JAKARTA-(IDB) : Pesawat kepresidenan
Republik Indonesia yang dibeli dari Boeing akhirnya mendarat di Bandara
Halim Perdanakusuma, Jakarta, pukul 10.00 WIB, Kamis 10 April 2014.
Pesawat jenis 737-800 Boeing Business Jet 2 ini sampai ke Indonesia setelah melalui empat hari uji coba penerbangan. Pada 7 April 2014, pesawat diterbangkan dari Delaware, Amerika Serikat, menuju Wellington, Selandia Baru. Kemudian, penerbangan dilanjutkan dari Wellington menuju Sacramento, California, AS.
Selanjutnya pada 8 April 2014, pesawat diterbangkan lagi dari Sacramento ke Honolulu, Hawaii, AS. Pada 9 April 2014, pesawat kembali diterbangkan dari Honolulu ke Guam di barat Samudera Pasifik. Selanjutnya pada 10 April 2014, barulah pesawat diterbangkan dari Guam pukul 03.30 waktu setempat menuju Halim Perdanakusuma, Jakarta. Perjalanan dari Guam ke Indonesia menghabiskan waktu 6 jam 30 menit.
Dalam penerbangan itu, pesawat kepresidenan dikemudikan oleh pilot dan kopilot dari Boeing, Kapten David dan Kapten Jean. Tiga anggota TNI Angkatan Udara juga ikut dalam penerbangan tersebut, yakni Letkol (Pnb) Firman Wirayuda, Letkol (Pnb) Ali Gusman, dan Peltu Suminardi.
Pesawat kepresidenan RI itu berwarna biru putih dengan garis merah putih tepat di tengah pesawat. Di bagian ekor pesawat ada lambang bendera Merah Putih, di samping pesawat ada lambang Burung Garuda, dan di bagian kepala pesawat ada tulisan Republik Indonesia.
Pesawat yang mulai dibuat pada 2011 itu memiliki panjang sayap 30,7 meter dengan tinggi 13,5 meter dan panjang 38 meter. Pesawat tersebut memiliki kecepatan maksimal 871 kilometer per jam, dengan jarak tempuh maksimal 10.334 kilometer. Dengan kapasitas penuh berpenumpang sekitar 50 orang, jarak tempuh terjauhnya turun menjadi 8.630 kilometer.
Pesawat dengan interior mewah itu dilengkapi 2 VVIP ruang rapat, 12 area eksekutif, dan 44 area staf. Konfigurasi interior telah disesuaikan dengan kebutuhan Presiden RI. Pesawat itu dibeli pemerintah RI seharga US$91,2 juta atau sekitar Rp820 miliar.
Pesawat jenis 737-800 Boeing Business Jet 2 ini sampai ke Indonesia setelah melalui empat hari uji coba penerbangan. Pada 7 April 2014, pesawat diterbangkan dari Delaware, Amerika Serikat, menuju Wellington, Selandia Baru. Kemudian, penerbangan dilanjutkan dari Wellington menuju Sacramento, California, AS.
Selanjutnya pada 8 April 2014, pesawat diterbangkan lagi dari Sacramento ke Honolulu, Hawaii, AS. Pada 9 April 2014, pesawat kembali diterbangkan dari Honolulu ke Guam di barat Samudera Pasifik. Selanjutnya pada 10 April 2014, barulah pesawat diterbangkan dari Guam pukul 03.30 waktu setempat menuju Halim Perdanakusuma, Jakarta. Perjalanan dari Guam ke Indonesia menghabiskan waktu 6 jam 30 menit.
Dalam penerbangan itu, pesawat kepresidenan dikemudikan oleh pilot dan kopilot dari Boeing, Kapten David dan Kapten Jean. Tiga anggota TNI Angkatan Udara juga ikut dalam penerbangan tersebut, yakni Letkol (Pnb) Firman Wirayuda, Letkol (Pnb) Ali Gusman, dan Peltu Suminardi.
Pesawat kepresidenan RI itu berwarna biru putih dengan garis merah putih tepat di tengah pesawat. Di bagian ekor pesawat ada lambang bendera Merah Putih, di samping pesawat ada lambang Burung Garuda, dan di bagian kepala pesawat ada tulisan Republik Indonesia.
Pesawat yang mulai dibuat pada 2011 itu memiliki panjang sayap 30,7 meter dengan tinggi 13,5 meter dan panjang 38 meter. Pesawat tersebut memiliki kecepatan maksimal 871 kilometer per jam, dengan jarak tempuh maksimal 10.334 kilometer. Dengan kapasitas penuh berpenumpang sekitar 50 orang, jarak tempuh terjauhnya turun menjadi 8.630 kilometer.
Pesawat dengan interior mewah itu dilengkapi 2 VVIP ruang rapat, 12 area eksekutif, dan 44 area staf. Konfigurasi interior telah disesuaikan dengan kebutuhan Presiden RI. Pesawat itu dibeli pemerintah RI seharga US$91,2 juta atau sekitar Rp820 miliar.
Kecanggihan Indonesia Air Force One
Pesawat kepresidenan Republik Indonesia yang dipesan pemerintah dari
Boeing tiba di tanah air hari ini, Kamis 10 April 2014 –enam bulan
sebelum pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhyono berakhir. ‘Air
Force One’ RI itu mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Pesawat RI 1 jenis Boeing Bussiness Jet 2 Green Aircraft (BBJ2) tersebut dibeli Indonesia seharga US$91,2 juta atau sekitar Rp820 miliar, dengan rincian US$58,6 juta untuk badan pesawat, US$27 juta untuk interior kabin, US$4,5 juta untuk sistem keamanan, dan US$1,1 juta untuk biaya administrasi.
