SURABAYA-(IDB) : Menteri Pertahaan Purnomo Yusgiantoro,
Rabu (15/1), didampingi Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI
Marsetio, Dirut PT PAL Indonesia (Persero) M. Firmansyah Arifin, serta
CEO Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda menyaksikan first steel cutting
sebagai tanda dimulainya pembangunan Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) /
Frigate ke 1 di PT PAL, Surabaya. Pembangunan PKR/Frigate ke-1 ini
merupakan proyek kerjasama antara PT PAL Indonesia (Persero) dengan
Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda.
Menhan Purnomo Yusgiantoro menjelaskan bahwa telah ditandatangani 2 kotrak kerjasama pembangunan 2 Kapal PKR/Fregate antara Kementerian Pertahanan dan DSNS yang disertakan didalamnya kesepakatan Transfer Of Technology. Selanjutnya Menhan meminta kepada KKIP untuk ikut mengawasi pembangunan Kapal PKR/Frigate ini dari waktu ke waktu dan terus meningkatkan kemampuan Industri Pertahanan. Menhan menekankan bahwa proyek pembangunan Kapal PKR/Frigate ini untuk mendukung pengamanan wilayah perairan Indonesia yang luas yang membutuhkan kemampuan kekuatan TNI AL yang tinggi. Dalam konferensi pers usai acara Menhan kemudian mengharapkan agar pada pembangunan kapal ke-2, Transfer Of Technology yang diterima Indonesia lebih banyak lagi porsinya dari pembangunan kapal pertama.
Kapal dengan panjang 105 Meter ini merupakan Kapal pertama yang dibangun dari 2 kapal pesanan TNI AL yang rencananya akan memakan waktu selama 48 bulan atau diharapkan selesai pada akhir Desember 2016. Pembangunan Kapal PKR/Frigate ke-1 ini terdiri dari 6 modul dimana pengerjaan 4 modul nya dilakukan oleh PT PAL Indonesia di Surabaya dan 2 modul akan dikerjakan oleh DSNS di galangan kapal DSNS di Belanda.
Sementara itu Kasal Laksamana TNI Marsetio menjelaskan bahwa selama ini PT PAL telah menyelesaikan pesanan kapal TNI AL seperti Fast Patrol Boat (FPB) 57 M, Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 M, dan Landing Platform Dock (LPD) 125 M. PKR/Frigate ini merupakan kapal berteknologi dan berkemampuan tinggi yang merupakan langkah besar bagi PT PAL. Selanjutnya, pada rencana strategis (renstra) kedua pada 2015 - 2018 TNI AL berencana melanjutkan proyek ini dengan kapal ke-3 dan kapal ke-4.
Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Laksda TNI Rachmat Lubis yang turut memberikan keterangan pers menjelaskan, kontrak kerjasama pembangunan kapal PKR/Frigate ini sebesar USD 220 juta yang termasuk didalamnya pelatihan bagi teknisi PT PAL di dalam negeri dan di Belanda dan perlengkapan bagi Kapal PKR yang sebagian harus merupakan hasil produksi dari Industri Pertahanan Dalam Negeri. Kapal kedua dalam kontrak membutuhkan waktu pembangunan 58 bulan setelah kontrak efektif yaitu diharapkan selesai sekitar Oktober 2017.
Sumber : DMC
Seharusnya kapal jenis ini yg diperbanyak dipunyai oleh angkatan laut kita utk mengawasi laut kita yg maha luas. Enam saja memang kurang cukup, hrs punya minimal 24 kapal jenis ini utk 3 wilayah kita barat, tengah dan timur.
BalasHapusBuat sendiri ajah yg banyak trus bagikan ke mana yg disukai, gitu ajah kok repots.......
HapusSatu kapal ada 6 modul taroklah namanya modul a,b,c,d,e,f.kapal pertama kita mengerjakan modul a,b,c,d nah pada kapal ke 2 yang di kasihkan ke pt PAL harusnya modul e,f agar seluruh bagian kapal bisa kita buat sendiri nantinya.Jadi genap kemampuan alih tehnologinya seratus persen yaitu satu kapal.Gitu kan PT pal???
BalasHapus