Senin, Desember 03, 2012
1
indobatt112
LEBANON-(IDB) : Komandan Satuan Tugas Indonesian Batallion (Indobatt) Konga XXIII-F/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon), Letkol Inf Suharto Sudarsono melepas keberangkatan 147 prajurit Indobatt kembali ke tanah air setelah masa tugasnya selama satu tahun di Lebanon dinyatakan telah selesai, pelepasan gelombang pertama ini dilaksanakan di lapangan Soekarno, Markas Indobatt UN Posn 7-1, Adshid Al Qusayr, Lebanon Selatan, Jumat, (30/11). Gelombang pertama kepulangan ini dipimpin oleh Wadansatgas Indobatt Letkol Mar FJH Pardosi.

Dalam sambutannya Dansatgas Indobatt menyampaikan ucapan terima kasih atas dedikasi, disiplin dan loyalitas yang telah ditunjukan seluruh prajurit Indobatt dalam melaksanakan tugasnya mengemban misi perdamaian UNIFIL di Lebanon, sehingga dapat menghantarkan Satgas Batalyon Kontingen Garuda XXIII-F/UNIFIL melaksanakan tugas pokoknya dengan baik.

Lebih lanjut Dansatgas berharap, walaupun tugas misi perdamaian telah usai namun kebersamaan dan ikatan kekeluargaan yang telah terjalin dengan baik selama ini, hendaknya dipelihara hingga sekembalinya ke tanah air dan kesatuan masing-masing.

Usai memberikan sambutan, Dansatgas memberikan plakat penghargaan kepada seluruh prajurit Indobatt sebagai tanda ucapan terima kasih dan bentuk apresiasi atas pelaksanaan tugas yang telah ditunjukan.

Personel Satgas Kontingen Garuda XXIII-F/UNIFIL (Indobatt) berjumlah 1.018 orang, kepulangannya ke tanah air dibagi menjadi 6 gelombang penerbangan dan setelah kepulangan ini misi selanjutnya akan digantikan oleh Satgas Konga XXIII-G/UNIFIL.





Sumber : Poskota

1 komentar:

  1. AS Siap Kirim Pasukan untuk Memerdekakan Papua

    Asing akan tetap melibatkan diri dengan urusan Papua. Itulah yang menjadi perhatian Hariyadi Wirawan ketika diwawancarai itoday, Senin (20/2).

    Asing terlibat karena persoalan Papua tidak pernah selesai, tutur pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia ini.


    Bendera Bintang Kejora
    (Foto: Istimewa / itoday.co.id)

    Menurutnya, apa yang terjadi di Papua sekarang, jelas mengikuti skenario kemerdekaan Kosovo, yang berhasil memerdekakan dirinya dengan bantuan lembaga internasional. Hal ini terlihat dengan didaftarkannya kemerdekaan Papua Barat ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu lalu.

    Jika asing melihat masalah Papua sebagai sebuah isu internasional yang hangat, dan menganggap Indonesia tidak peduli. Maka kesempatan Papua untuk merdeka akan semakin besar, jelasnya.

    Hariyadi mengingatkan, keberadaan AS di Darwin, Australia, walau sebenarnya adalah untuk membendung Cina, tetapi jika masalah Papua semakin memanas, dan memperoleh pengakuan lembaga internasional sebagai sebuah negara merdeka, maka pangkalan AS di Darwin akan menjadi pangkalan yang bersifat multifungsi.

    AS akan mengerahkan pasukannya di Darwin guna melindungi Papua, jika Indonesia nantinya menolak kemerdekaan Papua yang disahkan PBB secara sepihak, kata Hariyadi.

    Apa yang dikatakan Hariyadi mengenai ancaman pangkalan AS di Darwin memang tidak bisa dianggap enteng. Sebab posisi Darwin sangat untuk mendukung posisi AS di ASEAN dan Laut Cina Selatan, atas Cina dan Rusia.

    Tidak hanya itu, posisi Darwin juga memudahkan AS untuk mengirimkan pasukannya dengan menggunakan kapal selam dan kapal induk, ke berbagai belahan dunia, khususnya Asia Pasifik.

    Bagi Hariyadi, alasan mengapa masalah Papua tidak pernah selesai, karena pemerintah selalu menggunakan cara represif dengan menggunakan kekuatan bersenjata. Sedangkan cara pendekatan lainnya kurang maksimal, sebab tim yang dibentuk selalu saja tidak bekerja dengan semestinya.

    BalasHapus