Jumat, Mei 04, 2012
0
TEHRAN-(IDB) : Sanksi ekonomi dan embargo persenjataan dari Dewan Keamanan PBB terhadap Iran terbukti tidak efektif. Data penelitian terbaru menunjukkan, walaupun diembargo, Iran masih bisa membeli senjata hingga triliunan rupiah.

Diberitakan BBC, Kamis 3 Mei 2012, data terbaru ini adalah hasil penelitian berbagai lembaga internasional yang tergabung di Oxfam di Inggris. Menurut data mereka, Iran telah membeli persenjataan dari negara lain hingga mencapai harga 350 juta poundsterling atau sekitar Rp5,2 triliun pada 2010, di tengah embargo.

Jumlah pembelian ini mengejutkan. Pasalnya sejak 2007, Dewan Keamanan PBB telah memerintahkan seluruh negara anggota tidak memasok persenjataan ke Iran. Hal ini menyusul tuduhan dari Amerika Serikat dan sekutunya bahwa Iran tengah memproduksi senjata nuklir.

Berdasarkan embargo PBB tersebut, tidak boleh ada negara anggota yang menjual persenjataan ke Iran. Negara anggota juga tidak boleh membeli senjata dari Iran. Namun, sekutu terdekat Iran, yaitu China dan Rusia diduga terus memasok senjata, tidak peduli ada embargo.

Iran bukan satu-satunya negara yang tetap dapat membeli senjata kendati diberangus. Menurut Oxfam, terdapat 10 negara yang diembargo namun masih bisa membeli senjata hingga mencapai harga 1,4 miliar poundsterling antara tahun 2000 hingga 2010.

Pembelian terbesar di antara negara korban embargo adalah Azerbaijan. Negara yang diberi sanksi oleh Organisasi Kerja Sama dan Keamanan Eropa yang beranggotakan 56 negara ini mampu membeli senjata hingga 450 juta poundsterling (Rp6,7 triliun) antara tahun 2000 sampai 2010.

"Salah satu alasan kenapa embargo tidak bekerja adalah tidak adanya peraturan global tentang perdagangan senjata," kata Anna MacDonald, manajer kampanye pengendalian senjata Oxfam.

Untuk membicarakan masalah ini, rencananya PBB akan menggelar konferensi pada Juli mendatang. Namun konferensi ini diramalkan mencapai jalan buntu ketika mencari kesamaan pendapat soal pelarangan penjualan senjata. Rusia dan China diperkirakan akan menentang keras pelarangan tersebut, karena dua negara ini yang paling diuntungkan dalam bisnis ini.

Sumber : Vivanews

0 komentar:

Posting Komentar