Jumat, Agustus 22, 2014
0
TNI Bersenjata Lengkap Siaga Di Balaikota 

JAKARTA-(IDB) : Sejumlah personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersenjata lengkap bersiaga di sekitar kantor Gubernur DKI Jakarta di Balaikota, Kamis.

Mereka merupakan bagian dari pengamanan obyek vital selama sidang putusan perselisihan pemilu presiden 2014 di Mahkamah Konstitusi (MK).

"Kita menurunkan dua Satuan Setingkat Kompi (SSK). Satu SSK di Monas dan satu SSK di sekitar Balaikota," kata Komandan Batalion Yonkaf 7 Letnan Kolonel Kavaleri Agus Waluyo di Balaikota, Kamis.

Personel TNI tersebut melebur ke pola pengamanan Kepolisian RI atau di bawah kendali operasi Polri (BKO).

Jika terjadi eskalasi massa terjadi di kantor Balaikota, para personel TNI akan berada di belakang personel kepolisian. "Kami diperbantukan ke Polda Metro Jaya. Jadi jika ada sesuatu, kami back up kepolisian," kata Agus.

Sementara Polda Metro Jaya mengerahkan 427 personel yang teridiri dari berbagai satuan, yakni Brimob, Sabhara, Intelkam dan Reserse Kriminal untuk mengamankan Balaikota. Pembacaan hasil putusan sidang gugatan pemilihan presiden di Gedung MK dilakukan sekitar pukul 14.00 WIB. 


Gas Air Mata Ditembakkan, Demonstran Bubar  

Gas air mata ditembakkan, demonstran bubarPolisi memukul-mundur demonstran pendukung pasangan Prabowo-Hatta di Bundaran Patung Arjuna Wijaya alias Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis (21/8) menjelang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi tentang gugatan hasil Pemilu Presiden 2014 (www.antaranews.com/Luki Satrio)

Sejumlah demonstran pendukung pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa kocar-kacir berlarian menyelamatkan diri setelah polisi menembakkan peluru-peluru gas air mata, di Jakarta, Kamis.

Salah satu titik pusat konsentrasi massa demonstran itu adalah Patung Arjuna Wijaya alias Patung Kuda, di perempatan Jalan MH Thamrin-Jalan Medan Merdeka Barat (dimana Gedung Mahkamah Konstitusi berada) dan Jalan Medan Merdeka Selatan-Jalan Budi Kemuliaan.

Para demonstran yang kocar-kacir itu sebagian di antara mereka berlarian ke ke arah Jalan Budi Kemuliaan. Banyak di antara mereka yang tidak tahan efek langsung menghirup hawa gas air mata yang membuat mata sangat perih dan sesak nafas.

"Polisi kok langsung tembakkan gas air mata, padahal kami tidak anarkis," ujar seorang demonstran, Raka.

Dia menilai pihak kepolisian tidak adil karena langsung menembakkan gas air mata.

"Seharusnya kalau akan menghalau mundur, jangan langsung tembakkan gas air mata. Kami aksi damai kok. Reaksi polisi berlebihan," kata Raka, yang mengaku berasal dari Pancoran, Jakarta Selatan itu.

Pengunjuk rasa lainnya, Julius, juga kesal dengan langkah polisi itu. Julius langsung berlari ke arah Tanah Abang lewat Jalan Budi Kemuliaan dan sekitarnya, sesaat setelah gas air mata ditembakkan.

"Perih banget. Nyesak sampai ke dada," kata Julius.


Polisi Sebut Delapan Korban Luka Demo MK

Polda Metro Jaya menyebutkan delapan demonstran terluka dalam bentrokan polisi dengan demonstran saat sidang Mahkamah Konstitusi berlangsung, di Bundaran Patung Arjuna Wijaya alias Patung Kuda, Jakarta, Kamis petang.

"Tujuh yang terluka saat aksi demo di bundaran itu sudah dibawa ke rumah sakit," kata Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Musyafak, di Jakarta, Kamis.

Mereka adalah anggota Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/POLRI Indonesia (FKPPI), Aziz S, Ahmadi, dan Rihut.

Selanjutnya, anggota Forkabi, Gandari Ahmad Bari, anggota Pemuda Panca Marga, Asril Tandirerung, anggota PAC Gerindra Pasar Minggu, M Duha, masyarakat sipil, Rosely MS, dan petugas Polres Metro Jakarta Pusat, Brigadir Polisi Giyanto, yang terkena pagar duri.

Musyafak menyebutkan empat korban luka memar karena terjatuh dilarikan ke RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, yang lalu dirujuk ke RS Pusat TNI AD, Jakarta Pusat.

Kebanyakan dari para korban itu terjatuh dan terbentur-bentur saat menghindarkan diri dari semprotan air bertekanan sangat tinggi dari meriam air polisi.

