Kamis, April 10, 2014
14
JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Udara masih mengkaji calon pengganti pesawat tempur F-5 Tiger yang akan dikandangkan. Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad Lubis, mengatakan empat pesawat generasi 4,5 atau mendekati kemampuan pesawat siluman atau antiradar yang dilirik adalah Sukhoi Su-35 buatan Rusia, SAAB JAS Gripen produksi Swedia, Dassault Rafale dari Prancis, serta Boeing F/A-18E/F Super Hornet bikinan Amerika.

"Masih kami pertimbangkan dari sisi anggaran. Kami mempelajari yang paling menguntungkan pemerintah," kata Rachmad di kantornya, Rabu pekan lalu. Rachmad belum bisa memastikan jumlah anggaran untuk membeli pesawat baru.

Sumber di Kementerian Pertahanan mengatakan sebenarnya ada usulan baru pengganti F-5 Tiger. Yaitu Eurofighter Thyphoon yang diproduksi bersama oleh Inggris, Spanyol, Jerman, dan Italia. Usul pembelian Thyphoon diajukan oleh PT Dirgantara Indonesia.

Menurut sumber ini, PT DI beralasan para produsen Thyphoon lebih mau berbagi ilmu atau transfer teknologi. Bahkan, sangat mungkin PT DI diberi lisensi memproduksi beberapa suku cadang. "Kalau pesawat buatan Amerika dan Rusia tak ada transfer teknologi," kata si sumber. Berdasarkan Undang-Undang Industri Strategis, pembelian alat utama sistem persenjataan dari luar negeri harus disertai dengan alih teknologi.

Direktur Teknologi Penerbangan PT DI Andi Alisjahbana tak mau berkomentar tentang usulan perusahaannya. Dia hanya mengatakan pengadaan persenjataan sebaiknya tak hanya melihat kecanggihannya. "Tapi diperhatikan pula kesediaan negara pembuat untuk membagi teknologi dengan industri dalam negeri," katanya.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto menanggapi positif usulan Typhoon sebagai pengganti F-5 Tiger. Musababnya, Typhoon punya kemampuan relatif sama dengan calon pengganti lainnya. Hadi juga menilai pembelian Typhoon bakal menambah varian pesawat tempur Angkatan Udara. "Tapi keputusan pembeliannya berada di Kementerian Pertahanan." Sejumlah pilot tempur justru menilai pemerintah seharusnya membeli Sukhoi Su-35. Pesawat ini dianggap superior di udara dan menimbulkan efek gentar bagi negara tetangga.




Sumber : Tempo

14 komentar:

  1. Lho kenapa berubah arah.? Rusia tetap mau kan tot Su 35 BM dengan Indonesia. Jangan sia2kan selama Verdinand Putin masih menjabat. Yang mau naik pesawat itu bukan PT DI tapi AU. Atau kalo pusing ya beli dua2nya deh. Terus rafale ditinggalkan? Katanya pesawat tempur dari barat yang bisa menghindar rudal SS300? Nah bijaklah. yang naik pesawat itu TNI AU bukan PT DI.

    BalasHapus
  2. 1 skuadron Su-35 plus 1 skuadron eurofighter ... gitu aja repot..

    BalasHapus
  3. Bagusnya ancaman embargo di utamakan dan usulan pilot tni au patut di dukung penuh karna mereka pillot lebih paham akan sebuah pesawat tempur air supermasi unggul di udara jellas SUKHOI 35 .

    BalasHapus
  4. Yang mau make kan pilot TNI bukan PT DI, seharusnya su35 yang dipilih.......milih alusista barat apa mau di bilang KELEDAI? Sudah pernah jatuh di satu lobang nanti jatuh lagi di lobang yg sama ..... ;-(

