KRI Karel Satsuit Tubun 356 |
JAKARTA-(IDB) : Pemerintah telah mengirimkan dua kapal fregat dengan 401 tentara untuk membebaskan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan pasukan itu merupakan gabungan dari Korps Marinir TNI Angkatan Laut dan Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan pasukan itu merupakan gabungan dari Korps Marinir TNI Angkatan Laut dan Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat.
"Banyak pendapat seolah pemerintah tidak mengambil tindakan, seolah pemerintah merespons sangat lemah," kata Djoko dalam jumpa pers di kantornya, Jumat 15 April 2011. MV Sinar Kudus dengan 20 awak kapal dibajak perompak Somalia di Semenanjung Arab pada 16 Maret lalu.
Kapal bermuatan nikel senilai Rp 1,4 triliun itu dibajak dalam perjalanan menuju Rotterdam, Belanda. Kapal milik PT Samudra Indonesia dan semua awaknya kini ditawan di dekat pulau yang dikuasai perompak di kawasan pantai Eil, Somalia.
KRI Ahmad Yani 351 |
Menurut Djoko, pemerintah Indonesia menerima informasi pembajakan itu pada 17 Maret. Keesokan harinya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar rapat dan memerintahkan bawahannya mengutamakan keselamatan awak kapal.
Rapat kembali digelar pada 20 dan 22 Maret, yang menghasilkan dua opsi, yakni pemerintah mendukung negosiasi pemilik kapal dan para perompak atau menyiapkan pasukan khusus untuk menyerbu dan merebut Sinar Kudus. Demi keselamatan awak kapal, kata dia, pemerintah menonjolkan opsi negosiasi dan menyembunyikan opsi penyerbuan.
Djoko mengungkapkan fregat diberangkatkan pada 23 Maret. Anggota pasukan khusus diterbangkan ke Kolombo, Sri Lanka, agar segar dan siap tempur. Mereka dijemput fregat dan bergerak dari Kolombo pada 30 Maret.
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan kedua kapal itu terlambat mencegat Sinar Kudus. "Tanggal 2 April, Sinar Kudus lego jangkar merapat ke daratan. Kami berharap ketemu di laut, tapi baru sampai di posisi lego jangkar tanggal 5," ucapnya.
Pasukan khusus menerbangkan helikopter untuk mengecek kondisi, tapi Sinar Kudus berada di dekat daratan di tengah puluhan kapal yang dibajak perompak. Pemerintah akhirnya memutuskan mengedepankan negosiasi dan menempatkan kedua fregat itu di dekat Somalia. Namun, kata Agus, opsi penyerbuan tetap disiapkan sambil menunggu negosiasi. "Saya tidak senang kata gagal, karena operasi belum dijalankan," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menuturkan perairan Somalia adalah cerminan situasi negara yang tak tentu itu. "Tidak jelas siapa pemerintah yang berkuasa," ujarnya. Dalam jumpa pers di Jakarta, Duta Besar Somalia Mohamud Olow Barrow mengatakan angkatan laut negerinya kini praktis lumpuh.
Ia meminta dunia membantu Somalia memerangi perompak yang ditudingnya sebagai mafia. Sejak aksi perompak marak sekitar 2008, hubungan perdagangan Somalia dan Indonesia menjadi seret dan nilainya anjlok hingga 60 persen.
Menurut Staf Khusus Kepresidenan Bidang Hubungan Internasional, Teuku Faizasyah, keputusan soal pembebasan Sinar Kudus menunggu hasil pertemuan Marty dan Menteri Luar Negeri Somalia Mohamed Abdullah Omaar di sela konferensi soal pembajakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 18-19 April. "Kita tunggu," ujarnya saat dihubungi kemarin.
Rapat kembali digelar pada 20 dan 22 Maret, yang menghasilkan dua opsi, yakni pemerintah mendukung negosiasi pemilik kapal dan para perompak atau menyiapkan pasukan khusus untuk menyerbu dan merebut Sinar Kudus. Demi keselamatan awak kapal, kata dia, pemerintah menonjolkan opsi negosiasi dan menyembunyikan opsi penyerbuan.
Djoko mengungkapkan fregat diberangkatkan pada 23 Maret. Anggota pasukan khusus diterbangkan ke Kolombo, Sri Lanka, agar segar dan siap tempur. Mereka dijemput fregat dan bergerak dari Kolombo pada 30 Maret.
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan kedua kapal itu terlambat mencegat Sinar Kudus. "Tanggal 2 April, Sinar Kudus lego jangkar merapat ke daratan. Kami berharap ketemu di laut, tapi baru sampai di posisi lego jangkar tanggal 5," ucapnya.
Pasukan khusus menerbangkan helikopter untuk mengecek kondisi, tapi Sinar Kudus berada di dekat daratan di tengah puluhan kapal yang dibajak perompak. Pemerintah akhirnya memutuskan mengedepankan negosiasi dan menempatkan kedua fregat itu di dekat Somalia. Namun, kata Agus, opsi penyerbuan tetap disiapkan sambil menunggu negosiasi. "Saya tidak senang kata gagal, karena operasi belum dijalankan," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menuturkan perairan Somalia adalah cerminan situasi negara yang tak tentu itu. "Tidak jelas siapa pemerintah yang berkuasa," ujarnya. Dalam jumpa pers di Jakarta, Duta Besar Somalia Mohamud Olow Barrow mengatakan angkatan laut negerinya kini praktis lumpuh.
Ia meminta dunia membantu Somalia memerangi perompak yang ditudingnya sebagai mafia. Sejak aksi perompak marak sekitar 2008, hubungan perdagangan Somalia dan Indonesia menjadi seret dan nilainya anjlok hingga 60 persen.
Menurut Staf Khusus Kepresidenan Bidang Hubungan Internasional, Teuku Faizasyah, keputusan soal pembebasan Sinar Kudus menunggu hasil pertemuan Marty dan Menteri Luar Negeri Somalia Mohamed Abdullah Omaar di sela konferensi soal pembajakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 18-19 April. "Kita tunggu," ujarnya saat dihubungi kemarin.
Sumber: Tempo
0 komentar:
Posting Komentar