JKGR-(IDB) : Ada sesuatu yang menarik atas sikap Amerika Serikat terhadap Indonesia. AS tiba tiba menjadi ramah dan begitu baik.
Selain menghibahkan 24 pesawat tempur F-16, AS juga memperbaiki (overhaul) armada pesawat angkut TNI AL C-130 Hercules, sebagai bagian dari bantuan kerjasama militer.
AS juga menawarkan pesawat modern F-35 serta helikopter canggih AH- 64 Apache. Tidak itu saja, AS menawarkan roket multi laras MLRS Himars, serta rudal air to air AIM-120 AMRAAM.
Jika kita review ke belakang, persenjataan paling canggih yang diberikan (dijual) AS kepada Indonesia adalah F-16 Block 15 dengan amunisi standar sidewinder. Sementara Uni-Soviet/ Rusia mengguyur Indonesia dengan berbagai senjata kelas berat seperti: SU 30 MK2, Rudal Yakhont, Rudal Krypton, Destroyer KRI Irian Jaya, Bomber strategis TU-16 dan banyak lagi.
AS benar-benar berubah. Tidak itu, saja sekutu-sekutu terdekat Amerika Serikat juga bersama-sama membantu persenjataan Indonesia dengan menawarkan hibah mesin perang. Australia menghibahkan pesawat Angkut C-130 Hercules, serta melepas 11 helikopter anti-kapal selam dan anti-kapal permukaan Seasprite.
Begitu pula sekutu dekat AS, Taiwan. Negara yang berkonflik dengan China ini tiba tiba saja menawarkan hibah satu skuadron pesawat tempur F-5E/F Tiger.
“Pesawat-pesawat F-5E/F Taiwan masih dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga tidak perlu di-”up grade”, ujar Asisten Perencanaan Kasau, Marsekal Muda TNI Rodi Suprasodjo.
Tawaran Taiwan itu, sesuai dengan proyeksi skuadron F-5 Tiger TNI AU yang memperpanjang masa pakai pesawat F-5E/F hingga tahun 2020.
AIM-120 AMRAAM
Yang cukup mengejutkan adalah tawaran dari AS untuk rudal AIM-120 bagi persenjataan hibah 24 pesawat F-16. F-16 TNI AU akan sekonyong tiba-tiba memiliki taring, dengan adanya rudal AIM-120 Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile, atau AMRAAM.
Rudal berkecepatan 4 Mach ini memiliki 3 varian AIM-120 A/B, AIM-120C dan AIM-120D. Jarak tembaknya terpendek 75 Km hingga 180 Km (AIM-120D).
Bandingkan saja dengan AIM-9 Sidewinder yang selama ini dimiliki TNI AU. Sidewinder hanya terbang dengan kecepatan 2,5 Mach dengan jarak tembak terjauh 30 Km. Tembakan efektif AIM-9 Sidewinder 8- 12 Km.
Jika AS menawarakan rudal AIM-120 AMRAAM kepada Indonesia, sudah tentu, radar, Launcher Rudal, Targeting System peswat harus mendukung untuk penembakan rudal jarak menengah tersebut. Demgan demikian pesawat F-16 yang akan diterima Indonesia, kelasnya minimal F-16 Block 32 ++.
“Pesawat itu akan di-up grade setara Blok 52, dilengkapi persenjataan jarak dekat, jarak jauh, serta persenjataan dari udara ke permukaan. Bagian yang di-upgrade meliputi persenjataan, avionik, air frame, dan mesin. Pesawat tiba bertahap mulai pertengahan 2014″, ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Dengan demikian pesawat yang akan datang nanti, hampir sejajar dengan kemampuan SU 27/30 TNI-AU, baik kemampuan manuver, elektronik maupun persenjataan.
Namun, tidak hanya Indonesia yang dibantu AS. Thailand juga diperkenankan meng-up-grade 18 F-16A/B Block 15 mereka menjadi block 52. Up grade tersebut dilakukan secara bertahap dan rampung dalam lima tahun, termasuk mengganti kualitas senjata yang diusung.
Geo-Politik AS - China
Amerika Serikat yang berubah menjadi lebih baik, tentu tidak terlepas dengan strategi glnbal mereka. Pasukan AS telah meninggalkan Irak. Presiden AS, Barrack Obama menilai kestabilan kawasan Asia menjadi lebih penting. Hal ini terkait dengan kemampuan militer China yang terus berkembang pesat.
AS akan memperbarui kekuatan angkatan lautnya di seluruh wilayah Asia Pasifik dan tetap “waspada” menghadapi militer China yang sedang bangkit. Masa depan AS tergantung keamanan di seluruh Pasifik Barat dan Samudra Hindia”, ujar Menteri Pertahanan AS Leon Panetta (29/5/2012).
“Kami membutuhkan anda guna memperkuat hubungan pertahanan. Militer China sedang tumbuh dan semakin modern. Kita harus waspada. Kita harus kuat. Kita harus siap menghadapi tantangan apa pun,” ujar Panetta, saat memberikan pidato kepada para lulusan Akademi Angkatan Laut AS di Annapolis, Maryland- AS.
“Kunci untuk wilayah itu adalah mengembangkan sebuah era baru kerja sama pertahanan antara negara, di mana militer kita berbagi beban keamanan dalam rangka memajukan perdamaian di kawasan Asia Pasifik dan seluruh dunia,” katanya.
Untuk itu tidak heran AS terus mempererat kerjasama dengan Jepang, Korea Selatan, Australia dan Filipina. AS juga sedang membangun “kemitraan yang kuat” dengan negara-negara: Malaysia, Indonesia, Vietnam, Singapura, dan India.
Lalu bagaimana posisi Indonesia terhadap China. Hingga kini Indonesia tidak memiliki masalah dengan China. Bahkan hubungan Indonesia dengan China pernah sangat dekat ketika era Poros Jakarta-Pyongyang-Peking.
China juga membantu Indonesia dalam pengembangan peluru kendali yang dimulai dengan transfer teknologi rudal C-705. China juga membantu Indonesia untuk meracik propelan rudal, demi perkembangan roket RI.
Sejarah ternyata berulang. Dulu Indonesia berada di antara pengaruh AS dan Uni-Soviet. Kini di antara AS dan China. Indonesia harus pintar memanfaatkan ketegangan AS-China, untuk menciptakan sebuah Kemandirian Nasional.
Mesin perang canggih yang kini disuplai AS, bisa saja menjadi macan ompong dalam sekejap, jika kembali diembargo oleh AS.
Tahun 1970-an hubungan Indonesia sangat mesra dengan Uni-Soviet. Mereka mengirim berbagai peluru kendali terbaru ke Indonesia. Namun saat itu, Indonesia tidak mampu melakukan transfer teknologi. Sementara India, Korea Utara dan China berkembang pesat secara kemampuan militer. Semoga kasus ini tidak terulang lagi di tahun 2012 dan masa akan datang. Kedekatan dengan negara besar, harus menciptakan kemandirian nasional, bukan terlena dan terperosok ke lubang. Enough is enough.
Sumber : JKGR
0 komentar:
Posting Komentar