Senin, Desember 03, 2012
17
JAKARTA-(IDB) : Putra sulung mantan Presiden RI ke-3 BJ Habibie, Ilham Akbar Habibie mengaku lebih tertarik mengembangkan pesawat angkutan massal (komersial) ketimbang pesawat tempur.

Menurutnya, pesawat angkutan massal secara bisnis lebih menguntungkan. “Jelas (pesawat tempur secara bisnis) tidak terlalu menguntungkan,” ujar Ilham Akbar Habibie, Presiden Director PT. Ilthabi Rekatama yang juga tengah merintis pesawat terbang baling-baling, Regio Prop kepada Okezone di kantornya di kawasan Mega Kuningan Jakarta.

Ia mencontohkan, ketika masih bekerja di PTDI (PT Dirgantara Indonesia). Waktu itu PTDI masih fokus pada satu produk pesawat terbang, yakni pesawat tempur. “Itu dilemanya PTDI, mereka punya produk, mereka bisa secara leluasa jual kemana-mana, namun pasarnya terlalu merugikan,” tuturnya.

Karena, menurut Ilham, bila ia terlibat dalam shopping list di angkatan udara, maka shoping list terkait pesawat udara angkutan militer adalah prioritas yang paling rendah. “Dulu, yang lebih disukai itu pesawat tempur, pesawat pengintai dan sebagainya,” tambahnya.

Apalagi, yang namanya pesawat terbang dapat terbang boleh dikatakan selamanya, dengan catatan, apabila dirawat dengan baik. Dengan baik berarti setiap kali ada retakan atau komponen rusak atau salah, itu perlu digantikan. Sehingga, dengan penggantian komponen ini, meskipun relatif kecil, namun bisa mencegah terjadi kecelakaan atau yang membahayakan pesawat.

Kerusakan pesawat itu terkait intensitas pemakaian pesawat. “Jadi, untuk airlines yang bisa 8 kali take off dan landing per hari, tentu kerusakan lebih cepat. Namun untuk pesawat angkutan militer, belum tentu dia setiap hari terbang, yaitu bila ada misi saja,” tuturnya

Putra sulung BJ Habibie itu mengatakan, pesawat tempur bisa diganti bukan karena rusak. Akan tetapi, perlu upgrade, karena bila lawan punya armada yang lebih canggih, maka dia bisa mengalami kekalahan. Sedangkan pesawat angkut militer, itu hanya untuk mengangkut tentara misalnya, pesawat ini tidak dibuat untuk memenangkan perang, tetapi pesawat ini mendukung untuk yang menang perang.

“Oleh karena itu, pasar transport militer/pesawat tempur menurut saya kurang bagus menjadi andalan.  Makanya, waktu itu di PTDI atau masih IPTN, kita buat N-250, karena kita sudah tahu, kalau IPTN hanya produksi pesawat tempur saja, (maka ini akan) mati, tidak bisa. (Ketika itu), hanya satu produknya, maka kita harus buat yang kedua, tetapi akhirnya tidak jadi. Ini hal yang dilematis,” sesalnya.

Dukungan Pemerintah
 
Ilham mengatakan, dalam hal ini dirinya berharap bahwa pemerintah bisa mendukung proyek pengembangan pesawat Regio Prop, yang merupakan pengembangan dari pesawat terbang N-250.

“Kami juga bermaksud untuk kerjasama, dalam arti kata bekerjasama dengan PTDI (Dirgantara Indonesia). Kami sudah berkali-kali diskusi dengan teman di sana, juga dengan BUMN,” terangnya.

Akan tetapi, Ilham mengungkapkan bahwa saat ini, tampaknya pemerintah sudah cukup puas di posisi minoritas.  “Namun kita tetap kerja, nanti PTDI sebagai mitra,” tambahnya.

Lebih lanjut Ilham menjelaskan, saat ini pengembangan Regio Prop masih ditahap konseptual. “Kami swasta, dalam fase ini kita tidak harus dapat dukungan pemerintah. Kalau kita sudah punya produk, (barulah) kita mulai bicara dengan mereka,” tegasnya.

Dirinya berharap, ke depan dapat bekerjasama dengan baik dengan pemerintah. Meskipun demikian, saati ini atau fase konseptual ini, pihaknya belum merasa perlu untuk berkoordninasi dengan pihak pemerintah.

“Karena ini uang kita sendiri, kita tidak meminta uang ke pemerintah. Untuk koordinasi lebih ke dukungan dari PTDI, apakah mereka punya kapasitas untuk mmbuat pesawat, insinyur dan sebagainya,” tutupnya.





Sumber : Okezone

17 komentar:

  1. iya karena kamu tidak becus membuat pesawat tempur, dan kamu tidak peduli lemah atau tidak nya kekuatan militer negri ini karena dalam jiwa mu tidak ada rasa PATRIOOT, yang ada dalam otak mu hany bisnis dan bisnis.

    BalasHapus
  2. ndak juga, yg butuh pesawat tempur siapa to, pemerintah bukan, dan pemerintah skg lagi fokus ke PT DI. Munculnya perusahaan aviasi baru adalah kabar baik bagi bangsa indonesia, keduanya bisa menjadi mitra.

    BalasHapus
  3. Hormati dong pendapat orang....jangan sebut dia tidak patriotis...memang apa sih standarnya patriot ato tidak?...dia kan juga berjuang agar PT DI maju...mungkin perlu dilakukan diversifikasi produksi pesawat militer dan komersil..

    BalasHapus
  4. Anak goblog nuduh2x orang nggak patriot.

    Memangnya patriotisme nggak ada ongkosnya? nggak ada biaya? Duit dari mana? Bisnis nggak boleh, ngutang juga salah, si anak goblog diatas itu sendiri gaji juga cuma UMP.wkwkwkwkwk.

