Kamis, Februari 02, 2012
1
JAKARTA-(IDB) : Pengamat pertahanan dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Alexandera Retno Wulan, menilai tingginya utang luar negeri dalam pengadaan alat utama Sistim Persenjataan sebagai hal yang wajar. Menurutnya hal ini harus dilakukan karena ketidakmampuan industri pertahanan nasional dalam memproduksi alutsista modern. "Alutsista modern produksi dalam negeri memang belum ada,"kata Alexandera di Jakarta, Rabu (1/2).

Menurutnya, utang luar negeri ini digunakan untuk membeli Alutsista karena pengadaan alutsista yang dilakukan pemerintah dilakukan dengan mekanisme multi years. "Bukan minjem dari negara lain (yang bukan penjual alutsista) untuk membeli alutsista di negara penjual secara tunai. Utang itu untuk membeli ke negara penjual senjatanya,"jelasnya.

Idealnya, kata Alexandera, Indonesia mampu menciptakan kemandirian alutsista dalam negeri. Namun untuk sampai pada tahapan ini, membutuhkan proses yang panjang sehingga perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengisi kekosongan hingga kemandirian tersebut tercapai. "Prosesnya tidak 1 atau 10 tahun saja. Industri militer memang komplek, mulai dari suku cadang, komponen, integrator atau perakitan,"imbuhnya.

Sumber : Jurnas

1 komentar:

  1. Koq ndak ada UU utk pengawasan kemajuan penggunaan peningkatan alutsista TNI dlm negeri, kalau sdh ada enak tdk ada lagi oknum2 TNI yg memainkan alutsista TNI sampai menjadi kakek/nenek, boyut, canggah dan seterusnya serta dpt diawasinya uang rakyat yg telah digunakan oleh TNI dimana DPR RI/LSM koq diam atau pura2 ndak tahu?He.............he.........

    BalasHapus