Desain ACTUV, kapal tanpa awak anti-kapal selam AS. |
WASHINGTON-(IDB) : Jumlah kapal selam diesel-listrik kian meningkat di seluruh dunia dan
dapat mengancam armada Angkatan Laut AS. Upaya untuk mengatasi resiko
yang dapat ditimbulkan oleh kapal selam kecil dan silent seperti itu
menjadi sangat penting bagi AS, terutama di daerah litoral dan selat
sempit.
"Tujuan kami adalah untuk transisi dan perubahan cara operasional Angkatan Laut," kata Scott Littlefiel, manajer program Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) Anti-Submarine Warfare Continuous Trail Unmanned Vehicle (ACTUV). "Hal Ini akan menciptakan asimetri bagi keunggulan kami, meniadakan ancaman dari kapal selam akan menghemat sepuluh persen biaya untuk membangun kapal selam."
Kontraktor pertahanan AS Science Applications International Corporation (SAIC) saat ini tengah mengembangkan sebuah konsep baru kapal permukaan tanpa awak. Kapal tersebut akan dapat menemukan dan melacak kapal selam jauh di bawah air, pada tingkat presisi, persisten dan fleksibilitas yang jauh melampaui kapal perang permukaan berawak anti-kapal selam saat ini.
"Tujuan kami adalah untuk transisi dan perubahan cara operasional Angkatan Laut," kata Scott Littlefiel, manajer program Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) Anti-Submarine Warfare Continuous Trail Unmanned Vehicle (ACTUV). "Hal Ini akan menciptakan asimetri bagi keunggulan kami, meniadakan ancaman dari kapal selam akan menghemat sepuluh persen biaya untuk membangun kapal selam."
Kontraktor pertahanan AS Science Applications International Corporation (SAIC) saat ini tengah mengembangkan sebuah konsep baru kapal permukaan tanpa awak. Kapal tersebut akan dapat menemukan dan melacak kapal selam jauh di bawah air, pada tingkat presisi, persisten dan fleksibilitas yang jauh melampaui kapal perang permukaan berawak anti-kapal selam saat ini.
Kapal permukaan baru ini akan menjadi menjadi sangat penting sebagaimana
misi Angkatan Laut AS yang saat ini difokuskan pada kawasan litoral di
Selat Hormuz, Teluk Persia, Laut China Selatan, Afrika Timur, Laut
Mediterania dan Laut Karibia.
ACTUV akan dilengkapi dengan berbagai sensor untuk mendeteksi dan melacak setiap jenis kapal selam secara terus-menerus, bahkan kapal selam silent |
Pada Agustus 2012, DARPA dianugerahi kontrak oleh SAIC sebesar US$ 58
juta untuk pengembangan prottipe Anti-Submarine Warfare Continuous Trail
Unmanned Vehicle (ACTUV) yang rencananya siap untuk uji laut pada
pertengahan 2015. SAIC adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang
mengembangkan desain konseptual untuk kapal baru di AS. Badan ini lebih
memilih desain haluan yang menusuk gelombang (Trimaran) untuk prototipe.
Menurut SAIC, desain semacam ini akan mampu melakukan misi
terus-menerus hingga tiga bulan di laut, yang beroperasi secara mandiri,
atau semi-otonom.
Kapal ACTUV ini dirancang agar mampu beroperasi sepenuhnya secara mandiri, menyediakan respon cepat tanggap dalam jaringan pengawasan maritim global. Jaringan ini akan ditransfer ke alutsista berawak dan tak berawak lainnya seperti pesawat P-8A Poseidon dan Pesawat RQ-4C Triton (Bams).
Kapal ACTUV ini dirancang agar mampu beroperasi sepenuhnya secara mandiri, menyediakan respon cepat tanggap dalam jaringan pengawasan maritim global. Jaringan ini akan ditransfer ke alutsista berawak dan tak berawak lainnya seperti pesawat P-8A Poseidon dan Pesawat RQ-4C Triton (Bams).
