BANDUNG-(IDB) : Kementerian Pertahanan menerima 6 helikopter angkut tipe Bell-412 EP dari PT Dirgantara Indonesia (PT DI), Jumat (15/3/2013).
Serah terima ditandatangani oleh Dirut PT DI Budi Santoso dan Kepala Barahanan Kementerian Laksamana Muda TNI Rachmad Lubis, Aslog TNI Mayjen TNI Hari Krismoni dan Aslog KASAD Mayjen Joko Sri Widodo di Hanggar Rotary Wing KP II PT DI, Jalan Pajajaran.
Selanjutnya, Aslog KASAD menyerahkan kembali pada Danppuspenerbad Brigadir Jenderal Mochammad Afifudiing selaku pengguna. Enam unit helikopter tersebut sesuai dengan kontrak pada 6 Maret 2012 lalu.
"Semoga penyerahan enam helikopter ini akan membawa pengaruh besar bagi kemampuan TNI, khususnya TNI AD dalam menghadapi tugas yang semakin berat," ujar Budi saat memberikan sambutan.
Budi mengatakan sebagai salah satu penyedia produk alutsista, PT DI berusaha optimal untuk memenuhi tuntutan yang diminta serta menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut dengan bekerja efisien sehingga menghasilkan produk yang memuaskan pelanggan.
Seharusnya, jadwal penyerahan enam helikopter ini dilakukan pada September, Oktober dan November 2013. Namun PT DI mampu menyerahkan enam helikopter pesanan tersebut lebih cepat.
"PT DI berupaya mempercepat delivery sehingga kami mampu menyerahkan enam heli tersebut hari ini demi mendukung rencana latihan gabungan TNI," katanya.
Selama ini, TNI AD menjadi pengguna terbesar helikopter-helikopter produksi PT DI. "PTDI mengharapkan TNI AD tetap mempercayakan dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan helikopternya pada PT DI," ucap Budi.
Helikopter tipe Bell-412 EP adalah helikopter serbaguna yang ditenagai dengan sepasang engine, Pratt & Whitney PT6T-3D, dengan 4 bilah rotor utama dan 2 bilah rotor ekor. Helikopter ini diawaki oleh 2 orang pilot dan ko-pilot serta mampu mengangkut 13 penumpang yang termasuk kelas menengah.
Tipe Bell-412 seri EP ini merupakan helikopter Bell-412 generasi baru yang dapat diandalkan. Dimana sebelumnya telah membuktikan kehandalannya dalam berbagai operasi di Indonesia maupun di negara-negara lain. Disamping mampu melaksanakan misi-misi militer, Bell-412 EP ini juga mampu melaksanakan penerbangan sipil, operasi SAR dan pemadam kebakaran.
"Helikopter Bell-412EP ini dari sifat dinamika lebih baik dari kapasitas mesin juga 17 persen lebih besar dibandingkan Bell-412," jelasnya.
Serah terima ditandatangani oleh Dirut PT DI Budi Santoso dan Kepala Barahanan Kementerian Laksamana Muda TNI Rachmad Lubis, Aslog TNI Mayjen TNI Hari Krismoni dan Aslog KASAD Mayjen Joko Sri Widodo di Hanggar Rotary Wing KP II PT DI, Jalan Pajajaran.
Selanjutnya, Aslog KASAD menyerahkan kembali pada Danppuspenerbad Brigadir Jenderal Mochammad Afifudiing selaku pengguna. Enam unit helikopter tersebut sesuai dengan kontrak pada 6 Maret 2012 lalu.
"Semoga penyerahan enam helikopter ini akan membawa pengaruh besar bagi kemampuan TNI, khususnya TNI AD dalam menghadapi tugas yang semakin berat," ujar Budi saat memberikan sambutan.
Budi mengatakan sebagai salah satu penyedia produk alutsista, PT DI berusaha optimal untuk memenuhi tuntutan yang diminta serta menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut dengan bekerja efisien sehingga menghasilkan produk yang memuaskan pelanggan.
