JAKARTA-(IDB) : Setelah menempuh perjalanan panjang selama empat hari, pesawat kepresidenan Republik Indonesia jenis Pesawat Boeing Business Jet
(BBJ)-2 yang merupakan varian dari pesawat Boeing 737 seri 800 akhirnya
hari ini, Kamis (10/4) tiba di di Base Ops Lanud Halim Perdanakusumah,
Jakarta.
Saat mendarat di Halim PK, pesawat yang
dipiloti David dengan kopilot Jean disambut Mensesneg Sudi Silalahi,
Menko Kesra Agung Laksono, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Menhub EE
Mangindaan, Kasau Marsekal TNI I.B. Putu Dunia, Kapolri Jenderal Pol
Sutarman, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, Dirut PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk Emirsyah Satar, anggota Komisi II DPR RI, pejabat terkait
dari Kemkeu, BPK, BPKP serta perwakilan dari fabrikan pesawat Boeing.
Pesawat kepresidenan RI yang
diperuntukkan khusus bagi Presiden RI dan Wakil Presiden RI dalam
melaksanakan perjalanan dinas di dalam dan luar negeri ini langsung
disambut dengan tradisi khas pecah kendi di atas roda pesawat bagian
depan oleh Mensesneg Sudi Silalahi. Sebelumnya sejumlah petugas pemadam
kebakaran menyemprotkan air ke pesawat hingga muncul efek pelangi di
sekitar badan pesawat.
Sebelum tiba di Halim PK, pesawat BBJ-2
ini sempat singgah ke empat wilayah dimulai dari Delaware, AS pada
tanggal 7 April 2014 menuju Wellington dan dilanjutkan ke Sacramento.
Keesokan harinya, pesawat berlogo burung garuda tersebut lepas landas
menuju ke Honolulu dan pada tanggal 9 April 2014 pesawat berangkat ke
Guam untuk selanjutnya terbang menuju Halim PK.
Dari hasil perhitungan yang cermat dan
teliti serta dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan, penggunaan pesawat khusus kepresidenan memiliki sejumlah
nilai keunggulan yaitu pertama, dari sisi anggaran negara,
penggunaan pesawat kepresidenan jauh lebih hemat dibandingkan dengan
menggunakan pesawat komersial. Dari perhitungan yang dilakukan dengan
cermat oleh pemerintah, penghematan anggaran negara, selama masa pakai
pesawat beberapa tahun kedepan dikisaran Rp 114,2 milyar per tahun.
Kedua, dari sisi efisiensi dan
efektifitas, penggunaan pesawat khusus kepresidenan tentu tidak
mengganggu jadwal dan kinerja maskapai penerbangan komersial. Selama
ini, perusahaan penerbangan harus mengatur ulang jadwal penerbangannya
apabila ada tugas-tugas kenegaraan yang mengharuskan Presiden RI
menggunakan pesawat bagi perjalanan dinas kepresidenan.
Dan yang ketiga, dari sisi
kebanggaan nasional, sebagai negara besar menjadi suatu kebanggaan
tersendiri apabila Presiden RI menggunakan pesawat khusus kepresidenan
yang canggih, modern, aman dan benar-benar difungsikan untuk melayani
tugas konstitusional Presiden RI.
Pesawat BBJ-2 telah dirancang dan
didesain sedemikian rupa hingga dapat memenuhi persyaratan untuk
menunjang pelaksanaan tugas kenegaraan Presiden RI. Interior pesawat
dirancang untuk dapat mengakomodasi hingga 67 orang penumpang serta
dilengkapi dengan ruang pertemuan, ruang rapat dan ruang eksekutif guna
memfasilitasi Presiden RI dalam menunaikan tugas kenegaraan meski sedang
melakukan perjalanan.
Pesawat juga dilengkapi perangkat
keamanan dan mampu mendeteksi peluru kendali. Tanki bahan bakar telah
ditambah hingga menjadikan pesawat ini sanggup menempuh jarak 5.000 mil
laut atau sekitar 10.000 km. Dengan kemampuan itu, pesawat ini mampu
menjangkau seluruh pelosok kepulauan nusantara serta dalam tugas
perjalanan dinas Presiden RI ke negara-negara sahabat.
Atas dukungan dari Komisi II DPR RI,
gagasan pengadaan pesawat kepresidenan diawali pada tahun 2007 dan
setelah melalui proses tender yang ketat, cermat, dan teliti, fabrikan
Boeing dipilih atas Airbus. Proses fabrikasi dan modifikasi 1 (satu)
buah pesawat Boeing berlangsung selama hampir lima tahun dengan harga
sekitar US $ 89,6 atau sekitar Rp 847 milyar. Harga tersebut sudah
termasuk fabrikasi, modifikasi interior dan modifikasi lainnya yang
diperlukan. Pembayaran harga pesawat dilakukan melalui skim kontrak
tahun jamak dari tahun 2010 hingga tahun 2014.
Pesawat yang memiliki dua tenaga jet dan dilengkapi dengan wing air
yaitu teknologi baru yang membuat pesawat lebih cepat dan hemat bahan
bakar ini membuka lembaran sejarah baru dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Untuk pertama kalinya, setelah hampir 69 tahun Indonesia
merdeka, pemerintah memiliki pesawat kepresidenan yang khusus dirancang
dan digunakan hanya untuk menjalankan tugas-tegas pemerintahan dan
kenegaraan Presiden dan Wakil Presiden RI.
“Bakal ada proses sertifikasi. Semua
komponen di dalam pesawat akan diperiksa dan dipastikan spesifikasinya.
Proses itu akan dilakukan oleh Kemhan mulai Jumat besok (11/4). Kita
harapkan sertifikasi bisa diselesaikan Kemhan. Minggu depan bisa
dilakukan uji penerbangan, sehingga dapat digunakan dalam tugas negara
presiden terpilih," ujar Mensesneg.
Sumber : DMC
0 komentar:
Posting Komentar