Kapal ACTUV ini akan memiliki kecepatan tinggi untuk bisa secepatnya
tiba daerah operasi, dengan cepat membuat track kapal selam
diesel-listrik silent dan bayangan target tersebut selam berbulan-bulan,
lebih dari ribuan kilometer, dengan input manusia yang minimal.
Untuk deteksi awal, ACTUV mengandalkan sensor sendiri atau dari sonobuoy (sebuah sistem sonar) yang dijatuhkan dari pesawat intai maritim, drone atau kapal lainnya. Efektif mengkover wilayah yang luas, sonobuoy ini akan memberikan indikasi awal tentang keberadaan target yang dicurigai, lalu maju dikerahkan ke daerah yang telah ditunjuk.
Untuk deteksi awal, ACTUV mengandalkan sensor sendiri atau dari sonobuoy (sebuah sistem sonar) yang dijatuhkan dari pesawat intai maritim, drone atau kapal lainnya. Efektif mengkover wilayah yang luas, sonobuoy ini akan memberikan indikasi awal tentang keberadaan target yang dicurigai, lalu maju dikerahkan ke daerah yang telah ditunjuk.
Dengan tibanya kapal ACTUV di daerah tersebut, kapal tak berawak ini
akan menyebarkan sonar aktif-pasif frekuensi menengah jarak jauh dari
dua sisi pod-nya, untuk memverifikasi keberadaan kapal selam, dan
mengidentifikasi daerah-daerah mana saja yang berada dalam ancaman
(AOU-Area of Uncertainty) kapal selam itu, dan membatasi gerakan kapal
selam di wilayah itu. Tingkat lanjut dengan menggunakan dua sonar
tingkat tinggi yang terletak di lambung utama, digunakan untuk
meningkatkan presisi pelacakan dan keakuratan misi. Setelah berada di
dekat target, ACTUV lalu menggunakan magnetometer arrays untuk
memberikan informasi tambahan mengenai aktivitas target. Setelah membuat
track secara kontinyu, sonar dengan frekuensi yang sangat tinggi
digunakan untuk menggambarkan citra akustik dari target, sehingga
mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kapal selam (target) secara
spesifik. Setelah AOU (darah ancaman) ditentukan dan ancaman positif di
identifikasi, sehingga memverifikasi batasan AOU, maka sudah dapat
dipastikan mana daerah yang aman untuk dilalui. ACTUC akan terus
membayangi kapal selam yang dicurigai untuk menghindari resiko serangan
dengan menghindar, atau kapal selam ini akan diserang bila bertindak
agresif.
ACTUV menggunakan sonar frekuensi tinggi untuk mengidentifikasi kapal selam. Foto konsep : DARPA |
Kapal ACTUV dirancang untuk menetralisir ancaman dari kapal selam
konvensional bertenaga diesel-listrik, termasuk juga kapal selam yang
menggunakan Air Independent Propulsion (AIP). Kapal selam yang sudah
"dikunci" oleh ACTUV, sangat beresiko untuk diserang armada AS meskipun
tetap berusaha silent atau berusaha menghindari ACTUV sampai kapal selam
tersebut kembali ke pangkalan.
ACTUV juga dirancang untuk mengambil alih peran kapal permukaan berawak
(ASW) yang saat ini digunakan AS untuk menjaga kelompok kapal tempur
atau armada lain dari ancaman kapal selam. Operasi otonom dari ACTUV ini
akan menjadikan Angkatan Laut AS lebih optimal menggunakan alutsista
berawak secara ofensif dan peran pendukung lainnya yang memerlukan
sumber daya manusia.
Desain akhir dan rencana produksi untuk prototipe ACTUV akan dilakukan di fase dua, pembangunan prototipe dijadwalkan selesai pada fase tiga, uji coba oleh pemerintah ada di fase empat untuk menunjukkan sebuah kapal eksperimental yang mampu secara independen disebarkan ke daerah jauh/terpencil yang luput dari kontrol pengawasan sekaligus meningkatkan kemampuan Angkatan Laut AS.
