TANGERANG-(IDB) : Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman, melakukan
kunjungan kerja di Yonkav 9/Serbu Kodam Jaya. Budiman melakukan
pengecekan sejumlah alutsista. Selain alutsista, dia pun meninjau
kondisi perumahan asrama anggota TNI di sana.
“Hanya Tank AMX 13 yang kondisinya sudah tak layak. Karena sebelum saya lahir pun alat tersebut sudah ada. Namun, setelah saya melakukan pengecekan hari ini. Dalam dua minggu kedepan sudah bisa dilakukan modernisasi,” kata Budiman di Yonkav 9, Jalan Raya Serpong, Tangerang Selatan, Jumat (25/4/2014).
Sementara kendaraan jenis Tarantula menurut Budiman, semua masih dengan kondisi baik. Hanya kondisi perumahan yang perlu dilakukan perawatan. “Dengan kunjungan saya ini juga untuk melihat sejauh mana tingkat profesional para anggota prajurit TNI,”ucapnya.
Budiman mengaku, biaya pertahanan Indonesia masih terendah dunia. “Biaya pertahanan di Indonesia baru mencakup 0,83 persen dari CDV. Kurang lebih normal biayanya pertahanan berkisar 2 persen dari CDV,” ujarnya.
Dari tahun 2009-2014 anggaran untuk alutsista yang terbesar mencapai lebih 1 MU$ atau Rp10 triliun untuk modernisasi peralatan aslutsista multy launser roket sistem.
Diantaranya, Apace, Mlrs, Sesar, 155 Monetrak, Mistral (penangkis udara) Startrix, Leopard. “Untuk sementara lebih untuk kesejahteraan rakyatnya dulu. Kalau anggaran pertahanan berlebihan juga tidak seimbang. Mudah mudahan kedepannya bisa secara pararel,” katanya.
Untuk personel, kata dia, lebih dilakukan peningkatan tentang teknologi, baik mekanik, otomotif serta IT. “Sehingga, lima tahun kedepan setelah dilakukan modernisasi alutsita sudah dibarengi dengan sumber daya manusianya. Terlebih lagi, produk pertahanan kita terbuat dari dalam negeri,” tutupnya.
“Hanya Tank AMX 13 yang kondisinya sudah tak layak. Karena sebelum saya lahir pun alat tersebut sudah ada. Namun, setelah saya melakukan pengecekan hari ini. Dalam dua minggu kedepan sudah bisa dilakukan modernisasi,” kata Budiman di Yonkav 9, Jalan Raya Serpong, Tangerang Selatan, Jumat (25/4/2014).
Sementara kendaraan jenis Tarantula menurut Budiman, semua masih dengan kondisi baik. Hanya kondisi perumahan yang perlu dilakukan perawatan. “Dengan kunjungan saya ini juga untuk melihat sejauh mana tingkat profesional para anggota prajurit TNI,”ucapnya.
Budiman mengaku, biaya pertahanan Indonesia masih terendah dunia. “Biaya pertahanan di Indonesia baru mencakup 0,83 persen dari CDV. Kurang lebih normal biayanya pertahanan berkisar 2 persen dari CDV,” ujarnya.
Dari tahun 2009-2014 anggaran untuk alutsista yang terbesar mencapai lebih 1 MU$ atau Rp10 triliun untuk modernisasi peralatan aslutsista multy launser roket sistem.
Diantaranya, Apace, Mlrs, Sesar, 155 Monetrak, Mistral (penangkis udara) Startrix, Leopard. “Untuk sementara lebih untuk kesejahteraan rakyatnya dulu. Kalau anggaran pertahanan berlebihan juga tidak seimbang. Mudah mudahan kedepannya bisa secara pararel,” katanya.
Untuk personel, kata dia, lebih dilakukan peningkatan tentang teknologi, baik mekanik, otomotif serta IT. “Sehingga, lima tahun kedepan setelah dilakukan modernisasi alutsita sudah dibarengi dengan sumber daya manusianya. Terlebih lagi, produk pertahanan kita terbuat dari dalam negeri,” tutupnya.
Sumber : Sindo
Sangat Ironis. Negara besar yang ancamanya sengat besar dan nyata anggaran militernya sangat rendah. Untuk itu sebaiknya DPR dan pemerintah membuat rumusan untuk 25 tahun kedepan agar anggaran militer no 2 terbesar setelah pendidikan. dan Untuk percepatan penguatan pertahanan sebaiknya tahun ini pemerintah memutuskan membeli Pespur 35, Kapal selam kelas kilo atau datas kelas kilo dan rudal S300, S400 dan S500 sebelum mandiri teknologi ALutsista.
BalasHapusKalo mau lebih murah dan expences sedikit harus serius dalam swasembada peluru kendali.Awalnya tentu besar biaya alih tehnologi tapi setelah di kuasai ,biaya yang keluar bakal kecil.Peluru kendali di tebar di tempat stategis tak ada biaya keluar untuk bbm,suku cadang awak sedikit tapi mematikan.Sementara kalo beli dari luar ,ada jangka expire kalo produksi dalam negri masalah itu bisa di atasi dengan mudah.Makanya jangan gantungkan tot dengan china saja,banyak negara yang potensia untuk itu seperti iran,korut,ukraina,brazil ,pakistan Ayo kirim insinyur kita belajar ke sana.kalo perlu disetiap negara di atas kita kirim satu team .Suruh buat disana rancangannya bawa pulang dan bikin sendiri.Tot dengan china hanya akal akalan china saja menguras devisa kita,sudah bertahun tahun tanpa bukti.
BalasHapusbenar bang komerat parewa....setuju...
Hapus