Jumat, Agustus 01, 2014
0
Hamas Menang, Itulah Faktanya

TEL AVIV-(IDB) : Seorang pengamat militer Zionis di koran Maarev, Ben Kasbet, menyerukan pemerintah Benjamin Netanyahu untuk segera mengakui kemenangan Hamas. Ini sangat penting menyusul kemenangan demi kemenangan Hamas dalam pertempuran selama 24 hari terakhir ini.

''Inilah kebenaran. Pemerintah Netanyahu dan Israel berada pada posisi yang sangat sulit beberapa hari ke depan,'' kata Kasbet pada surat kabar Maarev seperti dikutip Infopalestina.

Kasbet mengatakan serbuan Israel mendapat perlawanan signifikan. Gempuran demi gempuran menghantam Israel. ''Israel lari dari kondisi buruk kepada situasi yang lebih buruk lagi,'' katanya.

Sejak sebulan lalu, Israel tidak bisa memberikan kejutan. Bahkan, serangan demi serangan semakin menunjukkan keterpurukan Israel dan menjadikan negara tersebut semakin bobrok.

Oleh karena itu, kata Kasbet, Netanyahu harus mengakui kesalahannya telah melakukan agresi tanpa bisa memberikan solusi atau alternatifnya.

''Jika Israel tidak bisa membendung Hamas, maka inilah akhir dari Israel. Ia juga tidak akan bisa membendung Iran maupun Hizbullah di utara dan akan tampaklah kelemahan Zionis. Ia harus membayar mahal atas kenyataan ini,'' katanya.

Pengamat Zionis kemudian mengakhiri tulisanya,''kita jangan menipu diri sendiri. Jika kita tak punya kemampuan untuk menggempur Hamas hari ini, maka ke depan akan lebih sulit lagi dan akan jauh lebih berat lagi.'' 


Jet Tempur Kami Dihadang Roket Hamas Di Langit Gaza  

Seorang perwira tinggi di jajaran militer Israel dalam pembicaraanya dengan situs Walla Ibrani, Rabu (30/7), mengatakan, pesawat-pesawat tempur mereka dihadang serangan roket anti pesawat secara masif di langit Gaza.

Menurut perwira yang tidak mau disebutkan identitasnya ini, ada sejumlah roket perlawanan Hamas menerjang pesawat-pesawat Israel.

''Roket-roket tersebut muncul dari arah timur Gaza,'' katanya kepada Walla Ibrani seperti dikutip Infopalestina.

Ia melansir ada sekitar 19 operasi penembakan roket anti pesawat dalam perang Clauds Colom pada tahun 2012 lalu yang berlangsung hanya delapan hari saja.

Sementara pada tahun ini, pihaknya melancarkan operasi penembakan terhadap target-target di Gaza lebih dari 4000 roket sejak awal operasi militer ke Jalur Gaza. 


Netanyahu Tak Sadar Akui Kekalahan Israel

Juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan bahwa pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mencerminkan kekalahan pasukan Zionis dari Hamas.

Dalam konferensi pers dengan menteri pertahanan dan Kepala Staf Angkatan Darat, Netanyahu mengakui bahwa negaranya telah kehilangan perwira dan prajurit terbaik dalam pertempuran dengan sayap militer Hamas, Al Qassam, di Jalur Gaza baru-baru ini.

“Kami tahu akan menghadapi hari-hari sulit kedepan dan sekarang adalah salah satu buktinya,” kata Netanyahu dalam konferensi pers bersama pada Senin malam.

Ia mengungkapkan penyesalannya atas kematian tentara Israel. Netanyahu mengakui bahwa tentaranya menghadapi pertempuran sengit di Gaza dan mengatakan tidak ada perang tanpa korban.

Netanyahu, sebagaimana yang diberitakan middleeastmonitor dan dikutip Mi’rajnews, Rabu menyerukan kepada pasukan Israel untuk mempersiapkan pertempuran panjang.

Sami mengatakan Netanyahu secara tidak langsung mengakui kekalahan Israel atas Palestina. Dia juga menegaskan apa yang dilakukan Israel terhadap Palestina tidak akan membuat takut Hamas atau Palestina.

Dalam pernyataan tertulis yang dikutip oleh Anadolu pada Senin, Sami mengatakan bahwa pasukan pendudukan Israel akan membayar perlakuan Israel yang telah membunuh anak-anak dan warga sipil.


Israel Tambah 16 Ribu Tentara Cadangan  

Israel memobilisasi 16 ribu tambahan tentara cadangan. Dengan penambahan tersebut, Israel sedikitnya mengerahkan 86 ribu tentara untuk melakukan operasi militer di jalur gaza.

