Senin, Juli 14, 2014
1

TEHRAN-(IDB) : Indonesia dan Iran telah mengemukakan keinginannya untuk menjalin kerjasama bilateral Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sejak tahun 2003, sewaktu ditanda-tanganinya surat keinginan bersama (the letter of intent, LoI).  Pada tahun 2006, Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding, MoU) dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) ditanda-tangani untuk pertama kalinya.  

Menindaklanjuti penanda-tanganan ini, dibentuk Komite Iptek Indonesia-Iran, yang telah bertemu empat kali, yaitu pada tahun 2006, 2008, 2011 dan 2013.  Pada pertemuan Komite Iptek Indonesia – Iran yang ke-4, di Jakarta, 22-23 Juli 2013, kedua delegasi bersepakat untuk memfokuskan kolaborasi riset pada bidang-bidang (i) kesehatan dan obat-obatan, khususnya pengembangan sel punca (stem cells), (ii) ilmu kebumian, (iii) nanoteknologi, (iv) energi baru dan terbarukan, (v) bioteknologi, (vi) teknologi ruang angkasa dan kedirgantaraan, serta (vii) pengembangan Taman Iptek (Science Technology Park – STP)

Pada tanggal 24-25 Juni 2014, Gusti M. Hatta, Menteri Riset dan Teknologi, melakukan kunjungan kerja ke Tehran, Iran.  Adapun tujuan dari kunjungan kerja adalah untuk menandatangani Nota Kesepahaman Iptek Indonesia – Iran yang baru, serta bertemu dan berdiskusi dengan Menteri Iptek, Riset dan Teknologi – Iran: YM Reza Faraji-Dana. Selain itu, delegasi Indonesia juga melakukan kunjungan kerja ke beberapa fasilitas litbang Iptek Iran, yaitu (i) Iranian Space Research Centre, (ii) Material and Energy Research Centre, (iii) Royan Institute, (iv) Pardis Technology Park.   


Dalam sambutannya, YM Minister Reza Faraji-Dana menyatakan bahwa Iran sanggup untuk membagi informasi dan pengalaman dalam penelitian dan pengembangan iptek kepada mitra internasional, khususnya untuk mitra dari negara-negara Islam.  Program kolaborasi ini akan dilakukan melalui pembentukan program kerjasama Iptek dengan mitra asing, sebagai langkah baru dari kebijakan politik Iran yang terkini.  Ruang lingkup kerjasama untuk meningkatkan hubungan bilateral iptek, dapat melalui (i) pameran iptek, (ii) pertukaran pelajar, peneliti, tenaga ahli, profesor, serta (iii) pembagian pengalaman dan pencapaian iptek, pada bidang-bidang yang menjadi minat bersama.  



Menanggapi pernyataan dari YM Minister Faraji-Dana, Menristek Gusti M. Hatta pertama-tama menyampaikan apresiasi terhadap Pemerintah Republik Islam Iran, sebagai tuan rumah, atas keramahtamahan dan pengaturan program kunjungan kerja yang sangat baik.  

Selanjutnya, beliau menekankan pentingnya kedua negara untuk merevitalisasi  kerjasama iptek bilateral yang selama ini telah dibina selama 8 tahun terakhir, melalui (i) identifikasi dan aktivasi dari  kontak personil dari setiap kelompok kerja, (ii) membentuk konsorsium penelitian dan pengembangan untuk memproduksi produk-produk hasil kolaborasi di masa yang akan datang.  

Menristek Gusti M. Hatta juga menginformasikan beberapa instrumen (program) yang dimiliki Ristek, seperti (i) ‘mobility program’ (pertukaran peneliti), (ii) ‘INSINAS (insentif riset), dan (iii) program peningkatan kapasitas (capacity building) melalui Riset Pro, yang dapat digunakan untuk mendukung kolaborasi Iptek Indonesia – Iran.  