Seharusnya, jadwal penyerahan enam helikopter ini dilakukan pada September, Oktober dan November 2013. Namun PT DI mampu menyerahkan enam helikopter pesanan tersebut lebih cepat.
"PT DI berupaya mempercepat delivery sehingga kami mampu menyerahkan enam heli tersebut hari ini demi mendukung rencana latihan gabungan TNI," katanya.
Selama ini, TNI AD menjadi pengguna terbesar helikopter-helikopter produksi PT DI. "PTDI mengharapkan TNI AD tetap mempercayakan dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan helikopternya pada PT DI," ucap Budi.
Helikopter tipe Bell-412 EP adalah helikopter serbaguna yang ditenagai dengan sepasang engine, Pratt & Whitney PT6T-3D, dengan 4 bilah rotor utama dan 2 bilah rotor ekor. Helikopter ini diawaki oleh 2 orang pilot dan ko-pilot serta mampu mengangkut 13 penumpang yang termasuk kelas menengah.
Tipe Bell-412 seri EP ini merupakan helikopter Bell-412 generasi baru yang dapat diandalkan. Dimana sebelumnya telah membuktikan kehandalannya dalam berbagai operasi di Indonesia maupun di negara-negara lain. Disamping mampu melaksanakan misi-misi militer, Bell-412 EP ini juga mampu melaksanakan penerbangan sipil, operasi SAR dan pemadam kebakaran.
"Helikopter Bell-412EP ini dari sifat dinamika lebih baik dari kapasitas mesin juga 17 persen lebih besar dibandingkan Bell-412," jelasnya.
Enam Heli TNI AD Yang Baru Itu Senilai Rp 624 Miliar
Enam helikopter jenis Bell-412 EP diserahkan PT. Dirgantara Indonesia
(DI) kepada Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, Jumat (15/3/2013). Keenam
helikopter pesanan Kemenhan yang masuk kontrak jual dengan Nomor
TRAK/145/PLN/III/2012/AD tanggal 6 Maret 2012 itu harganya senilai 65
juta dolar AS atau setara dengan Rp 624 miliar. Satu unit helikopter
dinilai Rp 104 miliar karena dilengkapi senapan mesin otomatis.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI), Budi Santoso menjelaskan, tingginya harga enam helikopter tersebut dikarenakan masih berada dalam lisensi Bell Tekstron USA sehingga komponennya didatangkan dari negeri Paman Sam.
"Harga enam helikopter itu sudah termasuk dengan senapan mesin otomatis. Heli ini juga spek mesinnya lebih tangguh dari tujuh heli yang sudah kita kirim sebelumnya 2012 lalu. Jadi kita sudah kirim 13 helikopter untuk TNI AD," kata Budi Santoso saat konferensi pers di Hanggar Rotary PT DI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jumat (15/3/2013).
Selain enam helikopter dengan kemampuan angkut hingga 13 orang itu, Budi mengatakan, PT DI dan Kemenhan juga telah menandatangani perjanjian kerjasama untuk menyelesaikan pesanan helikopter sejenis sebanyak 16 unit dengan masa kontrak hingga 2014 dengan nilai 170 juta dolar AS.
"Tapi kemampuan kita hanya sanggup menyelesaikan enam unit setiap tahunnya," ujar Budi.
Di tempat yang sama, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Moeldoko mengamini permintaan alutsista tersebut. Menurutnya, PT DI diharapkan mampu menyelesaikan seluruh kebutuhan alutsista TNI AD di empat skuadron, meski diakuinya jumlah 16 heli sisanya belum mampu menutupi kebutuhan TNI AD.
"Untuk total heli yang kita butuhkan sebenarnya mencapai 33 unit, dan baru 13 dengan yang enam ini. Kalau berangan-angan, TNI AD sebenarnya ingin mendatangkan alutsista jenis helikopter yang modern dan lebih canggih seperti Apache ataupun Black Hawk," kata Moeldoko.
