Rabu, Januari 09, 2013
10
Desain ACTUV, kapal tanpa awak anti-kapal selam AS
Desain ACTUV, kapal tanpa awak anti-kapal selam AS.
WASHINGTON-(IDB) : Jumlah kapal selam diesel-listrik kian meningkat di seluruh dunia dan dapat mengancam armada Angkatan Laut AS. Upaya untuk mengatasi resiko yang dapat ditimbulkan oleh kapal selam kecil dan silent seperti itu menjadi sangat penting bagi AS, terutama di daerah litoral dan selat sempit.
"Tujuan kami adalah untuk transisi dan perubahan cara operasional Angkatan Laut," kata Scott Littlefiel, manajer program Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) Anti-Submarine Warfare Continuous Trail Unmanned Vehicle (ACTUV). "Hal Ini akan menciptakan asimetri bagi keunggulan kami, meniadakan ancaman dari kapal selam akan menghemat sepuluh persen biaya untuk membangun kapal selam."

Kontraktor pertahanan AS Science Applications International Corporation (SAIC) saat ini tengah mengembangkan sebuah konsep baru kapal permukaan tanpa awak. Kapal tersebut akan dapat menemukan dan melacak kapal selam jauh di bawah air, pada tingkat presisi, persisten dan fleksibilitas yang jauh melampaui kapal perang permukaan berawak anti-kapal selam saat ini. 

Kapal permukaan baru ini akan menjadi menjadi sangat penting sebagaimana misi Angkatan Laut AS yang saat ini difokuskan pada kawasan litoral di Selat Hormuz, Teluk Persia, Laut China Selatan, Afrika Timur, Laut Mediterania dan Laut Karibia.

ACTUV kapal tanpa awak AS
ACTUV akan dilengkapi dengan berbagai sensor
untuk mendeteksi dan melacak setiap jenis kapal selam
secara terus-menerus, bahkan kapal selam silent
Pada Agustus 2012, DARPA dianugerahi kontrak oleh SAIC sebesar US$ 58 juta untuk pengembangan prottipe Anti-Submarine Warfare Continuous Trail Unmanned Vehicle (ACTUV) yang rencananya siap untuk uji laut pada pertengahan 2015. SAIC adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang mengembangkan desain konseptual untuk kapal baru di AS. Badan ini lebih memilih desain haluan yang menusuk gelombang (Trimaran) untuk prototipe. Menurut SAIC, desain semacam ini akan mampu melakukan misi terus-menerus hingga tiga bulan di laut, yang beroperasi secara mandiri, atau semi-otonom.
Kapal ACTUV ini dirancang agar mampu beroperasi sepenuhnya secara mandiri, menyediakan respon cepat tanggap dalam jaringan pengawasan maritim global. Jaringan ini akan ditransfer ke alutsista berawak dan tak berawak lainnya seperti pesawat P-8A Poseidon dan Pesawat RQ-4C Triton (Bams).

Kapal ACTUV ini akan memiliki kecepatan tinggi untuk bisa secepatnya tiba daerah operasi, dengan cepat membuat track kapal selam diesel-listrik silent dan bayangan target tersebut selam berbulan-bulan, lebih dari ribuan kilometer, dengan input manusia yang minimal.
Untuk deteksi awal, ACTUV mengandalkan sensor sendiri atau dari sonobuoy (sebuah sistem sonar) yang dijatuhkan dari pesawat intai maritim, drone atau kapal lainnya. Efektif mengkover wilayah yang luas, sonobuoy ini akan memberikan indikasi awal tentang keberadaan target yang dicurigai, lalu maju dikerahkan ke daerah yang telah ditunjuk.

Dengan tibanya kapal ACTUV di daerah tersebut, kapal tak berawak ini akan menyebarkan sonar aktif-pasif frekuensi menengah jarak jauh dari dua sisi pod-nya, untuk memverifikasi keberadaan kapal selam, dan mengidentifikasi daerah-daerah mana saja yang berada dalam ancaman (AOU-Area of Uncertainty) kapal selam itu, dan membatasi gerakan kapal selam di wilayah itu. Tingkat lanjut dengan menggunakan dua sonar tingkat tinggi yang terletak di lambung utama, digunakan untuk meningkatkan presisi pelacakan dan keakuratan misi. Setelah berada di dekat target, ACTUV lalu menggunakan magnetometer arrays untuk memberikan informasi tambahan mengenai aktivitas target. Setelah membuat track secara kontinyu, sonar dengan frekuensi yang sangat tinggi digunakan untuk menggambarkan citra akustik dari target, sehingga mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kapal selam (target) secara spesifik. Setelah AOU (darah ancaman) ditentukan dan ancaman positif di identifikasi, sehingga memverifikasi batasan AOU, maka sudah dapat dipastikan mana daerah yang aman untuk dilalui. ACTUC akan terus membayangi kapal selam yang dicurigai untuk menghindari resiko serangan dengan menghindar, atau kapal selam ini akan diserang bila bertindak agresif.