    BalasHapus
  5. sukhoi 27,30, udah masuk kandang. Brikutnya. Su 34,35 bm. Lagi nyari kandang, blog barat ? no,no,no.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. mencla mencle..dan kog kesannya malah kaya pedagang ya si PT DI ngmgin soal untung. Gini loh soal alutista TIDAK selamanya dan harus selalu dilihat "menguntungkan" hanya untuk satu pihak (PT DI / pihak2 yg dpt keuntungan materi dr proyek pembelian). TOT itu memang penting, tp TOT kl tidak punya sda dan sdm yg "pure/asli" mendukung sama aja useless ujung2nya. And its so clearly..bahwaaaa pilot2 tempur kita lbh memilih su35. Krn mereka lbh tau apa yg mereka inginkan. (ibarat kl supir bus trus dikasih bajai yaa aneh lah). Dan soal embargo sudah jelas produk rusia saat ini aman kita ga akan di kerjain. Terakhir kita ditawarin barang bagus terjamin dan diakui kehebatannya, kog malah milih yg kelas agak dibawah. Coba anda buka mata disekeliling NKRI sbntar lg akan pakai F35. Dan yg cuma bisa menandingi bahkan mengungguli HANYA su35. Soal biaya jgn hanya melihat dr segi mahal nya krn ada harga ada kualitas. Lihat dan dengar dr pengguna atas apa yg kita butuhkan dan mikir utk JANGKA PANJANG. Kita sdh punya sukhoi family su27/30 jd utk maintenance serta fasilitas pendukung jd lbh mudah. (contoh salah satunya utk pesawat satu jenis tanker fueling pendukung diudara dlm menjalankan misi bs digunakan utk ke semua sukhoi family). Jadiii mksd saya jgn hnya krn dibisikin dirayu dikit oleh pihak yg tidak mengerti arti "kita butuhkan" (PT DI/org2 di DPR yg hanya mikirin duit duit untung untung) trus lngsung kemenhan dan tni au jd mencla mencle dilema ga jelas. Para pilot sdh mengenal dan jago mengawaki sukhoi family. Dan lihat jg donk dr sisi jangkauan radar su35 serta daya serang serta manuver dan stealth nya. Inilah alat pertahanan yg kita butuhkan untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI. (setidaknya utk 15-20 thn kedepan). Mhn maaf jika ada kata2 yg salah dan tdk berkenan. Wassalam,

    BalasHapus
  8. Jangan cuma diliat dari kemampuannya aja, diliat juga faktor maintenance dan yang paling penting itu TOT. kalo soal kemampuan emang su-35 gausah dibanding-bandingin lagi. tapi ibaratnya kalo ga ada TOT itu kaya ngasih ikan ke orang yg kelaparan, bukan malah ngajarin dia mancing. kalo misal ada TOT kan enak, maintenance bisa jauh lebih murah, krn udh ada di dlm negeri. jadi kita ga selamanya tergantung dari luar, kapan majunya kita kalo cuma beli asal bagus doang?
    ya enaknya sih kalo rusia mau ngasih TOT juga hhe

