Kamis, Mei 23, 2013
2
BIMA-(IDB) : Berakhirnya kampanye militer dalam Latihan Gabungan (Latgab) TNI tahun 2013, di wilayah Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu, Komando Gabungan (Kogab) TNI berangsur – angsur menarik seluruh kekuatannya dan melakukan konsiladasi personel dan material.

Kemenangan pasukan Kogab telah mengembalikan wilayah Tarakan dan Sangatta, Kaltim dan Bima, NTB kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Merah putih berkibar kembali di seluruh penjuru wilayah tersebut, setelah gerombolan pemberontak dapat dihancurkan oleh pasukan gabungan TNI.

Setelah alih Komando dan Kendali (Kodal) dari Panglima Kogab kepada Panglima Komando Wilayah Kodam VI Mulawarman dan Kodam XI Udayana, selanjutnya seluruh kekeuatan Kogab TNI kembali ke pangkalan masing-masing. Ribuan pasukan diangkut oleh unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), jenis angkut personel dan material Landing Ship Tank (LST) dan Landing Platform Dock (LPD).

Salah satu kapal angkut pasukan tersebut adalah KRI Teluk Banten – 516 yang berada di jajaran Satuan Kapal Amfibi (Satfib) Koarmatim. KRI Teluk Banten mengangkut sekitar 500 pasukan pendarat Marinir dan puluhan Tank Amfibi BTR-57 serta puluhan perahu karet milik Marinir TNI AL. Kapal perang amphibi tersebut saat ini  memasuki perairan Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) menuju pangkalan di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Rabu (22/05).

KRI Teluk Banten merupakan salah satu unsur Latgab TNI yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Amphibi (Kogasgabfib). Tugas pokok yang diemban adalah mengangkut  dan mendaratkan pasukan Marinir dalam operasi serbuan amfibi di daerah sasaran. Dalam Latgab TNI 2013, Koarmatim mengerahkan 27 kapal perang berbagai jenis di antaranya 1 kapal selam, 8 kapal kombatan, 8 kapal amfibi, 2 kapal LPD, 2 kapal ranjau, 3 kapal patroli cepat dan 3 kapal bantu.

Selain itu kapal perang jajaran TNI AL lainnya yang turut mendukung Latgab TNI adalah 9 kapal perang dari Koarmabar dan 6 kapal perang dari Kolinlamil yang bertugas untuk mendukung Pendaratan Administrasi (Ratmin). Jumlah totol kapal perang yang terlibat latihan gabungan tersebut sekitar 42 unit. 






Sumber : Koarmatim

2 komentar:

  1. Sebenarnya kalau terjadi perang beneran, kondisi penggeseran pasukan beserta kelengkapan alutsista dari titik berangkat sd kembali ke pangkalan awal sangat riskan.
    Dg kondisi pelayaran yg mempunyai kecepatan sedang, di tengah samudera luas, dan tanpa pengawalan prima menjadikan kapal bantuan / angkut pasukan tersebut bagaikan "sitting duck".
    Miris sekali kondisi tersebut, kalau berbicara ideal, seharusnya iring-iringan eskorta tsb paling tidak di kawal 2 KS, 2 Frigatte di kiri kanan lambung kapal LPD atau LST dg mengaktivkan sonar, 4 Corvette, dan pengawalan udara baik helikopter AKS atau pesawat MPA atau AWS.

    BalasHapus
  2. Ya lengkapi senjata pertahanan udara dan sonar buat meluncurkan torpedo balasan atau pakai roket RBU 6000,gimana kang bole? Selama ini banyak yang teriak2 untuk perbaiki sistem altelery hanud bg kapal2 perang TNI AL.

    BalasHapus