Rencana embelian satelit militer antipenyadapan disetujui Komisi I. Banggar
juga menyatakan siap mendukung. Namun, pemerintah belum mengajukan
anggarannya
JAKARTA-(IDB) : Badan Anggaran (Banggar) DPR siap mendukung
pengadaan satelit militer guna menangkal aksi penyadapan negara lain.
Banggar akan memberikan lampu hijau anggaran bagi pengadaan satelit
tersebut.
Masalahnya, kata Ketua Banggar Ahmadi Noor Supit, pemerintah belum
nengajukan anggaran untuk itu. "Belum ada pengajuan secara resmi untuk
pengadaan satelit jalur militer yang dikabarkan segera dibeli pada tahun
depan," ujar Ahmadi kepada JurnalParlemen, Minggu (14/12).
Pada 2012, kata dia, memang sempat pengajuan anggaran. Cuma, karena
dananya belum tersedia, program itu ditunda. Tapi, paska ribut-ribu isu
penyadapan Australia terhadap petinggi negeri ini, pengadaan satelit
miiter itu dinilai tak bisa ditunda lagi.
Anggota Komisi DPR Fayakhun Andriadi mengungkapkan, saat rapat
tertutup dengan Kementerian Pertahanan, anggaran pengadaan satelit
militer sudah dibahas meski detail. Namun, sudah ada perkiraan dana yang
dibutuhkan, yakni sekitar Rp 5-7 triliun. Dana sebesar itu akan
dianggarkan dalam APBN tahun 2014.
Namun, menurut Ahmadi, hal itu sulit dilakukan. Sebab, UU APBN 2014
sudah telanjur disahkan. "Solusinya adalah anggaran untuk pembelian
satelit militer itu diajukan dan dimasukkan saja dalam APBN Perubahan
2014," katanya.
Solusi lain, Kementerian Pertahanan memanfaatkan anggaran tahun 2014
untuk membeli satelit dengan cara menghemat penggunaan anggaran pada
pos-pos tertentu. "Setelah itu baru dilakukan pengajuan penambahan
anggaran untuk mengisi dari pos yang anggarannya dipakai untuk membeli
satelit tersebut, kemudian hal itu diajukan dalam APBN-P 2014,"
tegasnya.
Sebelumnya, Menhan Purnomo Yusgiantoro menyatakan ingin Indonesia
punya sendiri satelit militer yang bisa menangkal penyadapan. Selama ini
militer Indonesia terpaksa menyewa alat dari pihak lain. Menhan
berharap Indonesia memperkuat pembangunan pertahanan siber.
Pertahanan siber itu akan dikendalikan oleh Kementerian Pertahanan
bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Intelijen
Strategis (BAIS), Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), dan Polri. Rencana
ini merupakan rekomendasi rapat Komisi I dengan sejumlah instansi
terkait membahas kasus penyadapan Australia, Kamis, 28 November 2013.
Sumber : Jurnamen
tenang aja bapak2,tar lg ada pengajuan resmi kok.tp mungkin para petinggi kita masih mencari opsi ke negara mana kita akan membeli,atau mungkin lebih baik buat sendiri,yg lebih private teknologinya.meskipun btuh wktu yg agak lama.
BalasHapusoohh... gitu yaaa...
BalasHapusmasalah dana sante lah
BalasHapustiap tahun ada dana sisa yg harus di balikan ke negara
tahun 2012 lalu nilainya 30T an dan itu dimasukan ke pendapatan negara bukan pajak di APBN 2013
nah sisa dana tahun 2013 bisa dimasukan ke pos2 itu
masalah pembuatan kabarnya akan di rakit di INA karena gk mungkin 100% komponen di buat di INA seperti transmiter dan resiver, sistem2 yg lain bahkan sampai IC2 yg khusus
alaaah itu satelit nanti aja ,,, sekarang numpang jaringan satelit Rusia aja dulu,,,
BalasHapusyang penting SEKARANG KAPAL SELAM 10 UNIT DARI RUSIA BELI DULUUUUU !!!!!
Nanti kabinet baru 2014 keburu ditekan oleh BARAT,,, bubar deh gak jadi
iya aku setuju dg ano 01.47. mending konsen ke kapal selam killo classdulu. buat efek getar untuk Ausie. hehe. meski hanya separo kita beli, karena mahalnya kapal itu,dan kapan lagi pnya kesempatan memiliki kpl selam yang paling senyap di dunia.
BalasHapushehehe...
BalasHapusklien smua sante aje... ndak usah diributkan, 10 kilo jadi ato ngk, yang jelas Palu sudah di bangun dengan plan santar kelas kilo dan sandarnya bisa sampai 6 sekaligus... jadi itu bukan indikasi jadi ato ngak, malah sudah jelas dan terang bendenderang 100% Done, kalo jumlah itu yang di negosiasi, apakah budged kita cukup 10 Kilo dengan sisa kredit dari Rusia, karena Negri Sahabat "Beruang Putih" maunya kelar di SBY aje, ndak yakin kalo JOKOWI taon depan "ngarti apa kagak"
kan bisa pakai anggaran ON TOP, gitu aja kok repuot.
BalasHapus