"Untuk itu kami ajak bapak DPR RI dari Komisi 1 dan juga Kemenhan agar mengetahui kebutuhan kami, semoga saja bisa diusulkan," harapnya.
Sebelumnya, untuk meningkatkan kinerja dan tugas-tugas TNI Angkatan Darat di lapangan, PT Dirgantara Indonesia (DI) menyerahkan sebanyak enam unit helikopter angkut tipe Bell-421 EP kepada Kementrian Pertahanan RI. Proses penyerahan alutsista tersebut dilakukan di hanggar Rotary Wing PT DI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jumat (15/3/2013).
Untuk perakitan enam helikopter yang mayoritas komponennya masih di bawah lisensi Bell Tekstron USA ini pun dipercepat sebelum masa tenggat waktu November 2013, dengan alasan mengejar waktu untuk latihan gabungan TNI.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI), Budi Santoso menjelaskan, tingginya harga enam helikopter tersebut dikarenakan masih berada dalam lisensi Bell Tekstron USA sehingga komponennya didatangkan dari negeri Paman Sam.
"Harga enam helikopter itu sudah termasuk dengan senapan mesin otomatis. Heli ini juga spek mesinnya lebih tangguh dari tujuh heli yang sudah kita kirim sebelumnya 2012 lalu. Jadi kita sudah kirim 13 helikopter untuk TNI AD," kata Budi Santoso saat konferensi pers di Hanggar Rotary PT DI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jumat (15/3/2013).
Selain enam helikopter dengan kemampuan angkut hingga 13 orang itu, Budi mengatakan, PT DI dan Kemenhan juga telah menandatangani perjanjian kerjasama untuk menyelesaikan pesanan helikopter sejenis sebanyak 16 unit dengan masa kontrak hingga 2014 dengan nilai 170 juta dolar AS.
"Tapi kemampuan kita hanya sanggup menyelesaikan enam unit setiap tahunnya," ujar Budi.
Di tempat yang sama, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Moeldoko mengamini permintaan alutsista tersebut. Menurutnya, PT DI diharapkan mampu menyelesaikan seluruh kebutuhan alutsista TNI AD di empat skuadron, meski diakuinya jumlah 16 heli sisanya belum mampu menutupi kebutuhan TNI AD.
"Untuk total heli yang kita butuhkan sebenarnya mencapai 33 unit, dan baru 13 dengan yang enam ini. Kalau berangan-angan, TNI AD sebenarnya ingin mendatangkan alutsista jenis helikopter yang modern dan lebih canggih seperti Apache ataupun Black Hawk," kata Moeldoko.
"Untuk itu kami ajak bapak DPR RI dari Komisi 1 dan juga Kemenhan agar mengetahui kebutuhan kami, semoga saja bisa diusulkan," harapnya.
Sebelumnya, untuk meningkatkan kinerja dan tugas-tugas TNI Angkatan Darat di lapangan, PT Dirgantara Indonesia (DI) menyerahkan sebanyak enam unit helikopter angkut tipe Bell-421 EP kepada Kementrian Pertahanan RI. Proses penyerahan alutsista tersebut dilakukan di hanggar Rotary Wing PT DI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jumat (15/3/2013).
Untuk perakitan enam helikopter yang mayoritas komponennya masih di bawah lisensi Bell Tekstron USA ini pun dipercepat sebelum masa tenggat waktu November 2013, dengan alasan mengejar waktu untuk latihan gabungan TNI.
Sumber : Detik
Helikopter Bell -412 EP 6(enam)unit yg diserahkan kepada user ada yg jadi pertanyaan, kalau dulu hasil perakitan selalu menambahkan dengan NBell kok sekarang nggak pakai lagi huruf "N" di depan Bell.
BalasHapusJangan-jangan benar informasinya bahwa PT DI sudah tidak mendapatkan Lisensi dari Bell Textron karena menurut mereka PT DI dianggap perusahaan bangkrut, sehingga kapasitas produk helikopter Bell tidak dapat maximum seperti dahulu sewaktu masih mendapat lisensi.