Pemerintah memutuskan untuk membeli pesawat kepresidenan demi efisiensi anggaran, sebab menyewa pesawat dari maskapai Garuda Indonesia ongkosnya lebih mahal. Pembelian pesawat kepresidenan disetujui DPR dan telah dikonsultasikan dengan ahli pesawat.
RI memilih BBJ2 sebagai pesawat kepresidenan karena dua alasan. Pertama, dari segi operasional, para pilot di dalam negeri, termasuk pilot TNI AU, lebih mengenal pesawat jenis Boeing. Kedua, dari segi perawatan, Indonesia lebih siap dan mampu merawat Boeing ketimbang pesawat merek lain. Ini karena Boeing telah banyak digunakan untuk penerbangan VVIP berbagai negara di dunia.
Spesifikasi pesawat kepresidenan RI adalah mampu terbang jauh sekitar 10-12 jam, mampu mendarat di bandara kecil, bisa memuat rombongan presiden hingga 70 orang, memiliki peralatan navigasi, komunikasi, cabin insulation, dan in-flight entertainment khusus.
Dikutip dari Boeing.com, pesawat BBJ2 yang memiliki konfigurasi dan interior mewah didesain untuk keperluan VIP. Di dalamnya ada ruang tidur utama, toilet dilengkapi shower, ruang konferensi, ruang makan, dan ruang tamu.
Untuk eksteriornya, BBJ2 memiliki panjang sekitar 39,5 meter dengan panjang sayap 35,8 meter, tinggi ekor 12,5 meter dengan diameter 3,37 meter. Sementara untuk interiornya, BBJ2 memiliki panjang 29,97 meter dengan tinggi 2,16 meter dan lebar 3,53 meter.
Dengan daya tampung 39.539 liter bahan bakar, BBJ2 dapat terbang maksimal sejauh 10.334 kilometer. Namun jika pesawat terisi jumlah penumpang maksimal, maka jarak tempuhnya 8.630 kilometer. Jarak tempuh itu bisa dilalui dengan kecepatan maksimal 871 kilometer per jam.
Pesawat RI 1 jenis Boeing Bussiness Jet 2 Green Aircraft (BBJ2) tersebut dibeli Indonesia seharga US$91,2 juta atau sekitar Rp820 miliar, dengan rincian US$58,6 juta untuk badan pesawat, US$27 juta untuk interior kabin, US$4,5 juta untuk sistem keamanan, dan US$1,1 juta untuk biaya administrasi.
Pemerintah memutuskan untuk membeli pesawat kepresidenan demi efisiensi anggaran, sebab menyewa pesawat dari maskapai Garuda Indonesia ongkosnya lebih mahal. Pembelian pesawat kepresidenan disetujui DPR dan telah dikonsultasikan dengan ahli pesawat.
RI memilih BBJ2 sebagai pesawat kepresidenan karena dua alasan. Pertama, dari segi operasional, para pilot di dalam negeri, termasuk pilot TNI AU, lebih mengenal pesawat jenis Boeing. Kedua, dari segi perawatan, Indonesia lebih siap dan mampu merawat Boeing ketimbang pesawat merek lain. Ini karena Boeing telah banyak digunakan untuk penerbangan VVIP berbagai negara di dunia.
Spesifikasi pesawat kepresidenan RI adalah mampu terbang jauh sekitar 10-12 jam, mampu mendarat di bandara kecil, bisa memuat rombongan presiden hingga 70 orang, memiliki peralatan navigasi, komunikasi, cabin insulation, dan in-flight entertainment khusus.
Dikutip dari Boeing.com, pesawat BBJ2 yang memiliki konfigurasi dan interior mewah didesain untuk keperluan VIP. Di dalamnya ada ruang tidur utama, toilet dilengkapi shower, ruang konferensi, ruang makan, dan ruang tamu.
Untuk eksteriornya, BBJ2 memiliki panjang sekitar 39,5 meter dengan panjang sayap 35,8 meter, tinggi ekor 12,5 meter dengan diameter 3,37 meter. Sementara untuk interiornya, BBJ2 memiliki panjang 29,97 meter dengan tinggi 2,16 meter dan lebar 3,53 meter.
Dengan daya tampung 39.539 liter bahan bakar, BBJ2 dapat terbang maksimal sejauh 10.334 kilometer. Namun jika pesawat terisi jumlah penumpang maksimal, maka jarak tempuhnya 8.630 kilometer. Jarak tempuh itu bisa dilalui dengan kecepatan maksimal 871 kilometer per jam.
Sumber : Vivanews
pengen naik rek,,,kenang-kenangan dari pak SBY sebelum turun...dipakek muter2 dulu...
BalasHapusWarna cat pesawat ke presidenan indonesia mrip sekali dengan tunggangan barak obama us air force one , tapi kami ga heran di lingkaran pemerintahan sekarang dari mantu lulusan dari negara sekutu .
BalasHapusgapapa mamen...yang penting ntar yg ngawal kanan kiri SU-35 BM...komplit kan.. :-d
Hapus