Desain akhir dan rencana produksi untuk prototipe ACTUV akan dilakukan di fase dua, pembangunan prototipe dijadwalkan selesai pada fase tiga, uji coba oleh pemerintah ada di fase empat untuk menunjukkan sebuah kapal eksperimental yang mampu secara independen disebarkan ke daerah jauh/terpencil yang luput dari kontrol pengawasan sekaligus meningkatkan kemampuan Angkatan Laut AS.
Sumber : Artileri
Kita harus belajar dan mengembangkan perangkat perang nirawak,karena perang masa depan adalah modern...hanya sedikit penggunaan prajurit.
BalasHapussetuju bro,,makanya pak menhan senjatai tni kita dengan alutsista yang modern,,ganti alutsista lama dgan yang baru,bedah teknologi yang ada d alutsista lma buat d plajari,,jgn mikirin anggaran mulu justru kalau mau aman ni negara sokong dgan alutsista yang mumpuni.percuma membangun negara cape2 tanpa di imbangi perkuatan militer,,kepala boleh sama isi otak dan cara pemekiran berbeda beda setiap negara ada yg jahat ada yg baik,tentara kita banyak tp percuma kalau hanya mengandalkan prajurit tampa d sokong dgan senjata mematikan,,tidak ada jaminan bahwa kawasan asia ini akan selalu damai,jangan nunggu di serang dulu baru kita balas yang menyerang kita,,tapi payungi setiap jengkal tanah ini dengan pertahanan udara yang seimbang dengan luasnya wilayah negara kita,tunjukan kepada dunia bahwa kita merdeka yang benar2 merdeka jangan mau di tekan oleh kekuatan asing,,bukan kah d jiwa prajurit tni ada sandi lebih baik pulang nyawa dari pada gagal di mendan laga,,begitupun dgan rakyat kita dari dulu smp skrng sy yakin jiawa patriotisme masih tertanam d dlm dada.Ayo indonesia bangkitlah capai cita2 bungkarno yang telah mengantarkan bangsa ini kedepan pintu gerbang kemerdekaan sebgaimana yang tertera dalam uud 1945.
BalasHapusAamiin ...
BalasHapusstuju banget bro........
BalasHapusSuatu terobosan yg sangat inovatif dan futuristik
BalasHapusIndonesia dah bikin dari dulu kapal selam tanpa awak.....buatan BPPT. cuman tidak pernah dipublish ke khalayak ramai, bayangkan kalo dipublish dan diproduksi jumlah banyak. bisa bayangkan kayak apa wajah istana bawah laut indonesia. Menyeramkan dan Gahar
BalasHapusAlutsista adalah harga diri bangsa. Alutsista Kuat Harga diri Kuat. Harga diri yang kuat untuk melindungi luas wilayah Indonesia, Jadi sdh seharusnya Alutsista Indonesia besar karena Indonesia adalah bangsa Besar.
BalasHapusbangsa Indonesia sbnarx mmpu mmbt suatu invsi bru, dgn SDM n SDA yg mlimpah sgt di mngkinkn mmbt ssuatu scra mndiri!Tengok pmbt blue energy yg mnggbah air mnjdi bhn bkar,hny bgs Indo yg hny bs mmbt it, tp trkdang pmrntah mntup mata n tdk heran pra ahli2 di bdang msing2 byk di bjak negara luar!mari bangsa Indonesia bangkitlh,kmi slaku rkyat akn sllu mndkung!
BalasHapusKgk usah mikirin jauh jauh..... ubi aja msh import,beras,garam,dll....smua serba import.....tapi gua salut karena kita bs jadi ahli korupsi....
BalasHapusKita hrs membuat kapal kecil2 utk melawan kapal2 besar, contohnya gajah diserang dg batu2 kecil panas dr burung ababil dan akhirnya juga kalah demikian juga nabi daud. Kita hrs optimis kedepan dg menegakkan hukum, menguatkan perekonomian dan kekuatan militer dibangun dg kemampuaan sendiri. Salam.................
BalasHapus