Project terbaru MBT Turki |
JAKARTA-(IDB) : Selasa (18/9) pagi ini, Komisi I DPR dijadwalkan menerima kunjungan kerja delegasi Parlemen Turki, untuk membahas sejumlah persoalan internasional dan kelanjutan upaya peningkatan kerja sama industri pertahanan antar kedua negara.
"Turki, parlemen dan pemerintahannya, sesungguhnya selama ini banyak berharap Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia dan mempunyai pengaruh luas di kawasan ASEAN dan Gerakan Non Blok, banyak memainkan peran dalam penyelesaian masalah internasional yang terjadi saat ini. Seperti isu nuklir Iran dan masalah Palestina," ujar Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq kepada Jurnalparlemen.com
Kata Mahfudz, Turki sejak lama telah membuka diri dan mengajak Indonesia untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang pertahanan. Namun sayang Pemerintah RI sangat lambat meresponsnya, ketimbang misalnya kerja sama pertahanan dengan Amerika Serikat dan Eropa. Padahal, standar alutusista Turki itu sudah sama dengan yang dimiliki negara-negara NATO.
"Ini sebagaimana juga mereka sampaikanan saat kunjungan kerja kita (Komisi I DPR) ke Turki beberapa lalu dan kunjungan kenegaraan Presiden dan PM Turki ke Indonesia selama beberapa waktu lalu. Mereka berulang kali sudah menyampaikan dan mengajak peningkatan kerja sama pertahanan dengan RI."
Kata Mahfudz, sebelumnya Komisi I DPR juga telah menekankan perlunya pengadaan dan modernisasi alutsista TNI yang bervariasi. Tujuannya, ketika negara yang selama ini menjadi tumpuan atau kiblat alutsista bagi TNI, tiba-tiba mengembargo, Indonesia tidak terpukul. Menurut Mahfudz, sejumlah alutsista berat Turki seperti kapal selam, kapal perang, pesawat tempur, pesawat tanpa awak, dan radar militer, sangat berkualitas baik dan berstandar NATO.
"Mereka (Turki) sudah berulang kali menyatakan siap melakukan transfer teknologi alutsista jika Pemerintah RI mau. Dan, Turki sangat terbuka serta tidak memberikan persyaratan politik untuk kerja sama pengadaan, alih teknologi, dan produksi alutsista dari Turki pada Indonesia tersebut. Sekarang tinggal kitanya, mau tidak meningkatkan kerja sama dengan Turki tersebut, utamanya kerja sama dalam bidang pertahanan tersebut," ujar politisi PKS tersebut.
"Turki, parlemen dan pemerintahannya, sesungguhnya selama ini banyak berharap Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia dan mempunyai pengaruh luas di kawasan ASEAN dan Gerakan Non Blok, banyak memainkan peran dalam penyelesaian masalah internasional yang terjadi saat ini. Seperti isu nuklir Iran dan masalah Palestina," ujar Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq kepada Jurnalparlemen.com
Kata Mahfudz, Turki sejak lama telah membuka diri dan mengajak Indonesia untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang pertahanan. Namun sayang Pemerintah RI sangat lambat meresponsnya, ketimbang misalnya kerja sama pertahanan dengan Amerika Serikat dan Eropa. Padahal, standar alutusista Turki itu sudah sama dengan yang dimiliki negara-negara NATO.
"Ini sebagaimana juga mereka sampaikanan saat kunjungan kerja kita (Komisi I DPR) ke Turki beberapa lalu dan kunjungan kenegaraan Presiden dan PM Turki ke Indonesia selama beberapa waktu lalu. Mereka berulang kali sudah menyampaikan dan mengajak peningkatan kerja sama pertahanan dengan RI."
Kata Mahfudz, sebelumnya Komisi I DPR juga telah menekankan perlunya pengadaan dan modernisasi alutsista TNI yang bervariasi. Tujuannya, ketika negara yang selama ini menjadi tumpuan atau kiblat alutsista bagi TNI, tiba-tiba mengembargo, Indonesia tidak terpukul. Menurut Mahfudz, sejumlah alutsista berat Turki seperti kapal selam, kapal perang, pesawat tempur, pesawat tanpa awak, dan radar militer, sangat berkualitas baik dan berstandar NATO.
"Mereka (Turki) sudah berulang kali menyatakan siap melakukan transfer teknologi alutsista jika Pemerintah RI mau. Dan, Turki sangat terbuka serta tidak memberikan persyaratan politik untuk kerja sama pengadaan, alih teknologi, dan produksi alutsista dari Turki pada Indonesia tersebut. Sekarang tinggal kitanya, mau tidak meningkatkan kerja sama dengan Turki tersebut, utamanya kerja sama dalam bidang pertahanan tersebut," ujar politisi PKS tersebut.
Sumber : Jurnamen
ITU LAH GOBLOG NYA PARA PEMIMPIN INDON PINTER KEBLINGER,Terlalu percaya produk barat yg terlalu di ungul-ungulkan padahal belum tentu alutsista yg di beli dari barat selalu bagus,mana ada c sebuah perusahaan yg obral kelemahan alutsista,yg ada juga mereka tutupi,beda dengan bikin sendiri atau ToT kita tau lbh rinci speck suatu alat tempur.Sehebat apa pun dan serahasia apapun suatu negara jikalau kita tetap masih pakai produk luar tetap ada kelemahan,beda dengan yg di produksi di dlm negri,contoh kapal Trimaran yg di buat lundin di bayuwangi,Rakyat taunya hanya bahwa proyek tersebut gatot alias gagal total,tapi nyatanya tiba-tiba peresmian aja,kita sangat antusis sekali melihatnya dan kagum.Apa ada jaminan suatu negara untuk tidak membocorkan rahasia militer kita jikalau terjadi Complict negara kta dengan negara lain? Tolong para pemimpin indon lebih kritislah dalam menghadapi tantangan global ini demi NKRI jgan dana yg di permasalahkan lihat masa lalu yg suram tentang negara ini setengah abad lamanya mengalami penderitaan di jajah bangsa keturunan setan.