Dalam hal ini PT DI membeli helikopter dengan CKD ( Complete Know Down) bukan SKD atau semi know down dan in cash condition.
Silakan balas komen dengan santun.
ah bodo amat mau ada huruf N atau enggak juga.. yang penting mah jumlah heli di tni terus bertambah.. kondisi jumlah alutsista masih minim gini jadi blm bisa banyak complain...
BalasHapusadakah bom yang sekelas bom atom..?
BalasHapusapakah indonesia mampu membuatnya...?
kalo memang ada dan indonesia mampu membuatnya baru saya acungin jempol jadi gak sungkan sungkan beli banyak alutsista cukup dengan d bom dari pesawat 1-2 pulau jd rata.....
jadi sedikit bicara dan banyak bekerja....
Bom buatan indonesia yang dashat sdh dibuat dalam jumlah yg sangat besar,bisa meratakan negara lain dengan bobot sangat ringan yaitu BOM LPG 3KG buatan perusahaan anak bangsa PERTAMINA. Sdh teruji daya ledaknya bro...wkwkwkwkwkwk
BalasHapusGandiwa kpn dibeli sama TNI, PR berat buat PT.DI untuk meyakinkan para user membeli produk mereka.
BalasHapusboro-boro gandiwa, untuk start produksi C-212 400 yg sudah di pesan lwt kontrak dg "Merpati Nusantara " 2 tahun yll saja belum dapat dimulai, apalagi Gandiwa.....kebanyakan impian......akhirnya yang nyata nggak dpt direalisir, seperti mimpi malam pertamanya anak laki2 menjelang puber pertama...wkwkwkwkwkw, uuueeeennaakkkkkk, ser...ser....ser.....persis seperti mimpinya Bro IndonesiaJaya....he....he.....he................hik,..hik......
BalasHapuspantesan, setiap pagi hormat sendiri tanpa harus dipancing... Keren gak tuh...wkwkwkwkwkw
Hapusmaklum masih puber pertama butuh pengenalan lebih mendalam.
Tuh kang boler komen mu diatas kok masih mempertahankan pendapatmu??? Kan dah di jawab sama PT DI sendiri!!! Kalo gak percaya mangga atuh kang BOLER datang ka mari!!!!!
BalasHapusMemang PT DI sudah mampu membuat Helikopter Bell - 412 EP?
BalasHapustolong pencerahannya...
Kalau membuat itu berarti sejak dari proses engineeringnya atau cetak biru perencanaan, prototype, uji fungsi, uji terbang, sertifikasi kelayakan dan proses produk massal, itu pantas disebut membuat.
BalasHapusTapi kalau prosesnya tidak seperti diatas namanya bukan membuat bisa di sebut assembling, atau re - condition, refurbish, atau yang lain.
Jadi jangan paksakan diri untuk membuat bangga semua pihak namun sebetulnya "semu".
Lebih "gentle" kalau memberanikan diri ini apa adanya dengan menyatakan bahwa ini hasil assembling, re- conditie atau refurbish.
Ini prinsip!!!
PT DI memang topnya industri penerbangan yang sudah setarap dengan pabrik pesawat terbang dunia yang lain, bahkan memilki kemampuan yang melebihi kapasitas pabrik pesawat terbang lain didunia , karena sanggup melayani pesanan bukan hanya pesawat sayap tetap dengan berbagai type namun juga sanggup melayani pesanan pesawat helikopter dg berbagai type.
BalasHapusDari dafftar yang ada, PT DI mampu dan sudah memproduksi pesawat : CN -235, C-212 400, N-250,N-2190, KT-1 Woong Bee, Helikopter Bell - 412 EP, NBO - 105, NAS- Super Puma bahkan terakhir akan membuat pesawat helikopter "Cougar" pesanan TNI-AU dan sudah dipersiapkan membuat helikopter Gandiwa yang jadi unggulan produk helikopter PT DI.
Semoga sukses. Bravo PT DI.