"Tidak ada korban terluka akibat pukulan atau tembakan petugas," kata Musyafak. 


Presiden Apresiasi Situasi Tetap Kondusif

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengapresiasi para pihak yang tetap menahan diri terkait pembacaan putusan sengketa hasil pemilihan presiden di Mahkamah Konstitusi sehingga situasi tetap kondusif, kata Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha.

"Jadi Presiden apresiasi semuanya bisa menahan diri meski sempat ada kejadian di patung kuda tadi sore," katanya kepada wartawan di Binagraha, Jakarta, Kamis malam.

Dalam demonstrasi menyambut keputusan MK, kericuhan sempat terjadi di Bundaran Patung Kuda, di depan Monas antara demonstran dan aparat kepolisian.

Polda Metro Jaya menyebutkan terdapat delapan korban terluka akibat aksi unjuk rasa tersebut. Namun demonstrasi berjalan dengan lancar dan kemudian membubarkan diri sekitar pukul 18.15 WIB.

Presiden mengharapkan situasi tersebut tetap terjaga pada hari-hari mendatang. "Pada akhirnya diharapkan juga bahwa kondisi yang terus kondusif untuk keamanan dan ketertiban dapat dijaga dan dipertahankan," katanya.

Selain itu, Julian mengatakan, di sela-sela memantau keputusan MK, Presiden juga membahas sejumlah agenda terkait kunjungan Presiden ke Papua, Timor Leste, dan Bali yang akan dimulai Jumat, 22 Agustus 2014 dan kembali ke Jakarta pada 29 Agustus 2014.

Saat membahas agenda tersebut, sejumlah pejabat hadir di antaranya Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam.

Sementara itu, Julian dalam kesempatan tersebut juga mengatakan, Presiden tidak akan memberikan keterangan kepada pers pada Kamis malam ini terkait putusan sengketa pemilihan preisden dan wakil presiden oleh Mahkamah Konstitusi.

"Saya pastikan tidak ada rencana presiden memberikan pernyataan (malam ini)," katanya.  


Pilpres Indonesia Kalahkan Pilpres AS  

Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya Joaquin Monserrate menilai pemilihan presiden di Indonesia pada 9 Juli 2014 mengalahkan Pilpres AS pada 2008 sehingga Pilpres di Indonesia telah memecahkan rekor dunia.

"Saya punya datanya, Presiden Obama terpilih dalam Pilpres AS tahun 2008 yang diikuti 131.071.135 orang, sedangkan pilpres di sini pada 9 Juli 2014 diikuti 133.577.277 orang. Itu rekor dunia," katanya di sela halalbihalal Konjen AS di Surabaya, Kamis sore.

Dalam acara yang dihadiri puluhan tokoh dari kalangan pemerintahan, agamawan, masyarakat, akademisi, dan kalangan pers itu, ia menjelaskan fakta itu menunjukkan lebih banyak orang Indonesia yang percaya dengan sistem demokrasi.

"Padahal, ada orang yang bilang bahwa masyarakat Indonesia tidak siap dengan demokrasi, bahkan ada yang bilang bahwa demokrasi itu tidak cocok untuk Indonesia, tapi buktinya ada 133 juta lebih suara yang setuju dengan sistem demokrasi itu di sini," kata dia.

Didampingi Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, diplomat AS yang sudah dua kali bertugas di Konsul Jenderal AS di Surabaya itu secara berkelakar menyatakan rekor itu akan direbut kembali oleh masyarakat AS pada Pilpres AS tahun 2016.

"Hanya enam tahun, rekor suara terbanyak di dunia yang diraih Amerika itu sudah direbut Indonesia, karena itu dua tahun lagi akan kita ambil (rebut) rekor itu," katanya dalam acara yang dihadiri sahabat baru dari perjalanan US Independence Day Roadshow (Juni).

Ditanya pers tentang capres yang didukungnya, ia menyatakan hanya mendukung rakyat Indonesia yang menunjukkan suara terbanyak di dunia itu. "Siapa pun yang menjadi capres, kami siap bekerja sama secara komprehensif," katanya.

Dalam kesempatan itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menyatakan tokoh yang hadir dalam halalbihalal di Konjen AS di Surabaya membuktikan "sahabat" AS di Jawa Timur cukup banyak, apalagi "sahabat" yang hadir mewakili banyak kalangan, seperti pemerintah, tokoh, masyarakat, akademisi, pers, dan sebagainya.

"Apalagi, halalbihalal ini diadakan Konjen Amerika, sebab halalbihalal itu merupakan Islam khas Nusantara yang tidak ada di negara Islam mana pun, termasuk di Timur Tengah, meskipun halalbihalal itu bahasa Arab, tapi orang Arab sendiri tidak mengerti," kata dia.




Sumber : Antara

0 komentar:

Posting Komentar