NEW DELHI-(IDB) : India dan Rusia terus bernegosiasi kontrak false
tindaklanjut rekayasa pesawat tempur siluman India, PMF (Perspective
Multi-Role Fighter). India masih kekurangan akses ke teknologi pesawat
jenis ini dan berharap bisa berbagi dengan Rusia di bawah program $
25-30 miliar.
Meskipun pemerintah India khawatir atas investasi mereka sebesar 11 miliar USD untuk kerjasama fase pengembangan pesawat siluman tersebut, Hindustan Aeronautics Limited (HAL) India berencana meningkatkan investasinya di proyek pesawat generasi siluman untuk angkatan udara India. HAL ingin mengejar fase rekayasa pengembangan lebih lanjut. Sebagai bagian dari investasi ini, HAL memerlukan infrastruktur produksi untuk membangun satu dari dua prototipe dan melakukan pengujian penerbangan menjelang akhir dekade ini. Menurut rencana, produksi dalam negeri dijadwalkan dimulai pada tahun 2020, sebuah program kerjasama pembangunan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan akan memakan waktu hampir delapan tahun untuk menyelesaikannya.
“Ini adalah sebuah proyek yang unik bertujuan untuk kerjasama jangka panjang” ujar Wakil Direktur Jenderal Sukhoi, Alexander Klementyev. “kita tidak pernah memiliki format kerjasama seperti ini di masa lalu. Sebelumnya hanyalah lisensi yang digunakan untuk produksi di China dan di India, tapi sekarang akan merancang bersama dan memproduksi pesawat tempur baru”.
Berbeda dengan keterangan yang disampaikan Rusia, India agak skeptis tentang masa depan kerja sama ini. Menurut artikel baru-baru ini di media lokal, India mengeluh tentang kurang transparansinya pihak Rusia, ketika Moskow tidak memenuhi kewajibannya untuk berbagi teknologi dalam tahap pengembangan Pesawat Tempur Generasi Kelima (FGFA). Tahap desain awal selesai pada 2013, di bawah kolaborasi investasi terpisah antara India dan Rusia. Para pejabat India mengeluh meskipun mereka membayar untuk setengah program itu, tapi India relatif tidak berada di dalam program tersebut.
Sebagai pesawat generasi ke-5, pesawat PAK-FA dan pesawat PMF, akan menggunakan bahan komposit yang sangat canggih dan pelapisan badan pesawat khusus untuk menurunkan jejak radar dan menurunkan berat pesawat. Powerplant juga mendapatkan perisai unik dari bahan eksotis untuk mengurangi observability inframerah. Rusia bersikeras persyaratan tersebut menuntut kemampuan manufaktur yang khusus yang saat ini tidak ada di India.
India mengeluhkan teknologi canggih pesawat tersebut ditutup tutupi oleh Rusia. India menyangka Rusia berusaha lebih memanfaatkan kemitraan keuangan daripada kolaborasi teknologi. Lingkaran di Angkatan Udara India mengklaim bahwa HAL belum cukup gigih dalam negosiasi, untuk mengamankan pangsa kerja India dalam program ini. Mereka mengklaim kontribusi India melalui HAL masih kecil -ban, dasar instrumen navigasi VOR-DME, pendingin radar, laser pod dan head-up display. Bahkan dalam kesepakatan 13 persen kerjasama (work share), komponen item buatan asli India hanya akan single digit dan sisanya akan diperoleh dari luar negeri. “Negosiasi yang kompleks dan urgensi pelaksanaan menunjukkan HAL hanya bisa mengerjakan sedikit pekerjaan dan jauh dari pekerjaan awalnya yang disepakati,” ujar pejabat angkatan udara. Hal ini menempatkan IAF (Indian Air Force) pada posisi ketergantungan total pada Rusia untuk platform garis depan alutsista.
Sumber-sumber India mengklaim insinyur mereka dilokalisir dari program ini, karena Moskow tidak tertarik untuk berbagi rincian teknis tentang pesawat tempur siluman generasi berikutnya, di mana versi India akan dibuat berdasarkan kerjasama ini. Pilot India tidak diperbolehkan untuk menerbangkan pesawat. Rusia mengklaim pilot asing dilarang terbang di wilayah udara mereka, meskipun masalah ini tidak mencegah orang India untuk menerbangkan MiG-29s dan Su-30s.
Dengan tidak adanya perkembangan engineering, Rusia memposisikan India sebagai mitra keuangan tetapi tidak memberikan akses ke sisi teknologi program. Sampai saat ini tidak ada PAK-FA yang telah meninggalkan wilayah Rusia. Rusia tidak mengizinkan pilot asing untuk datang dekat pesawat. Prototipe pertama dijadwalkan memulai pengujian di India pada tahun 2015.
Melalui diskusi desain awal, pihak India mempertanyaan akses mereka tentang masalah pemeliharaan, mesin, fitur siluman, sistem senjata, keamanan dan kehandalan. Angkatan Udara India juga menyatakan prihatin tentang mesin tempur baru – desain powerplant sama dengan yang digunakan Sukhoi-30, dan India sedang mencari mesin yang lebih kuat. Sebuah perubahan telah dijanjikan Rusia dengan biaya tambahan. Namun sumber India mengatakan sampai saat ini tidak ada kemajuan.
Rusia terlihat tertutup dengan kerjasama program PAK-FA karena urgensi mereka melihat pembangunan pesawat pesaing, terutama dengan China dan AS. Menurut Komandan Angkatan Udara Rusia, Letnan Jenderal Viktor Bondarev, T-50 pertama dijadwalkan dikirim ke Angkatan Udara Rusia pada tahun 2016, yang diikuti dengan pengiriman serial hingga tahun 2020. Menurut Bondarev, pilot Angkatan Udara sudah mulai penerbangan pesawat pertama di Akhtubinsk, dan pesawat kedua segera bergabung.
Lima prototipe saat ini terlibat dalam pengujian dan sertifikasi kerja, yang akan rampung pada tahun 2015, dan diluncurkan pertama tahun 2016. Sejalan dengan program uji terbang, perusahaan juga menyiapkan jalur perakitan akhir di pabrik KnAAPO di Komsomolsk -on-Amur untuk produksi berkelanjutan.
Sumber : JKGR
Bandingkan pola kerjasama yg persis antara Ina korsel, sharing dana 20% tapi akses ke rancang bangun bagi insinyur Ina sangat besar. Tempat belajar yg baik atau kah korea memanfaatkan keahlian Ina? Ingat komentar BJ Habibie....
BalasHapusMau tau kehebatan militer Indonesia
BalasHapusayo liat di http://www.3teria.com/category/militer