"Militer telah mengeluarkan perintah mobilisasi 16 ribu tentara tambahan untuk memungkinkan pasukan di lapangan beristirahat, sehingga jumlah cadangan menjadi 86.000," kata juru bicara militer Israel, Kamis (31/7).

Kabinet keamanan Israel, yang bertemu selama lima jam pada Rabu (30/7) dengan suara bulat memutuskan untuk membalas serangan hamas dan operasi lainnya serta menghancurkan jaringan terowongan yang digunakan oleh gerakan Islam itu antara Gaza dan Israel.

Radio publik mengutip Mayor Jenderal Sami Turgeman, petugas senior untuk Wilayah Gaza, mengatakan bahwa penghancuran terowongan gerilyawan yang tersisa ke Israel bisa lengkap seluruhnya dalam beberapa hari ke depan. 


Israel Gunakan Anjing dan Robot Lacak Terowongan di Gaza  

Kolonel Israel Tomer melacak terowongan di bawah satu desa Palestina ketika tanah yang digali oleh tank memperlihatkan apa yang dicarinya. Dua puluh empat jam kemudian pada Rabu (30/7), pasukannya telah membersihkan bangunan yang telah menutupi celah sedalam tiga meter yang memperlihatkan terowongan yang diperkuat beton dan bisa digunakan lewat oleh satu orang yang mengenakan peralatan perang.

Diperlukan waktu beberapa hari untuk memetakan jalan masuk sebanyak setengah lusin terowongan, yang salahsatunya tersembunyi oleh satu rumah di dekatnya, kata perwira itu kepada Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. Namun lokasi pasti terowongan tersebut tak bisa dilaporkan berdasarkan peraturan militer.

Lalu bahan peledak dijatuhkan dan jaringan terowongan itu hancur. Anak buah Tomer, campuran awak tank dan personel zeni, mengawasi jalur gelap itu sambil memegang senapan, untuk berjaga-jaga kalau-kalau ada pria bersenjata yang mungkin menyerbu ke luar.

Di tempat berbeda di bagian selatan Jalur Gaza, tiga prajurit Israel tewas pada Rabu, ketika satu terowongan yang dipasangi perangkap yang telah mereka temukan meledak, kata militer Israel. Tomer, yang merujuk kepada korban jiwa tersebut, mengatakan pasukannya menjaga jarak aman.

Malah, katanya, militer Israel mengirim anjing untuk melacak peledak dan robot yang mengirim kembali gambar video. Malalui gambar itu, jalur tersebut dapat diketahui.


PM Israel Minta Bantuan AS Untuk Gencatan Senjata

Pemerintah Israel melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memintah bantuan ke Amerika Serikat untuk mengupayakan gencatan senjata di Gaza. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry saat berkunjung ke Israel.

"Tadi malam kami berbicara, dan perdana menteri berbicara kepada saya tentang ide dan kemungkinan gencatan senjata," kata Kerry seperti dilansir AFP, Selasa (29/7/2014).

"Ini bukan tentang saya, ini tentang Israel dan hak untuk membela diri," ujar Kerry setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Pavlo Klimkin.

Menurut Kerry, pihaknya sangat hati-hati untuk menemukan solusi atas serangan militer di jalur Gaza. Hal ini, bagi Kerry, sangat penting untuk mengurangi korban sipil.

"Kami bekerja sangat hati-hati dengan teman-teman Israel kita, agar dapat menemukan cara untuk mengurangi korban sipil. Kedua belah pihak mengalami kesulitan menemukan solusi ke depan," ujar Kerry.

Sementara itu, Israel semakin gencar melakukan serangan ke Gaza di hari ke-22 invasi militer tersebut. Korban sudah mencapai 1.000 orang lebih, dan sebagian besar adalah wanita serta anak-anak yang tinggal di Gaza.

Beberapa kali gencatan senjata disepakati, namun tak berlangsung lama. Hingga saat ini, gerilyawan Hamas menolak gencatan senjata kembali dengan Israel.

"Hal ini lebih tepat untuk mencoba menyelesaikan masalah mendasar di meja perundingan, daripada melanjutkan perang kekerasan, yang akan jauh lebih sulit untuk dipulihkan kembali," kata Kerry.

Ikuti sejumlah peristiwa menarik yang terjadi sepanjang hari ini hanya di "Reportase" TRANS TV Senin - Jumat pukul 12.45 WIB.



Sumber :  Republika

0 komentar:

Posting Komentar