JKGR-(IDB) : Kabar gembira muncul dari TNI AL yang konon mempertimbangkan kembali pembelian Helikopter Seasprite yang dikenal bermasalah dan sempat dikeluhkan oleh Angkatan Laut Selandia Baru.
ARC
Impian TNI-AL, Puspenerbal khususnya memiliki helikopter khusus anti kapal selam masih terus bergulir. Kabar baiknya, Kementrian Pertahanan telah mendengar dan meluluskan permintaan tersebut. Lebih jauh, ARC mendapat info, Kemhan sudah memberikan spesifikasi helikopter yang dibutuhkan kepada 2 pabrikan besar produsen heli anti kapal selam. Namun dari pihak pabrikan sendiri belum mengajukan penawaran. Kemhan sendiri berharap, kontrak bisa dilaksanakan tahun ini juga, sehingga di tahun 2014 diharapkan sudah ada barangnya.
Berbeda dengan kabar sebelumnya, dipastikan kali ini heli Kaman Super Sea Sprite sudah masuk kotak. Kementrian pertahanan kini melirik heli AKS yang memang terkenal dan mumpuni. Mereka masing-masing adalah AW-159 Wildcat serta AS-565 Panther. Helikopter AW-159 Wildcat merupakan pengembangan paling mutakhir dari heli Lynx. Sementara heli AS-565 Panther merupakan pengembangan dari seri Dauphin Eurocopter yang sangat laris.
Dari dua alternatif helikopter tersebut, semoga TNI AL memilih Eurocopter AS565 MB Panther.
Helikopter TNI AD
Dalam kesempatan lain, KSAD Jenderal Moeldoko menyatakan TNI AD akan membeli 12 helikopter tempur buatan Eropa. Jika merujuk kepada pesanan sebelumnya, kemungkinan helikopter yang diburu TNI AD adalah Eurocopter AS 550 Fennec.
Eurocopter
Jika TNI AL memilih Eurocopter AS565 MB Panther, maka rangkaian pengadaan helikopter TNI AL, TNI AD cocok dengan keinginan TNI AL yang mendatangkan Eurocopter EC725 Super Cougar.
PT DI telah menandatangani kontrak pembuatan 6 Euricopter EC725 pada
tahun 2011. Menurut Presiden Direktur PT DI Budi Santoso, kontrak
pembuatan 6 Eurocopter EC725 akan mengantarkan industri dirgantara
Indonesia ke era baru kerjasama dengan Eurocopter, yang mendorong
kemampuan teknologi helikopter PT DI ke tingkat yang lebih tinggi.
Sebelumnya sejak tahun 2008, PT DI memang telah memiliki kontrak dengan
Eurocopter untuk perakitan EC255 dan perakitan taiil booms dan airframe
dari EC725.
Jika TNI AL mengambil AS 565 Panther, TNI AD AS 550 Fennec dan TNI AU
EC725 Cougar yang semuanya berbasis eurocopter, tentu biaya
pemeliharaan helikopter semakin murah, karena biaya berkala: suku
cadang, rebuild engine dan rotor yang mahal, dapat ditekan. Dengan
mengerjakan ketiga jenis helikopter eurocopter tersebut, peluang
menghidupkan prototype helicopter serang ringan Gandiwa semakin terbuka
dan jelas spesifikasinya.
Sumber : JKGR
Paket yang menggoda buat eurocopter dan kususnya juga buat pemerintah Indonesia untuk bisa minta TOT yang komprehensif, jangan cuma dikasih nontong doang alias learning by seeing
BalasHapusBeli ketengan minta ToT, sesuatu yg mustahil diberikan, karena biaya research dan development mahal dan tahunan waktunya.
BalasHapusMbok ya mikir kalau minta ToT itu.
PT DI saat ini hanya mengantongi ijin perakitan saja untuk helikopter EH 725 "Cougar" pesanan TNI - AU sebagai helikopter Combat SAR sebanyak 6(enam) unit.
Jgn terjerumus dg angan-angan atau lamunan seolah-olah PT DI sdh mampu produksi helikopter dan akan memproduksi helikopter " Gandiwa"
Perhatikan pernyataan petinggi PT DI bahwa mereka sekarang fokus pada bisnis pesawat tertentu saja jadi jangan "paksa" PT DI untuk hal-hal lain yg bukan fokus bisnisnya, kasihan.......dan informasi yg demikian akan menjerumuskan PT DI ke situasi yg tidak favourable nantinya.
Biarkan PT DI sehat dahulu, dan belum ada ceritanya se tingkat PT DI harus memaksakan diri untuk memproduksi segala macam type dan jenis pesawat apa itu sayap tetap atau sayap putar.
Sudahi lamunan, bangkit dengan kenyataan, perkuat PT DI untuk dapat menangkap bisnis MRO itu malah lebih realistis, pasar terbuka sangat luas dan lebar, apalagi kalau PT DI mampu berbuat di bisnis dg kemampuan Modifikasi atau level IV pesawat baik militer maupun sipil dari pada di kerjakan di luar negeri.
Peluang kerja jadi terbuka, penyerapan anggaran maskapai penerbangan yg harus membayar ke PT DI untuk kegiatan tsb akan terlihat dan akhirnya "flow of money" akan terwujud, PT DI akan jadi raksasa.!!!!!
Perhatikan perusahaan "Bedek" yg berada di bawah MNC "IAI" memberikan kontribusi yg sangat significant pada pemupukan modal, maka mereka malas membuat pesawat sendiri, lebih menitik beratkan pada bisnis perawatan dan modifikasi dan hasilnya F-16 blok 52 merupakan prestasi mereka yg sdh terbukti.
Kapan PT DI juga mampu sejajar dg berbagai MRO yg lain.? Semoga.
Sayangnya pemerintah masih setengah hati terus dg PT DI. Keinginan yang tinggi tidak dibarengi dg suntikan dana. Ini dia gejala lama selalu timbul. Tolong deh yang sembodo. Karena suntikan dana itu sllu dibutuhkan untuk pengembangan PT DI selanjutnya.
BalasHapusSebenarnya yang mempunyai keinginan tinggi adalah para komentator yg punya nafsu pamer dan tidak mengukur diri sendiri, bahkan tidak mengukur secara baik, sebenarnya PT DI itu maunya apa? Ini terbalik, maunya komentatot PT DI itu harus berbuat seperti yg di inginkan komentator.
BalasHapusSedangkan komentator sendiri tidak pernah mempunyai pertimbangan apakah komennya itu sdh bener dan pener.
Yg penting "pokoke"
Tni AD akan punya 3 jenis heli tempur; mi35, apache dan fennec. Sangat tidak efisien pengopersian, suku cadang,dsb. Mi35 dan apache merupakan heli tempur berat, dan fenec heli tempur ringan. Seharusnya mi35 diserahkan ke AL, sampai sekrang tni AL belum punya heli tempur untuk melindungi pendaratan amfibi pasukan marinir.
BalasHapusModernisasi alusista TNI jangan terlalu condong ke barat biasanya ada mau nya tuh antek2 Amerika kalo gak dipenuhin biasa tuduhan pelanggaran HAM trs embargo dech.... Ya aku dukung produk Rusia z yg jadi pilihan soalnya terbukti tahun 1960an kita jaya karena produk uni sovyet
BalasHapusYg jelas, si pemegang ke - Agen-an dari pabrik Eurocopter yg dulu nama nya Aerospatiale pasti seneng banget, karena pemupukan modalnya bakal jalan terus.
BalasHapusAdrian kalibata mana eaa????? Kangen gw sama koment taik nyaa hehehehehe
BalasHapus