    BalasHapus
  9. TOT memang penting tapi ingat, TOT sebagai alih teknologi mempunyai presentase dan fase fase yang saling berantai untuk mendapatkan hasil akhir. Sedangkan untuk mencapai ataupun memproduksi hasil dari TOT itu sendiri dibutuhkan elemen2 material dan non material serta bahan baku nya, dengan kata lain SDA dan SDM itu sendiri. Pertanyaannya adalah apakah kita sudah mempunyai SDA dan SDM sendiri yang berkualitas dan ahli untuk mewujudkan hasil akhir dari TOT yang kita dapatkan itu tanpa harus membeli bahan baku dan bantuan tenaga ahli dari sang empunya?? Dan ingat TOT (untuk alutista kelas canggih dan berbahaya) tidak akan pernah diberikan secara penuh dan transparan, let say untuk jet tempur/kapal selam tidak lebih dari 60%. Bahkan ada yg hanya 30%. Itu Jelasss sangat masuk akal karena tidak mungkin sebagai empunya maha karya (dalam bidang alutista) memberikan dan mengajarkan semua ilmunya yang sebenar-benarnya kepada para pembeli. Ini sudah prinsip nya.. "ada penjual dan ada pembeli". Mereka sebagai produsen dan expertise tidak akan mau kehilangan para pembeli sejati atau bahkan mendapat saingan. Harus kita ingat negara barat dan sekutu eropanya bukanlah kawan sejati bagi indonesia yang akan dengan tulus memberikan ilmunya. (kita lihat china dan iran mereka mandiri dalam sebagian alutista karena mereka membedah dan mempelajari secara fisik lalu menjiplaknya dengan TOT yg tidak pernah mereka terima dari produsen barat. Hal ini memungkinkan.karena TOT yg mereka terima dari Rusia dan teman sejati didukung oleh SDA dan SDM yang mampu membuat, menggabungkan dan menyempurnakan TOT tersebut. So...sejauh mana kemampuan SDA dan SDM kita?
    Hal yg lain yang ada dalam pemikiran dan pertimbangan saya.. selama ini negara kita menganut sistem politik luar negeri nya sebagai politik 'bebas aktif' dan berusaha memperlihatkan bahwa RI sebagai negara 'non block' (walaupun kita semua tahu kebijakan politik LN kita msh suka diintervensi oleh negara2 lain). Mungkin lebih tepatnya saya bisa katakan kita tak lebih seperti negara bermuka dua..bahkan terkadang pasrah 'going where the wind blows', yg lebih galau nya lg 'yang penting OK saja lah cari yg aman saja dan yang ngasih sumbangan'. Sayangnya tindakan2 tersebut dilakukan tanpa berpikir jauhhh kedepan dan belajar jauhhh dari belakang. Kita sebagai negara besar yg berdaulat yg punya nilai historikal penting dan hebat maupun yg pahit dan kelam. Soon or later.. kita harus menentukan atau terpaksa menunjukan ke arah mana (atau blok mana) politik LN kita berpihak..? namun hal itu memang perlu terjadi agar kita mengetahui siapa lawan siapa kawan sebenarnya. Ingat! Kita berada dalam cengkraman dan dikepung oleh negara2 yg merupakan persemakmuran Inggris. Kita sebut saja malaysia, singapore, filipina, australia, newzealand. Negara tetangga kita yang selama ini kita anggap kawan sering memprovokasi bahkan menyadap kita....cont.

    BalasHapus
  10. .... yg kita lupa bahwa dengan teknologi militer di dunia yang semakin modern, canggih dan berbahaya saat ini setiap negara di dunia berlomba-lomba membeli, menjual, membuat, untuk menjadi yg terkuat dan berkuasa. Bisa kita logikan ibarat seorang prajurit berbahaya dan bersenjata mematikan yang kelaparan di hutan,maka akan mencari dan menemukan makanan dengan menggunakan senjatanya, bukan dengan hanya terdiam atau kata2 'yg manis dari mulut'. Jadi anda bisa menganalogikan jika sebuah negara yang kelaparan mempunyai senjata berbahaya dan mematikan (karena habisnya SDA serta naluri untuk bertahan hidup) maka mereka akan mulai mencari dan menyerang sebuah negara lemah yang tanpa sekutu yg penuh dengan SDA melimpah dengan menggunakan segala kekuatan senjatanya. Maka RI sebagai negara maritim yg luas, dan SDA melimpah sudah sewajibnya mempunyai alutista pertahanan udara dan laut yg mumpuni. serta senjata serang yg punya daya deteren tinggi, berdasarkan pertimbangan politik yang matang kedepan nya. Dibalik sedikit rasa pesimis saya ada rasa optimis yang sangat besar bahwa Indonesia akan menjadi besar, kuat dan mandiri dalam militer suatu saat nanti. Yang kita perlu lakukan dari sekarang adalah tegas, tetap berusaha dan belajar dari pengalaman. . . Namun semua itu tidak akan bisa sempurna tanpa jiwa yang PATRIOTIK.
    Kritikan dan masukan dari teman2 atas kata2 saya, akan saya terima dengan senang hati..
    Wassalam,

    BalasHapus
  11. PT DI sebaiknya fokus di bidangnya ajaa...dari pada ikut ikutan jadi makelar pesawat tempur buatan london .

    BalasHapus
  12. Sdh bungkus aja si sukro, ini sdh mendesak krn tetangga yg sering usil sdh beli pespur gen 5...untuk kemandirian tunggu aja hasil kfx/ifx,

    BalasHapus