JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, kolaborasi pembangunan industri pertahanan di kawasan ASEAN mutlak diperlukan guna mewujudkan terciptanya kemandirian alutsista (Alat utama sistem senjata) dan perluasan pengembangan ekonomi dan Kemajuan di kawasan ASEAN.
"Harus ada yang bersedia membeli alutsista dalam negeri beserta kekurangan dan kelebihannya demi memajukan industri pertahanan dalam negeri sebelum berkolaborasi di ASEAN," kata Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dalam pidatonya di seminar Industri Pertahanan di Wisma ANTARA, Jakarta, Rabu.
Purnomo mengatakan bahwa industri pertahanan RI yang berdiri sejak 1958 dengan menasionalisasi industri pertahanan bekas peninggalan asing seperti Inggris dan Belanda, runtuh pada tahun 1997 - 1998. Pada tahun 2010 pemerintah telah memprioritaskan pembangunan industri pertahanan hingga 2024.
"Tidak ada negara di dunia ini yang kuat kalau hanya ekonominya saja yang kuat," kata Purnomo
Ia mengatakan bahwa negara yang kuat itu tak hanya ditopang oleh ekonominya yang kuat namun juga harus memiliki industri pertahanan yang kuat pula dan pertahanan itu tidak bisa sukses hanya bergantung pada industri pertahanannya saja tetapi komitmen untuk mewujudkannya.
Prinsip pembangunan Alutsista harus mencakup pengutamaan produk dalam negeri, pengadaan alutsista dari luar negeri yang mengadopsi alih teknologi, pengadaan alutsista mengikuti proses berjenjang (pengguna dan penentu kebijakan).
"Kapal cepat rudal sudah dibuat di dalam negeri, kita berharap lokal konten akan meningkat," ujarnya
Ia mengungkapkan bahwa jika industri pertahanan di dalam negeri maju maka hal itu bisa menciptakan multiplayer effect.
"Berdasarkan obrolan saya dengan Dirut PAL pembuatan satu kapal selam itu bisa menyerap 2.500 tenaga kerja, jadi bayangkan saja jika kita buat seribu kapal selam, maka akan banyak sekali menyerap tenaga kerja," kata Purnomo
Purnomo menyebutkan bahwa ada empat negara di di ASEAN yang industri pertahanannya berkembang yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand.
"Menhan Malaysia mendukung penuh pembangunan panser kita," katanya.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Ahmad Zahid Hamidi mengatakan bahwa kolaborasi industri pertahanan ASEAN itu penting.
"Kita mempunyai batasan dan tantangan yang berbeda, dan kita memerlukan kerjasama secara kolektif antar pemerintah," kata Hamidi.
Hamidi mengutarakan bahwa negara-negara ASEAN harus memiliki standar terhadap industri pertahanan yang bisa diwujudkan lewat kolaborasi.
"Bentuk kerjasama kita dalam bidang pertahanan antara Indonesia dan Malaysia itu bersifat G to G, dan kita harus melayani kebutuhan negara kita ini secara bersama-sama" ujar Hamidi.
Kolaborasi di ASEAN, menurut Hamidi, diyakini akan mampu meningkatkan perdagangan di ASEAN, dan belanja alutsista ASEAN senilai 25 miliar dolar AS setahun bisa dikurangi hingga menyusut pada tahun 2030 menjadi 12,5 miliar dolar dengan adanya kolaborasi industri pertahanan.
Hamidi mencontohkan bahwa di Eropa, Prancis dan Inggris juga saling berbeda paham dan pendapat satu sama lain, tetapi mereka bisa bekerjasama dalam hal membuat produk pertahanan yang canggih, dan Indonesia beserta Malaysia diharapkan bisa mewujudkan hal yang serupa itu di ASEAN.
"Harus ada yang bersedia membeli alutsista dalam negeri beserta kekurangan dan kelebihannya demi memajukan industri pertahanan dalam negeri sebelum berkolaborasi di ASEAN," kata Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dalam pidatonya di seminar Industri Pertahanan di Wisma ANTARA, Jakarta, Rabu.
Purnomo mengatakan bahwa industri pertahanan RI yang berdiri sejak 1958 dengan menasionalisasi industri pertahanan bekas peninggalan asing seperti Inggris dan Belanda, runtuh pada tahun 1997 - 1998. Pada tahun 2010 pemerintah telah memprioritaskan pembangunan industri pertahanan hingga 2024.
"Tidak ada negara di dunia ini yang kuat kalau hanya ekonominya saja yang kuat," kata Purnomo
Ia mengatakan bahwa negara yang kuat itu tak hanya ditopang oleh ekonominya yang kuat namun juga harus memiliki industri pertahanan yang kuat pula dan pertahanan itu tidak bisa sukses hanya bergantung pada industri pertahanannya saja tetapi komitmen untuk mewujudkannya.
Prinsip pembangunan Alutsista harus mencakup pengutamaan produk dalam negeri, pengadaan alutsista dari luar negeri yang mengadopsi alih teknologi, pengadaan alutsista mengikuti proses berjenjang (pengguna dan penentu kebijakan).
"Kapal cepat rudal sudah dibuat di dalam negeri, kita berharap lokal konten akan meningkat," ujarnya
Ia mengungkapkan bahwa jika industri pertahanan di dalam negeri maju maka hal itu bisa menciptakan multiplayer effect.
"Berdasarkan obrolan saya dengan Dirut PAL pembuatan satu kapal selam itu bisa menyerap 2.500 tenaga kerja, jadi bayangkan saja jika kita buat seribu kapal selam, maka akan banyak sekali menyerap tenaga kerja," kata Purnomo
Purnomo menyebutkan bahwa ada empat negara di di ASEAN yang industri pertahanannya berkembang yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand.
"Menhan Malaysia mendukung penuh pembangunan panser kita," katanya.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Ahmad Zahid Hamidi mengatakan bahwa kolaborasi industri pertahanan ASEAN itu penting.
"Kita mempunyai batasan dan tantangan yang berbeda, dan kita memerlukan kerjasama secara kolektif antar pemerintah," kata Hamidi.
Hamidi mengutarakan bahwa negara-negara ASEAN harus memiliki standar terhadap industri pertahanan yang bisa diwujudkan lewat kolaborasi.
"Bentuk kerjasama kita dalam bidang pertahanan antara Indonesia dan Malaysia itu bersifat G to G, dan kita harus melayani kebutuhan negara kita ini secara bersama-sama" ujar Hamidi.
Kolaborasi di ASEAN, menurut Hamidi, diyakini akan mampu meningkatkan perdagangan di ASEAN, dan belanja alutsista ASEAN senilai 25 miliar dolar AS setahun bisa dikurangi hingga menyusut pada tahun 2030 menjadi 12,5 miliar dolar dengan adanya kolaborasi industri pertahanan.
Hamidi mencontohkan bahwa di Eropa, Prancis dan Inggris juga saling berbeda paham dan pendapat satu sama lain, tetapi mereka bisa bekerjasama dalam hal membuat produk pertahanan yang canggih, dan Indonesia beserta Malaysia diharapkan bisa mewujudkan hal yang serupa itu di ASEAN.
Sumber: Antara
0 komentar:
Posting Komentar