BIMA-(IDB) : Berakhirnya
kampanye militer dalam Latihan Gabungan (Latgab) TNI tahun 2013, di
wilayah Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu,
Komando Gabungan (Kogab) TNI berangsur – angsur menarik seluruh
kekuatannya dan melakukan konsiladasi personel dan material.
Kemenangan
pasukan Kogab telah mengembalikan wilayah Tarakan dan Sangatta, Kaltim
dan Bima, NTB kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Merah putih berkibar kembali di seluruh penjuru wilayah
tersebut, setelah gerombolan pemberontak dapat dihancurkan oleh pasukan
gabungan TNI.
Setelah
alih Komando dan Kendali (Kodal) dari Panglima Kogab kepada Panglima
Komando Wilayah Kodam VI Mulawarman dan Kodam XI Udayana, selanjutnya
seluruh kekeuatan Kogab TNI kembali ke pangkalan masing-masing. Ribuan
pasukan diangkut oleh unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), jenis
angkut personel dan material Landing Ship Tank (LST) dan Landing
Platform Dock (LPD).
Salah
satu kapal angkut pasukan tersebut adalah KRI Teluk Banten – 516 yang
berada di jajaran Satuan Kapal Amfibi (Satfib) Koarmatim. KRI Teluk
Banten mengangkut sekitar 500 pasukan pendarat Marinir dan puluhan Tank
Amfibi BTR-57 serta puluhan perahu karet milik Marinir TNI AL. Kapal
perang amphibi tersebut saat ini memasuki perairan Alur Pelayaran Barat
Surabaya (APBS) menuju pangkalan di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya,
Rabu (22/05).
KRI
Teluk Banten merupakan salah satu unsur Latgab TNI yang tergabung dalam
Komando Tugas Gabungan Amphibi (Kogasgabfib). Tugas pokok yang diemban
adalah mengangkut dan mendaratkan pasukan Marinir dalam operasi serbuan
amfibi di daerah sasaran. Dalam Latgab TNI 2013, Koarmatim mengerahkan
27 kapal perang berbagai jenis di antaranya 1 kapal selam, 8 kapal
kombatan, 8 kapal amfibi, 2 kapal LPD, 2 kapal ranjau, 3 kapal patroli
cepat dan 3 kapal bantu.
Selain
itu kapal perang jajaran TNI AL lainnya yang turut mendukung Latgab TNI
adalah 9 kapal perang dari Koarmabar dan 6 kapal perang dari Kolinlamil
yang bertugas untuk mendukung Pendaratan Administrasi (Ratmin). Jumlah
totol kapal perang yang terlibat latihan gabungan tersebut sekitar 42
unit.
Sumber : Koarmatim
Sebenarnya kalau terjadi perang beneran, kondisi penggeseran pasukan beserta kelengkapan alutsista dari titik berangkat sd kembali ke pangkalan awal sangat riskan.
BalasHapusDg kondisi pelayaran yg mempunyai kecepatan sedang, di tengah samudera luas, dan tanpa pengawalan prima menjadikan kapal bantuan / angkut pasukan tersebut bagaikan "sitting duck".
Miris sekali kondisi tersebut, kalau berbicara ideal, seharusnya iring-iringan eskorta tsb paling tidak di kawal 2 KS, 2 Frigatte di kiri kanan lambung kapal LPD atau LST dg mengaktivkan sonar, 4 Corvette, dan pengawalan udara baik helikopter AKS atau pesawat MPA atau AWS.
Ya lengkapi senjata pertahanan udara dan sonar buat meluncurkan torpedo balasan atau pakai roket RBU 6000,gimana kang bole? Selama ini banyak yang teriak2 untuk perbaiki sistem altelery hanud bg kapal2 perang TNI AL.
BalasHapus