ACTUV menggunakan sonar frekuensi tinggi
ACTUV menggunakan sonar frekuensi tinggi untuk mengidentifikasi kapal selam. Foto konsep : DARPA
Kapal ACTUV dirancang untuk menetralisir ancaman dari kapal selam konvensional bertenaga diesel-listrik, termasuk juga kapal selam yang menggunakan Air Independent Propulsion (AIP). Kapal selam yang sudah "dikunci" oleh ACTUV, sangat beresiko untuk diserang armada AS meskipun tetap berusaha silent atau berusaha menghindari ACTUV sampai kapal selam tersebut kembali ke pangkalan.

ACTUV juga dirancang untuk mengambil alih peran kapal permukaan berawak (ASW) yang saat ini  digunakan AS untuk menjaga kelompok kapal tempur atau armada lain dari ancaman kapal selam. Operasi otonom dari ACTUV ini akan menjadikan Angkatan Laut AS lebih optimal menggunakan alutsista berawak secara ofensif dan peran pendukung lainnya yang memerlukan sumber daya manusia.
Desain akhir dan rencana produksi untuk prototipe ACTUV akan dilakukan di fase dua, pembangunan prototipe dijadwalkan selesai pada fase tiga, uji coba oleh pemerintah ada di fase empat untuk menunjukkan sebuah kapal eksperimental yang mampu secara independen disebarkan ke daerah jauh/terpencil yang luput dari kontrol pengawasan sekaligus meningkatkan kemampuan Angkatan Laut AS.
 
 
 
 
 
Sumber : Artileri

10 komentar:

  1. Kita harus belajar dan mengembangkan perangkat perang nirawak,karena perang masa depan adalah modern...hanya sedikit penggunaan prajurit.

    BalasHapus
  2. setuju bro,,makanya pak menhan senjatai tni kita dengan alutsista yang modern,,ganti alutsista lama dgan yang baru,bedah teknologi yang ada d alutsista lma buat d plajari,,jgn mikirin anggaran mulu justru kalau mau aman ni negara sokong dgan alutsista yang mumpuni.percuma membangun negara cape2 tanpa di imbangi perkuatan militer,,kepala boleh sama isi otak dan cara pemekiran berbeda beda setiap negara ada yg jahat ada yg baik,tentara kita banyak tp percuma kalau hanya mengandalkan prajurit tampa d sokong dgan senjata mematikan,,tidak ada jaminan bahwa kawasan asia ini akan selalu damai,jangan nunggu di serang dulu baru kita balas yang menyerang kita,,tapi payungi setiap jengkal tanah ini dengan pertahanan udara yang seimbang dengan luasnya wilayah negara kita,tunjukan kepada dunia bahwa kita merdeka yang benar2 merdeka jangan mau di tekan oleh kekuatan asing,,bukan kah d jiwa prajurit tni ada sandi lebih baik pulang nyawa dari pada gagal di mendan laga,,begitupun dgan rakyat kita dari dulu smp skrng sy yakin jiawa patriotisme masih tertanam d dlm dada.Ayo indonesia bangkitlah capai cita2 bungkarno yang telah mengantarkan bangsa ini kedepan pintu gerbang kemerdekaan sebgaimana yang tertera dalam uud 1945.

    BalasHapus
  3. Suatu terobosan yg sangat inovatif dan futuristik

    BalasHapus
  4. Indonesia dah bikin dari dulu kapal selam tanpa awak.....buatan BPPT. cuman tidak pernah dipublish ke khalayak ramai, bayangkan kalo dipublish dan diproduksi jumlah banyak. bisa bayangkan kayak apa wajah istana bawah laut indonesia. Menyeramkan dan Gahar

    BalasHapus
  5. Alutsista adalah harga diri bangsa. Alutsista Kuat Harga diri Kuat. Harga diri yang kuat untuk melindungi luas wilayah Indonesia, Jadi sdh seharusnya Alutsista Indonesia besar karena Indonesia adalah bangsa Besar.

    BalasHapus
  6. bangsa Indonesia sbnarx mmpu mmbt suatu invsi bru, dgn SDM n SDA yg mlimpah sgt di mngkinkn mmbt ssuatu scra mndiri!Tengok pmbt blue energy yg mnggbah air mnjdi bhn bkar,hny bgs Indo yg hny bs mmbt it, tp trkdang pmrntah mntup mata n tdk heran pra ahli2 di bdang msing2 byk di bjak negara luar!mari bangsa Indonesia bangkitlh,kmi slaku rkyat akn sllu mndkung!

    BalasHapus
  7. Kgk usah mikirin jauh jauh..... ubi aja msh import,beras,garam,dll....smua serba import.....tapi gua salut karena kita bs jadi ahli korupsi....

    BalasHapus
  8. Kita hrs membuat kapal kecil2 utk melawan kapal2 besar, contohnya gajah diserang dg batu2 kecil panas dr burung ababil dan akhirnya juga kalah demikian juga nabi daud. Kita hrs optimis kedepan dg menegakkan hukum, menguatkan perekonomian dan kekuatan militer dibangun dg kemampuaan sendiri. Salam.................

    BalasHapus