Kamis, Mei 19, 2011
0
BATAM-(IDB) : Seringnya kapal-kapal angkatan laut Malaysia melanggar batas wilayah perairan Indonesia di Ambalat, membuat pemerintah RI kian waspada. Bahkan, empat pesawat tempur milik TNI AU jenis Sukhoi dikerahkan untuk mengamankan wilayah Ambalat dan perbatasan utara Kalimantan Timur.

Empat jet tempur baru buatan Rusia itu, tiba di Bandara Kelas I Khusus Juwata Tarakan, sekitar pukul 10.20 Wita, Rabu (17/5) kemarin. Keempat pesawat tempur ini direncanakan akan melakukan operasi di perbatasan selama empat hari, mulai kemarin hingga Sabtu (21/5).

Selain empat pesawat tempur Sukhoi, dukungan operasi lainnya adalah satu unit pesawat angkut Hercules dan satu helikopter Puma untuk SAR.

Komandan Skadron Udara XI Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Letkol Pnb Tonny Haryono, membenarkan, kedatangan pesawat-pesawat tempur milik TNI AU ini dalam rangka melaksanakan operasi pengamanan pulau-pulau terluar yang berbatasan dengan negara tetangga Malaysia dan mengamankan wilayah alur laut kepulauan.

”Selain itu, kita juga melaksanakan profisiensi untuk mendukung pengoperasian sistem di Tarakan,” kata Tonny, kepada Radar Tarakan (Batam Pos Group) kemarin.

Kedatangan pesawat-pesawat tempur ini juga bagian dari operasi rutin yang dilakukan TNI AU. ”Tentunya semua sesuai perintah pimpinan. Kalau ada eskalasi (oleh pesawat Malaysia di perbatasan) di luar kewenangan kita. Pesawat Sukhoi apabila diperlukan dan diberi perintah untuk melaksanakan penindakan kami siap,” tegasnya.

Dijelaskannya, dalam operasi ini meski pihaknya membawa serta pesawat tempur Sukhoi, bukan berarti pihak TNI AU mencoba untuk menakut-nakuti Malaysia di perbatasan.

”Pelaksanaan operasi akan menyesuaikan perintah pimpinan. Kami (pilot Sukhoi) hanya unsur penindak, jika ada perintah atau penindakan kami siap,” tuturnya.

Sebelum mendarat di Tarakan kemarin, dirinya mengaku sudah memantau wilayah perbatasan Ambalat secara visual dari udara. ”Tadi hanya melaksanakan dan memantau secara visual saja, dan Alhamdulilah tidak ada masalah,” ungkap Tonny.

Pesawat Sukhoi ini mampu terbang sampai dengan 4,5 jam dengan ketinggian tertentu sesuai ancaman yang dihadapi. Empat pesawat Sukhoi yang menginap di Tarakan selama empat hari ini terdiri dari dua Sukhoi 30 yang diterima TNI AU tahun 2009 dan dua Sukhoi 27 SKM yang diterima bulan September 2010 lalu.

”Semuanya pesawat baru dan memiliki kelebihan yang baik. Avionic baru dan sudah standardisasi barat, mempunyai kemampuan air to ground gaet yang bisa diatur, termasuk radar yang bisa men-scanner target di atas permukaan laut,” jelasnya.

Lalu apakah Sukhoi akan melakukan patrol rutin selama empat hari di perbatasan? ”Tergantung perintah pimpinan, yang jelas TNI AU tidak akan memprovokasi, tapi kalau diprovokasi kita siap bertindak kalau komandan memerintahkan,” sebutnya.

Dijelaskannya, pulau Tarakan ini termasuk wilayah alur laut ALKI (alur laut kepulauan Indonesia) dua. Di Indonesia, ada tiga pembagian ALKI. Mulai Selat Malaka sampai Selat Sunda masuk dalam wilayah ALKI 1, Selat Lombok, Selat Bali, sampai pulau Tarakan masuk dalam ALKI 2 dan ALKI 3 meliputi Indonesia Timur sekitar Flores.

Meski baru pertama kali mendarat di Tarakan, diakui Tony sebenarnya pesawat-pesawat Sukhoi ini pernah terbang di atas Pulau Tarakan saat melakukan operasi perbatasan. Namun memang tidak diketahui oleh masyarakat luas karena hanya bersifat patroli dan pesawat langsung kembali ke Makassar.

”Tahun lalu kita sudah pernah melintas di Tarakan, tapi tidak landing hanya patroli,” akunya.

Lanud Tarakan, termasuk salah satu pangkalan yang sangat strategis posisinya, terutama untuk melakukan operasi perbatasan akan sangat efektif. Dengan adanya pangkalan satu ini, TNI AU bisa menjangkau operasi ke mana saja. ”Kalau dari Makassar langsung ke Ambalat kan serba terbatas, apalagi kalau ada ancaman yang segera harus ditindak,” ujarnya.

Untuk diketahui, dari Makassar ke Tarakan waktu tempuh yang dibutuhkan pesawat Sukhoi ini adalah 1 jam 5 menit, dengan kecepatan sekitar 800 km perjam.

Sumber: BatamPos

0 komentar:

Posting Komentar