JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Jenderal Moeldoko menargetkan pada tahun 2014 ini,
kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF) Rencana Strategis I
dapat mencapai 40-42 persen. “MEF pada 2013 telah lampaui target 28,7
persen. Pada 2014 diharapkan mencapai 40-42 persen,” ujar Panglima TNI
usai membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2014 di Mabes TNI Cilangkap,
Jakarta, (8/1/2014).
Panglima mengatakan, masyarakat Indonesia bisa melihat bagaimana
kekuatan alutsista TNI di tahun 2014, diantaranya adalah sejumlah
alutsista yang akan datang pada tahun ini, untuk memperkuat matra darat,
laut dan udara.
Pada tahun 2013 indikator TNI cukup terbilang baik di bidang
keuangan, karena pencapaian yang diraih wajar tanpa pengecualian (WTP).
Begitu pun di bidang operasi, hampir di setiap daerah kondisinya
terbilang baik dan kondusif.
“Tentu kondisi kondusif tidak begitu saja muncul. Ada penguatan di
bidang intelijen, teritorial, dan lain-lain. Di perbatasan, kami lakukan
operasi yang melibatkan TNI AD, AL maupun AU sehingga tidak muncul
friksi-friksi masalah di perbatasan,” paparnya.
Mengenai sejumlah peristiwa di Papua yang telah menelan korban
prajurit TNI, Panglima sangat menyayangkannya karena pendekatan
kesejahteraan sudah dilakukan di Papua dalam bentuk operasi bakti TNI,
bukan dalam bentuk operasi militer. “Namun, kelompok bersenjata tetap
melakukan langkah-langkah yang tidak baik. Tidak fair kalau TNI diam
saja menanggapi tindakan tersebut,” tegas Panglima TNI.
Pada tahun ini TNI menerima alokasi Rp 86 triliun dan sekitar 52
persen digunakan untuk belanja rutin, sementara 48 persen dialokasian
untuk anggaran pembangunan. “Prioritas kedua, kesejahteraan prajurit
juga perlu kita pikirkan. Kondisi kesejahteraan prajurit masih perlu
ditingkatkan. Remunerasi baru 37 persen. Tambahan remunerasi 20 persen
cukup baik dan tidak memberatkan,” katanya.
Rapim TNI tahun 2014, yang dianggap sebagai sarana komunikasi,
bertukar informasi para Pimpinan agar dicapai satu kesatuan, tindakan
serta evaluasi program kerja dan kinerja organisasi TNI dijadwalkan
berlangsung selama empat hari mulai tanggal 8 sampai 13 Januari 2014.
Rapim juga diarahkan untuk membangun kesatuan persepsi para pimpinan
TNI, sehingga pelaksanaan tugas TNI tahun 2014 dapat berjalan sesuai
arah kebijakan pimpinan dan dapat mencapai hasil yang optimal.
Pada hari Kedua, Kamis (9/1/2014) Rapim diisi dengan Pengarahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada peserta Rapim TNI dan Rakor
Polri di Aula STIK, Jakarta. Disamping itu, Menkopolhukam Djoko Suyanto
pada kesempatan tersebut juga akan menyampaikan pembekalan kepada
seluruh peserta.
Sedangkan hari ketiga, Jumat (10/1/2014), Rapim diisi dengan paparan
dan diskusi tentang BPJS oleh Dirut PT Askes, evaluasi pelaksanaan
operasi dalam negeri dan luar negeri tahun 2013, operasi pengamanan
pengamanan wilayah perbatasan dan daerah rawan dan diakhiri penyampaian
pokok-pokok Panglima TNI tahun 2014 serta arah kebijakan program dan
anggaran tahun 2014.
Pada hari Senin (13/1/2014) yang merupakan hari terakhir Rapim, akan
diisi kegiatan penyampaian dokumen strategis pertahanan negara oleh
Dirjen Strahan Kemhan dilanjutkan dengan paparan dan diskusi serta
penyerahan hasil diskusi dan diakhiri penutupan Rapim TNI tahun 2014.
Ada pun hasil evaluasi Rapim TNI tahun 2013 yang menonjol di antaranya
adalah tentang belum terlengkapinya alat utama sistem senjata
(alutsista) pengganti dari sebagian alutsista lama, penggelaran kekuatan
TNI yang relatif masih bertumpu di Pulau Jawa, serta keterbatasan
dukungan anggaran yang belum mencukupi dalam mewujudkan kekuatan pokok
minimum TNI.
Pelaksanaan Rapim TNI kali ini, juga diwarnai Static Show Alat
Peralatan Pertahanan (Alpalhan) Dalam Negeri yang dipusatkan di lapangan
apel Gedung B III Mabes TNI Cilangkap yang diikuti 38 institusi.
Bagaimana dengan rencana pembelian pengganti pesawat F-5 ?
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) tidak akan mengeluarkan anggaran di tahun 2014 untuk membeli sejumlah alat utama sistem pertahanan (alutsista). Hal tersebut dikatakan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), Sjafrie Sjamsoeddin. Menurutnya, kemungkinan Kemenhan akan melakukan pengadaan alutsista pada rencana strategis (renstra) 2015-2019.
Dalam rencana strategis tahun 2010-2014 dinyatakan, pada 2014 ini
adalah periode menerima alutsista yang telah dibelanjakan Kemenhan atau
delivery. Sejauh ini Kemenhan telah belanja alutsista, yakni pada 2010
dan 2011, hal tersebut dianggapnya sudah selesai.
Dia menambahkan, seluruh transaksi belanja alutsista juga sudah
selesai, sehingga kenaikan nilai dollar Amerika Serikat (AS) tidak lagi
menjadi masalah. “Kenaikan dollar itu terjadi setelah kami membayarkan
transaksi dengan rupiah murni pendamping dan masa krusial itu sudah
dilewati,” ujar Sjafrie di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat,
Jakarta, Selasa (7/1/2014).
Sumber : Jurnas
Setelah Pemilu, presiden & kabinet berganti,
BalasHapusapa program pengadaan alutsista akan berlanjut?
Kunci bagi pihak Barat saat ini adalah menggolkan presiden pilihan mereka,
kalau yang jadi adalah presiden pilihan Barat, pasti program alutsista akan berhenti !
Barat akan bermain dengan cara menyumbang dana Pemilu buat calon pilihannya lewat Saudi Arabia, Singapura, perusahaan2 minyak, tambang, Freeport dll,,,
Waspadalah,,, waspadalah,,, waspadalah !
Sangat Yakin Military Procurement Asset di Indonesia Masih jalan mulus. ingat di Indonesia pemilihan presiden dan parlemen itu langsung rakyat tanpa perwakilan. Boro-boro jd antek barat, ada bau-bau barat sedikit aja tdk bakal laku jual citra ke rakyat.
BalasHapusPernah anda pikir jika sebaliknya? orang Nasionalis bahkan yg Ultra Nasionalis yg jd presiden? bakal di bully itu negeri jiran yg banyak tingkah.
---------------------------------
Remember the history, Indonesian have the Srivijaya and Majapahit DNA dude.
Yeah but you should also remember we have a 350 years slave nation DNA also,,,, he he he he he ,,,,
HapusYeah, but that is 68 years ago dude. Until now australia, malaysia, singapore, and the countries under british commonwelth still a british slave; still a british dog.
BalasHapusI said that is not their DNA, but that is their DESTINY, their FAITH.
Ehm...in 7th-14th century south east asian nations also become Indonesian slave under srivijaya and majapahit empire.