Kalau berangan- angan, TNI AD sebenarnya ingin mendatangkan alutsista jenis
BalasHapushelikopter yang modern dan
lebih canggih seperti Apache
ataupun Black Hawk," kata Moeldoko.
Sama dong angan angannya.. Mau bikin hujan buatan jugakah dimedan laga nanti??
Cuma itu satu satunya yg membuat TNI AD kita tersenyum.. Walau masih dlm angan angan hehehe
Buat aja heli Bell 412+ dgn bodi mirip apache!...
BalasHapusasem tenan pancene mbah bole
BalasHapusPT DI merupakan satu-satunya pabrikan pesawat terbang dan helikopter di dunia. Dan hebatnya PT DI ano-ano, membuat bukan assembling lho.
BalasHapusJangan salah kalimat ya, PT DI membuat helikopter Bell 412-EP, membuat Helikopter EC 725 "Cougar", membuat helikopter BO-105, membuat pesawat C-295, membuat pesawat C-212 400, membuat roket FFAR 2,75 inch, membuat roket HAN 122mm, membuat mobil khusus untuk Den Bravo, membuat pesawat CN - 235 versi militer/sipil dan MPA sebentar lagi membuat CN-235 AWS, dan CN -295 AWACS, membuat Torpedo SUT, dan semuanya dibuat di PT DI, Bandung, dan last but not least, later or sooner adalah pesawat idaman setiap insan Indonesia adalah pesawat N-219 katanya yang akan, tapi akan lho ya, dimodali oleh BUMN dan BPPT sedangkan pesawat N-250, N-2190 yang akan dimodali oleh Bp. B.J. Habibie.
Bandungku yang terkenal dengan bolu kukus Amanda yg gureeh dan murah meriah.
Pokoknya PT DI seng ada lawan tamang !!!
Ada tambahan info bahwa dalam waktu dekat ada produksi baru dari PT DI
BalasHapusyaitu membuat :
20(duapuluh) helikopter "BlackHawk"
8(delapan) helikopter serang "Apache Long Bow"
11(sebelas) helikopter Anti Kapal Selam (AKS) "Sea Sprite".
Semuanya akan dibuat di Bandung, ternyata disamping industri dirgantara ternyata Bandung terkenal dengan Bolu Kukus "Amanda", gurih, enak dan terjangkau oleh kantong kita. Ada Strawberry, Coklat, Keju dan jangan lupa beli ya kalau ke Bandung, tapi kalau.
Tuh ano2 stres!! Karena pendapatnya di sanggah lalu menghina!!!
BalasHapusYeilah cuma komen ajah stres! ketahuan mental tempe.
BalasHapuskalau menghina, ketahuan bangget jiwa kerdilnya, ogah wak jadi temen.
mungkin tuh yg stress mantan karyawan pt di yg dipecat krn gawean nya tidur mulu. Kasihan...
BalasHapusAno 10.03 Benar sekali angan-angan anda, sebentar lagi Helikopter Bell yang diubah jadi Apache adalah helikopter Gandiwa yang tersohor itu.
BalasHapusGandiwa nih ye, Gandiwa nih ye, Gandiwa nih ye,..............
Nah, benar khan, bahwa PT DI benar-benar mampu membuat helikopter Bell 412 - EP, siaaaaaappaaaaa yaaaaaang komennnnn PT DI nggaaaakkk mampuuuuu membbuuuaaaaat helikopter????
BalasHapusBerita gembira, PT DI sebentar lagi melangkah kaki setapak untuk membuat Helikopter "Dauphin" pesanan dari BASARNAS.
BalasHapusOpo ora hebat, semua jenis helikopter dapat di buat di PT DI.
buatin satu donk....buat nganter mak blanja ke pasar
BalasHapusAku juga satu buat berangkat kerja.
BalasHapusHahahahaha
lucu...n konyol semua...jadi pengen ketawa ngakak...huuuahhahahahahahahhuuuhahhahahahahaahuauauuahhahahaahahhauauauahahahaahah.....wkwkwkwkwwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkk
BalasHapus