LITBANG-(IDB) : Apakah Anda tahu kekuatan ampuh apa yang ada dibalik pertahanan Indonesia? Senjata, pesawat tempur atau rudal? Ya itu betul! Tapi ada yang lebih penting lagi. Pertahanan negara yang kuat dan mumpumi harus pula dibekali dengan penelitian yang mendalam dan kredibel.
Bayangkan bila tak ada penelitian ataupun bekal yang kuat, bagaimana bisa mempertahankan suatu negara dari ancaman dan gangguan yang bisa memecah belah pertahanan negara? Baik yang datang dari dalam maupun luar. Nah di sinilah peran dan tugas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Kementerian Pertahanan yang biasa disingkat Balitbang Kemhan bekerja. Sekretaris Balitbang Kementerian Pertahanan Sasmitono mengatakan pengembangan pertahanan Indonesia menjadi tugas organisasinya.
“Bisa dikatakan otak pertahanan negara,” katanya. Dalam kerjanya Balitbang Kemenhan juga melibatkan Perguruan Tinggi dan lembaga terkait. “Ada UGM, UI, dan BUMN, PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia,” ujar Sasmitono.
Setiap tahunnya selalu ada penelitian dan evaluasi terhadap Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan). Hasilnya diserahkan kepada BUMN untuk diproduksi massal. “Biaya penelitian ini sangat mahal,” cerita Sasmitono. Tahun ini Kementerian Pertahanan mendapatkan anggaran Rp. 78 miliar lebih untuk melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan pertahanan negara.
Dengan dana yang terbatas tersebut setiap penelitian menganut prisip prioritas. “mana yang butuh modernisasi cepat dan lebih penting diteliti,” ujar Sasmitono. Di tahun anggaran 2012 meski anggaran penelitiannya meningkat tapi dana itu belum lah ideal. “2012, kita dapat 143, 8 miliar,”. Oleh sebab itu digalang kerjasama dengan negara tetangga. Misalnya Korea Selatan untuk pengadaan pesawat tempur. Pada tahap ini ada tiga bagian kerjasama, yakni; teknology & development based, engineering & manufacturing based, production based. “Kinerja Balitbang berada di tahap 1 dan 2,” kata Sasmitono.
Kementerian Pertahanan sudah mengirimkan tenaga pendidik ke Korea Selatan terkait kerjasama tersebut. Tugas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Kementerian Pertahanan tak berhenti disitu saja. Balitbang juga turut meneliti, memantau dan mengamankan pulau-pulau terluar. “Fokusnya pada 12 pulau terluar,” ungkap Sasmitono.
Misalnya, Pulau Rote yang dekat dengan Australia, Miangas dan Rondo. Ada pos penjagaan dan penempatan personil di pulau-pulau terluar tersebut. “Dari TNI AL dan AD, tiap 3 bulan di rolling,” katanya. Sasmitono bercerita di pulau-pulau terluar itu kondisinya sangat minim. Tak ada air dan tanah tandus. Tapi bukan berarti tak diminati untuk dihuni. “Jangan sampai pulau terluar kita dihuni orang lain,” tegas Sasmitono.
Penelitian Alusista Buatan Dalam Negeri
Sejumlah negara tetangga makin melirik Indonesia untuk memasok kebutuhan persenjataan mereka. Sebut saja Brunei yang tertarik dengan senapan serbu varian dua (SS-V2) buatan PT Pindad. Tank yang digunakan pasukan perdamaian PBB di Libanon juga buatan produk Indonesia.
Produk persenjataan buatan Indonesia mulai bisa bersaing dengan negara lain seiring dengan penelitian dan evaluasi yang dilakukan Balitbang Kemenhan setiap tahunnya. “Teknologi dipelajari kemudian dikembangkan dan produksi,” tutur Sekretaris Balitbang Kementerian Pertahanan Sasmitono.
Tak hanya PT Pindad ada juga PT PAL dan PT Dirgantara Indonesia yang turut memproduksi Alutsista untuk kebutuhan nasional maupun ekspor. Balitbang Kementerian Pertahanan juga mendidik Sumber Daya Manusia yang ada supaya tidak gagap teknologi dan bisa mengembangkan teknologi pertahanan yang ada menjadi lebih modern dan canggih. “Ada pelatihan bersama dengan negara lain atau menyekolahkan mereka di LIPI,” tutup Sasmitono.
Sumber: KBR68H
0 komentar:
Posting Komentar