By increasing the lift-drag ratio the winglets are expected to improve performance in the takeoff, climb and cruise phases of the flight. For the C295 these extensions would contribute to hot and high runway performance, increased range and endurance, and reduced fuel consumption – driving lower operating costs.
The first flight of the wingletted Airborne Early Warning (AEW) configured aircraft took place in Spain on 21 December. Data from the flight test program will help evaluate the potential benefit and feasibility to incorporate winglets into the C295 design.
Extending the mission endurance of this aircraft is considered a critical requirement for Airbus Military, in order to meet the Indonesian Air Force requirement for Airborne Early Warning aircraft. Indonesia is already shopping for such aircraft, and, according to Air Force Chief of Staff ACM Imam Sufaat, larger platforms would be required for the country’s AEW mission, particularly in terms of endurance. It is expected that the improvements gained by those winglets would be sufficient to get the C295 into the game. The Indonesian market is considered a strategic market for the aircraft. In early 2012 Indonesia placed an order for nine C295 aircraft, the first delivered by the end of last year. Airbus Military is also helping its local partner PT Dirgantara Indonesia (PT DI) to modernize its manufacturing facilities to enable local assembly of these planes.
Few months earlier Airbus Military and missile developer MBDA performed flight demonstration of an armed C295 maritime patrol aircraft, carrying an instrumented Marte MK2/S anti-ship inert missile installed under the left wing. The flight was the first of a series of trials planned in a joint Airbus Military – MBDA collaboration to validate the aerodynamic integration of Marte on the C295. Subsequent flights will include handling qualities tests and aircraft flight performance tests. The C295 will be the first fixed-wing aircraft configuration for the missile. Marte Mk2/S is already integrated on the AW-101 and the NFH-90 naval helicopters.
The MBDA Marte MK2/S missile is a fire-and-forget, all-weather, medium-range sea-skimming anti-ship weapon system, equipped with inertial mid-course guidance and radar homing terminal guidance, and capable of destroying small vessels and heavily damaging major vessels. The missile has a weight of 310 Kg and is 3.85 m long. In the anti-submarine warfare (ASW) role, the C295 is already in-service carrying the MK46 torpedo.
Source : DefenseUpdater
Niceee....Eyes in the sky....finally....
BalasHapusHahaha... mmg sangat berguna ini AEW dilangit indonesia ya bunggg
BalasHapusAEW yang bisa dipersenjatai medium range fire & forget missile cocok buat patroli perbatasan ....
BalasHapusKalau sudah kemakan iming iming teknologi baru yang selalu muncul dari negara2 yang menguasai dan maju teknologinya, Indonesia mabuk kepayang dech kayak nonton orkes ndangdut atau nonton musik hardrock, rawe-rawe rantas malang-malang puntung, pelajari cari dukungan anggaran dan putuskan beliiiiii, kalau nggak ada duit tunai ya, ngutang saja.
BalasHapusPadahal CN - 235 MPA yang sampek saiki nggak diserahkan ke pihak pemesan belum selesai persoalannya. Begitulah cara berpikir kita, material yang lama ya biarkan mangkrak toch nggak bakalan ada perang beneran. Yang ada cuma perang agak2-an (tantang menantang)doang. Selamat buat proyek baru untuk pengadaan NC -295 MPA, lengkap dengan rudal Matre yang belum tentu lebih gahar dari rudal 3 digit kita sendiri.
Kalo gak tau rudal Matre, gak usah comment. Yg kita punya bukan rudal tiga digit MAS tapi roket tiga digit!! Boro2 fire & forget, bisa terbang aja sdh beruntung (test terakhir nozzelnya terbakar saat dinyalakan beberapa detik). Jelas sekarang ini Rudal matre jauh lebih bagus dari roket tiga digit kita (bukan rudal). Butuh waktu untuk bisa sehebat Matre!!
BalasHapusRudal Matre sebenarnya pengembangan dari rudal AS 39 Aerospatiale Divisi Engine Taqtique, sekarang jadi MBDA. AS 39 ini pernah diassembly di Irak namun hancur di hajar oleh Israel namun pernah menjadi andalan Argentina pada perang Malvinas dimana dengan digotong oleh pswt Super Etendard berhasil menghajar kapal logistik Inggris. Perihal roket 3 digit kita ini saya mempercayai penjelasan orang2 pinter kita bahwa kemampuannya bla...bla...bla....
