Rabu, Maret 12, 2014
4
JAKARTA-(IDB) : PT Batan Teknologi (Persero) memenangkan tender internasional untuk kedokteran nuklir di Tiongkok. Batan Teknologi menjadi satu-satunya perusahaan di dunia yang mampu memproduksi nuklir dengan pengayaan uranium sistem rendah.

Sebagai pemenang tender, Batan Teknologi harus memasok radio isotop untuk kebutuhan kedokteran nuklir. Keterbatasan reaktor nuklir di Serpong membuat Batan Tekno harus menggandeng badan nuklir Mesir.

"Karena itu Batan Tekno bekerja sama sama badan reaktor nuklir mesir, nanti sebagian radio isotop diproduksi di Mesir," ujar Menteri BUMN, Dahlan Iskan di kantornya, Jakarta, Selasa (11/3).

Dahlan menceritakan, Batan Tekno menjadi pemenang tender karena mampu memproduksi uranium sistem rendah. Dengan sistem ini, dunia tidak khawatir nuklir digunakan sebagai senjata. Berbeda jika uranium sistem tinggi yang meski digunakan untuk keperluan kedokteran, tetap dicurigai akan digunakan untuk senjata.

Menurutnya, dengan kepercayaan dunia terhadap hasil produksi Batan Tekno, maka pembangunan reaktor baru menjadi prioritas.

"Kalau pasar ini terus meluas seluruh dunia, kita betul-betul harus membangun reaktor baru, dan Pak Yudi (Dirut PT. Batan Tekno) bisa menciptakan reaktor baru yang paling modern enggak untuk senjata," jelasnya.

Reaktor baru tersebut akan dibangun di Serpong. Kemampuannya 20 kali lipat. Pembangunan reaktor tersebut akan dilakukan oleh Batan Tekno tanpa bantuan pemerintah.

"Anggaran kita mau kerja sama dengan pihak lain seluruh dunia, jadi ditanggung ramai-ramai, kira-kira Rp 2 triliun," ungkapnya.

Dahlan menuturkan, pemerintah telah mengeluarkan persetujuan pembangunan reaktor baru. Pembangunannya diharapkan tahun ini sudah dimulai. "Saya serahkan sepenuhnya kepada Batan. Kalau bisa tahun ini, lokasi tidak saya sebutkan. Karena kalau tidak dibangun maka kita kehilangan kesempatan menguasai radio isotop seluruh dunia," tegasnya.

BUMN Batan Tekno Ganti Nama PT Industri Nuklir Indonesia

Mulai minggu ini, PT Batan Tekno berganti nama menjadi PT Industri Nuklir Indonesia. Pasalnya, selama ini perusahaan pelat merah tersebut selalu diidentikkan dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

Saat ini, pergantian nama tersebut tinggal menunggu pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin.

"Secara resmi Batan Tekno namanya berubah mulai minggu ini, PT Industri Nuklir Indonesia. Karena selama ini banyak tumbuh dengan Batan, nanti Batan dikira Batan tekno. Padahal selama ini beda," ujar Menteri BUMN Dahlan Iskan di Kantornya, Jakarta, Selasa (11/3).

Untuk diketahui, PT Batan Teknologi berencana membangun pabrik teknologi pengayaan uranium, reaktor nuklir untuk kebutuhan kedokteran di Amerika. Batan Tekno akan bekerjasama dengan salah satu perusahaan teknologi di Amerika.

Saat ini rencana tersebut masih menunggu persetujuan dari pihak pemegang saham perusahaan Amerika. Dahlan Iskan menyebut, Batan Tekno akan berinvestasi Rp 1,7 triliun dalam kerjasama tersebut,.

"Saya setuju di Amerika, tapi pihak Amerika meminta persetujuan pemegang saham mereka. Kalau sama-sama setuju, baru kita dirikan reaktor nuklir di Amerika," ungkap Dahlan ketika ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (5/10).

Dahlan optimistis pemegang saham di Amerika akan menyetujui rencana ini. Setelah pabrik tersebut berdiri, Batan Tekno berencana go publik atau melakukan penawaran saham perdana di negeri Paman Sam.

Saat ini, Batan Tekno telah menguasai pasar radioisotop salah satu produk nuklir di Asia. Dengan mendirikan pabrik di Amerika, Batan Tekno berambisi menguasai pasar Amerika.



Sumber : Merdeka

4 komentar:

  1. Semangat maju terus. Kalau berita prestasi jarang masuk tv ya.

    BalasHapus
  2. sekali-sekali berita yang kayak gini lah yang masuk Metro Tv or TV one,,,

    BalasHapus
  3. makanya negara kita itu selalu tertinggal karna yg di publikasikan yg bikin kemunduran , bukan penyemangat untuk kemjuan, yg di tayangin partai politik aja sepanjkang tahun,..

    BalasHapus
  4. Nuklir harus dikuasai, bukan ditakuti. Karena untuk menjadi negara maju, kita harus berpikir seperti negara maju.

    BalasHapus