    BalasHapus
  5. itu mah selain goblok juga stress... ngomongnya ngawur... asal jeblak... tanpa dasar apalagi pake konsep...

    BalasHapus
  6. kayaknya dia itu sejenis anjing cuma bisa menggonggong wkwkwkwk

    BalasHapus
  7. komentar nya pada gak jelas, goblok, setres sejenis anjing semua...tak guna mengomentari kalian semua'

    BalasHapus
  8. Waduh,sudah jangan pada bertengkar.. Aku cuma pengen bikin pesawat saja,jadi kalian jangan pada bertengkar..hehe.. Ngomongin tentang pesawat komersil,ya tentu pasti bicara keuntungan.kalo rugi pasti ya gulung tikar.bukan saya tidak nasionalis,tapi ini semua untuk INDONESIA juga. Cobalah dilihat lagi berita tentang pesawat komersil,bagaimana Rusia yang sudah mahir dalam produk militer kesulitan dalam memasarkan produk pesawat sipilnya. Semua ada proses dan resikönya. Jadi mari kita bersama-sama dukung karya cipta anak negeri INDÖNESIA..!! Majulah PT.DI Majulah Bangsaku..!!

    BalasHapus
  9. setuju ama Pak Ilham Habibie, pertumbuhan ekonomi indonesia akan diikuti pertumbuhan didaerah. Nantinya semakin banyak daerah yg menambah bandara perintis. Pesawat turboprop pasti sangat laku.

    BalasHapus
  10. Ya dua duanya di barengin ptdi bisa buat 2 proritas atau 2 cabang penelitihan 1 pswt komersial yg laen pswt tempur kan lebih bagus nah katae indonesia lagi kerja sama bikin pswt tempur ifx / kfx dengan korea sambil menunggu itu ya ptdi kosentrasi komersial dulu nanti kerjasama dg korea kalau sudah mampu para perancang pswt tempur dg korea ya bisa ditarik ke ptdi bwr siap mandiri tapi ttp menjalin hubungan keduanya bila ada teknologi terbaru dg korsel tetep bisa TOT, saya rasa ini pilihan bijak dan tidak ke kanak kanakan

    BalasHapus
  11. Dasar binatang cuma bisa menggonggong, gak bisa bedain niat baik dan niat buruk, emang kamu bisanya apa???? Hargai donk karya cipta sesama anak bangsa.. Maju terus pak ilham HABIBIE kami mendoakanmu, semoga tercapai cita-citamu untuk kemajuan bangsa ini.. ∕̴Ɩαmiiin.. Âamϊĭή γαα RÕϐϐαl ∕̴Ɩĺαάmïп..

    BalasHapus
  12. Haha...pandangannya rata2 sama kecuali yang comment pertama kali....lain kali dipertimbangkan masak2 yah kalo mau kasih comment...

    BalasHapus
  13. selalu mengutamakan uang dan kekuatan, cenderung tamak dan serakah. Tidak memiliki tradisi menghargai dan menghormati orang lain, ya itu lah gambaran mengenai bangsa barat yg diwakili AS, australi, dan juga Malaysia karena malaysia menelan mentah apa yg dilakukan barat tanpa mengkombinasikan dgn adat setempat.

    BalasHapus
  14. Aneh komentarnya diatas....saya di Jogja naik bus umum yang penuh...ada orang tua naik....dan tahu nggak yang pertama kasih tempat duduk buat orang tua itu turis cewek bule....yang lain sesama orang Indonesia diam saja....jd tolong bedakan politik negara dengan karakter budaya bangsanya...

    BalasHapus
  15. sorry bro, bukan maksud hati ingin menghina semua masyarakat dari negara yang saya sebutkan diatas secara umum, melainkan hanya oknumnya saja. Oknum yang mencari keuntungan dgn menghalalkan segala cara yang berakhir pada penipuan (kasus salah satu maskapai penerbangan indonesia dengan oknum pengusaha AS). Atau yel-yel oknum suporter malaysia, perbuatan oknum polisi malaysia terhadap TKI misalnya. Sekali lagi saya minta maaf ya bro.

    BalasHapus
  16. gag haya bisa buat pesawat,tapi juga bisa menjualnya......jadi aspek bisnis juga harus di pertimbangan thoooo

    BalasHapus
  17. saya rasa, jika kita juga mengembangkan pesawat tempur yg berkualitas tinggi saya rasa pasar militer di Indonesia akan lebih di segani negara lain. apalagi nilai tukar rupiah yg rendah membuat negara lain lebih melirik ke indonesia. sebagai contoh, kita bisa menggabungkan keunggulan antara pesawat Sukhoi dengan F-16 pasti itu akan menjadi macan di dunia. seperti yg di lakukan indonesia dalam mengembangkan senjata kebanggaan NKRI yakni SS-1 perpaduan antara AK-47 Rusia dengan M-16 AS dari perkawinan itu lahir lh senjata Indonesia SS-1 yg mendunia. baik dari segi kekuatan, ketahanan, akurasi,kestabilan,Power,dan kecepatan. alokasikan anggaran untuk pengembangan dan penelitian. kirim para insinyur teknisi pesawat DI untuk study banding. pulang k indonesia memang membawa hasil yg nyata. korbankan satu pesawat sukhoi dan satu f-16 untuk d riset dan d kembangkan. Syukur" Indonesia bisa melahirkan pesawat rancangan sendiri. seperti yg sedang berjalan, pembuatan kapal selam dgn KORSEL yg telah membawa bukti nyata. saya harap masukan ini bisa d terapkan agar negara kita lebih berjaya dan pemasukanpun mengalir terus. agar industri semacam ini bisa berkembang dan membuat harum negara yg kita cintai ini Republik IndONEsia.

    BalasHapus