HapusSo, perihal rudal kalau mau diskusi lebih jauh saya seneng. Monggo.
om Boleroes, ente baca dimana rudal matre belum tentu lebih gahar dari rudal tiga digit kita! Rudal matre itu sdh sempurna utk ukran rudal anti kapal ( system fire & forget dan juga sea skimming ). Yg kita pny, bukan rudal om tapi roket tiga digit, krn belum ada guidenya!! Okelah jarak jangkauan lebih jauh, tapi percuma kalau melenceng jauh dari sasaran!!
BalasHapusWeleh,weleh, seneng saya banyak yang menjelaskan mengenai rudal. Apalagi rudal Matre yang punya kemampuan sea skimming untuk sementara di dunia ini baru MBDA duuuluuuu bernama Aerospatiale Engine Taqtique dan pengembangan dari AS 39. Rudal Harpoon walau merupakan rudal permukaan ke permukaan namun tidak seperti produk rudal MM 38 atau MM 40 Blok Ii atau BlokIV yang baru sama sekali dimana pada rudal ini sudah dtambah dengan pendorong motor roket dengan kecepatan Supersonic. Dengan kecepatan tumbukan akan menghasilkan radiasi panas yang mengakibatkan baja akan lumer dan dalam hitungan detik bahan peledaknya akan bekerja dengan effek blasting yang dahsyat sehingga obyek atau sasaran dengan segera dapat dikaramkan begitu. Perihal rudal 3 digit, saya meneruskan penjelasan orang pinter kita dengan sendirinya saya bangga dong. Begitu.
HapusMas Bolores,
BalasHapusRudal tiga digit itu paling tidak dalam 3 tahun mendatang masih dalam bentuk roket.
AEW dan MPA itu beda banget, bangau dan angsa kan tak bisa disamakan? lagi pula daya jelajah dan ruang kerja 235 tak bisa disamakan dengan 295.
Tks penjelasannya perihal rudal 3 digit, oooh jadi gitu toch!!! Suwun ya. Nah, sekarang perihal MPA dan AEW nggih saestu benten ndoro, siapapun termasuk saya ngerti bahwa yang satu sifatnya cuma "jalan-Jalan " kontrol sana sini lha yang satu lagi sifatnya sudah dapat berfungsi sebagai dirigen di udara pada kegiatan patroli, pertempuran maupun SAR. Namun maksud saya yang bodo ini adalah mencoba memberi massukan, bahwa kita kan sudah punya MPA dioperasikan TNI-AU dan yang akan diserahkan nanti 3 unit lagi untuk TNI -AL dengan "Asmocos" dari Thales sebagai systemnya. Mengapa MPA kita tidak ditingkatkan saja dengan melengkapi senjata atau rudal sehingga lebih komplit sebagai alat perang dibanding hanya sebagai pesawat Survaillance. Gitu ajah. Kalau untuk pesawat AEW seperti Malingsia, dengan pesawat kecil single engine namun dilengkapi dengan kelengkapan AEW buatan "Controp" sudah berhasil membuat manufer kapal perang kita kalang kabut. Monggo saja kalau mau belanja AEW yang bagus, mahal, lengkap, kan nggak ada yang melarang. Kalau bisa kontan bagus, kalau nggak bisa kontan ya dicicil, kan enak kepenak, nggih tho. Suwun.
BalasHapusgeh betul2 niku pak dhe....
BalasHapusDADOS...........!!!!!
BalasHapusKenapa tidak NC-250 yang dikembangkan lebih lanjut, dengan memakai rotodome (AEW&C), kan para ahli sudah mencurahkan ilmunya untuk mewujudkan pesawat made in indonesia, untuk yang ini (AEW&C) tentunya kita hanya perlu bertanya pada ahlinya, atau kalau tidak kita curi teknologi-nya, kan sayang barang sudah jadi akan dianggurkan begitu saja. Daripada beli C-295 AEW&C yang baru...
BalasHapus