan Al Qaeda.
Pada peringatan serangan 911, pada
tanggal 13 September 2013, Ayman Al Zawahiri pimpinan tertinggi Al
Qaeda pengganti Osama bi Laden mengeluarkan fatwa, "Agar para simpatisan
Al Qaeda melakukan serangan kecil atau serangan besar kepada Amerika
Serikat, mirip dengan serangan di New York pada tanggal 11 September
2001. Serangan harus menimbulkan AS dalam kondisi terus tegang (a state of tension)
karena tidak mengetahui kapan dan dimana serangan selanjutnya akan
dilakukan. Serangan kecil bisa dilakukan oleh sekelompok orang atau
seseorang (lone wolf), sementara itu kita tunggu dan lihat
peluang untuk melakukan serangan besar ke AS, walaupun kita harus
menunggu dan sabar dalam waktu yang cukup lama."
Teori tentang bunuh diri merupakan salah
satu kesimpulan sementara beberapa badan intelijen, termasuk Direktur
CIA John Brennan. Dari pengamatan penulis, dalam beberapa kasus serangan
bom bunuh diri di Indonesia, para pelaku direkrut, kemudian di cuci
otaknya. Mereka di doktrin akan masuk surga, dijemput 7 bidadari perawan
dan dinikahi, asalkan mau memijat pemicu bom yang hancur bersama
dirinya. Yang lebih ditekankan ledakan tidak akan terasa sakit hanya
seperti dicubit, dan akan berbahagia setelah itu. Mati sahid serta
berjihad adalah doktrin yang ditekankan para motivator teroris saat
merekrut para pengebom
Nah, kini pertanyaannya, apakah Capt
Pilot Zaharie (apabila benar) sebagai pembajak yang juga membunuh
dirinya? Jelas kematiannya didasari oleh sebuah keinginan yang kuat dan
tidak peduli dengan orang lain yang ikut mati bersamanya. Hal ini telah
dilakukan para anggota Al Qaeda pdalam serangan 911, hanya 18 orang
tetapi mereka menimbulkan kematian sebanyak 3.000 lebih saat WTC roboh.
Keyakinan seperti itulah yang penulis
lihat dalam kasus ini, fatwa Zawahiri, perekrutan, keyakinan anti AS dan
mati syahid nampaknya sementara ini menurut penulis yang melatar
belakangi tindakannya. Fatwa Zawahiri jelas arahnya, serangan kelompok
atau serangan perorangan, harus dilakukan. Pasti Amerika Serikat akan
terus tegang karena MH370 belum ditemukan setelah sebulan. Tidak jelas
ada apa dibelakang ini. Misteri hilangnya pesawat adalah upaya dalam
menyembunyikan bukti siapa pelaku, dan apa motifnya.
Oleh karena itu pembajak sudah
memperhitungkan menenggelamkan pesawat di laut yang luas dan sangat
dalam pada daerah terpencil dan penuh ketidak pastian. Inilah bukti
serangan berupa pesan teror yang menurut penulis dilakukan oleh "lone wolf"
(srigala tunggal) yang membuat risau, melumpuhkan teknologi secanggih
apapun. Penulis semakin yakin, ada skenario besar dan mengerikan
dibelakangnya, mereka sabar menunggu waktu dan kesempatan yang tepat.
Mari kita waspada, khususnya para pengguna pesawat boeing, lebih
spesifik Boeing 777.
Sumber : RI
ananlisanya mengada-ada....selalu mengorbankan sisi yang lain yang belum tentu pasti sebagai pelakunya....
BalasHapus