PARIS-(IDB) : Pemerintah Perancis, Jumat (11/5/2012), menyesalkan keputusan Inggris memilih varian pesawat F-35B untuk melengkapi kapal induk terbarunya.
Keputusan itu memengaruhi interoperabilitas kapal induk Perancis dan Inggris sehingga mengancam kerja sama militer kedua negara di masa depan.
"Pilihan ini mengancam akan membatasi kerja sama penerbangan angkatan laut kedua negara, yang tentu saja kami sesalkan," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Perancis, Bernard Valero.
Keputusan Inggris tersebut diumumkan hari Kamis (10/5/2012) dengan alasan penghematan anggaran. Sebelumnya, Inggris berencana membeli varian F-35C, yakni varian pesawat F-35 Lightning II buatan AS yang dirancang untuk lepas landas dan mendarat di kapal induk secara konvensional.
Dengan F-35C, Inggris perlu melengkapi kapal induknya dengan pelontar (ketapel) hidrolis dan kabel penahan untuk membantu pengereman pesawat saat mendarat, seperti yang dimiliki kapal-kapal induk Amerika Serikat. Tentu saja, perangkat itu harganya mahal.
Sementara dengan F-35B, yang berkemampuan unik mampu mendarat secara vertikal dan lepas landas dari landasan pendek (short take-off and vertical landing/STOVL), Inggris tak perlu melengkapi kapal induknya dengan pelontar dan kabel penahan. Artinya, biaya pembangunannya akan lebih hemat.
Masalahnya, dengan hilangnya dua perangkat itu dari kapal induk Inggris, pesawat-pesawat Perancis tak akan bisa beroperasi dari kapal Inggris. Pasalnya, Perancis masih mengandalkan pesawat tempur Dassault Rafale-M untuk melengkapi kapal induknya. Rafale-M, seperti F-35C, membutuhkan sistem pelontar dan kabel penahan untuk beroperasi dari kapal induk.
Padahal, kedua negara sepakat pada 2010 untuk bisa saling beroperasi di kapal induk masing-masing. Inggris saat ini sedang membuat dua kapal induk baru untuk memperkuat angkatan lautnya.
Sumber : Kompas
0 komentar:
Posting Komentar