BalasHapusgoblog..? Apa kamu merasa pintar..? Kalo kamu pintar, tidak usah ikut-ikut malaysia pake bilang indon.! Dari cara berfikir anda saja sudah terlihat anda ini masih bau kencur yang suka ikut-ikutan!!
HapusYANG BODOH TUH KAMU PUTRAPRIBUMI. hehehe...Menulis "Indonesia" saja tidak bisa...betul2 bodoh.
HapusBerapa tahun TNI tidak belanja Alutsista..? TOT penting, tapi kita harus melek juga kalo apa yang dimiliki saat ini belum cukup untuk dijadikan kekuatan pemukul pertahanan. Apa semua alutsista harus menunggu hasil TOT? Berapa tahun?pemilihan alutsista sebagai pengganti harus tersedia saat ini, negara produsen yang dipilihpun harus yang battle proven..! Dan minim akan konflik dengan bangsa lain..! harus diakui,negara eropa dan US lah yang menmpunyai kekuatan ampuh dalam hal teknologi. Tak usah munafik atau menyeret kesudut agama bila mau bicara tentang kekuatan tempur..!
BalasHapusproduk barat cenderung sudah battle proven
BalasHapusturki sendiri alutistanya kebanyakan hasil dari
TOT dari produk barat
yang kemudian di kembangkan oleh mereka
dan Indonesia meniru turki yang mencari negara yang mau melakukan ToT pada setiap pembeliaan alutista berat dari mereka
harus diakui,negara eropa dan US lah yang menmpunyai kekuatan ampuh dalam hal teknologi( apa anda yakin akan hal ini) ?? orang smcam km justru yg mendown kan bangsa ini untuk berkreativitas,saya tidak munafik masalah alutsista mau berkiblat ke arah mana? apa sudi eropa atu us berbagi teknologi yang mereka proleh dari hasil riset berpuluh taun bgitu aja tanpa ada agenda terselubung? tidak kapok kena embargo? contoh hibah F16 walapun banyak apa kamu bisa jamin tidak kna embargo
BalasHapusInilah kelemahan para pemimpin dan petinggi indonesia, sebagai salah satu penduduk bermayoritas muslim gampang silau dgn muslihat2 dan ajakan TOT dr us dan eropa, padahal R&D persenjataan mereka butuh bertaun2 pengembangannya,logika aja,ga mungkin diberi secara penuh TOT itu k negara kita,palagi kita bukan sekutunya pula. Ajakan kerjasama dari sesama negara muslim aja diulur-ulur, bahkan turki itu dulunya penguasa eropa dimana militer dan persenjataannya ditakuti barat, ketika masih berbentuk Khalifah Usmaniyah, tentunya saat ini pengetahuan mereka dalam hal persenjataan jg sdh hampir menyamai barat, bahkan negara iran pun sudah ditakuti oleh us karena persenjataan rudalnya sudah lebih maju, smoga pemimpin2 yg mayoritas muslim ini mendapat hidayah agar qta tak terlalu selalu tergantung dgn tipuan muslihat barat
BalasHapusTerus bagai mana menurut ente, pesawat us RQ 170 sentinel yang di bajak iran apa ini yang di sebut produk barat cenderung sudah battle proven.battle proven bukan berarti tidak ada kelemhan Bung.Dan juga bagai mana menurut ente F-117 Nighthaw yg meledak tiba-tiba di wilayah udara sendiri dan apakah ini yg di sebut battle proven.
BalasHapusfokus ke dua atau tiga supplier aja until tiap alat dgn teknologi rumitnya. kalau terlalu banyak partner dan TOT sana sini justru berat di resources kita.
BalasHapussaya setuju aja kalo ada negara yang mau TOT, artinya kita da kesempatan belajar lebih banyak lagi..
BalasHapusdari pada riset sendiri tanpa guru belum tentu memuaskan dan belum tau bakal berhasil ato tidak,
mumpung ada yang mau kerja sama lebih baik di trima aja dengan tangan terbuka..
buat ABE
BalasHapusemang turki dalam membangun teknologi militer nya
riset sendiri dari 0 ?
Indonesia sangat membutuhkan ToT dengan niat untuk bisa mandiri dalam hal membangun alutista
dan anda bilang dengan ToT dengan barat menurunkan kreatifitas anak negeri
WTF!!!
anda justru yang meremehkan kreatifitas anak negeri Indonesia
Malaysia punya BrahMos tapi gak punya kapal yg bisa luncurin
anak negeri Indonesia bisa mengota-atik KRI Oswald Siahaan-354 supaya bisa mrnembaksn Yakhnot
Akuilah kita puya peminpin sudah di belenggu asing ,sakitnya tim tim lepas masih terasa sekarang ,tidak di alutsista ajaa..kebijakan kedepan sudah di kontrol asing sudah yataa!!!!!liciknya tuan demang....kita di tipu hanya untuk kepentingan asing !!!!!!!!!!!!!!!%!!
BalasHapus