Dalam kunjungan kerja kali ini, Menristek Gusti M. Hatta juga mendapat kesempatan untuk melakukan kunjungan kehormatan kepada YM Sorena Sattari, Wakil Presiden Iran bidang Iptek.  Lebih lanjut, Sorena menyatakan dukungannya terhadap Nota Kesepahaman Iptek yang telah diperbaharui dan optimis mendukung transfer teknologi dari Iran ke Indonesia.  Selain itu, beliau juga menyatakan apresiasinya kepada para Menteri, Duta Besar, Anggota Tim Pengarah Komite Iptek, peneliti dari Indonesia dan Iran; atas upayanya yang selama delapan tahun terakhir, telah memelihara kerjasama iptek bilateral antara dua negara.  



Selama kunjungan kerja, Menristek Gusti M. Hatta didampingi oleh Ibu Violette Gusti M. Hatta; Duta Besar Indonesia untuk Iran, YM Dian Wirengjurit dan segenap jajaran KBRI; Freddy Zen, Deputi Menristek Sumber Daya Iptek; Idwan Suhardi, Staf Ahli Menristek bidang Energi dan Material Maju, Nada Marsudi, Asdep Jaringan Iptek Internasional dan Mohammad Ilmi, Kepala Biro Umum – RISTEK.  


Diharapkan, kunjungan kerja ini dapat dikategorikan sebagai babak baru kerjasama bilateral Iptek Indonesia – Iran, guna mendorong lebih banyak lagi peneliti maupun inovator dari kedua Negara untuk melakukan kolaborasi iptek, dalam rangka menghasilkan produk bersama iptek dimasa yang akan datang.

Menristek Kunjungi Badan Antariksa Iran
 


(Tehran, 25 Juni 2014): Raut wajah lelah jelas nampak pada wajah Menristek RI pada hari ketibaannya di Tehran, 24 Juni 2014. Namun semangat yang membuncah untuk dapat menunaikan tugas negara dengan baik dalam upaya peningkatan hubungan ristek yang erat antar Iran dan Indonesia, seakan tak dapat menguras habis energi positif I Gusti Hatta. 

Tepat dini hari jauh sebelum warga Tehran memulai hiruk-pikuk aktifitasnya, sang Menristek telah siap di lobi hotel untuk dapat segera berkunjung ke Badan Antariksa milik negeri Persia.


Dalam pertemuan dengan Dr. Sadeqzadeh, Deputy Presiden Iran Space Research Center (ISRC), pihak Iran menyatakan kesediannya untuk membantu Indonesia mengembangkan teknologi ruang angkasa dan menerima pakar Indonesia untuk bergabung dalam tim khusus di ISRC guna mempelajari lebih lanjut terkait kemajuan Iran di bidang peroketan dan satelit.


“Dalam kurun waktu 7 tahun Iran telah berhasil mengembangkan teknologi peroketan dan satelit secara pesat. Pada November 2006 Iran telah mulai meluncurkan Kavosghar-1 hingga Kavosghar Pazhuhesh pada Desember 2013”, ungkap Sadeqzadeh dengan semangat.


Sebagaimana diketahui, selain memiliki daya jangkau 12 kali lipat dari Kavosghar-1, Kavosghar Pazhuhesh juga telah berhasil mengirim Fargam ke luar angkasa dan membawa kembali dengan selamat ke bumi, yang menandakan tingginya kapasitas ilmuwan dan pakar ruang angkasa Iran. Fargam adalah monyet kedua yang berhasil dikirim ke luar angkasa setelah sebelumnya pada Januari 2013 para pakar mengirim Pisgham.


Indonesia berharap kapasitas Iran tersebut dapat dikerjasamakan dengan para pakar ruang angkasa nasional untuk dapat membantu meluncurkan satelit ruang angkasa tanah air ke orbitnya.


Tercatat Iran saat ini merupakan anggota dari International Astronautical Federation (IAF) sejak tahun 2000 dan mitra dari berbagai proyek kerjasama dengan University of Toulouse-Prancis.




Sumber : Kemlu

1 komentar:

  1. Semoga terwujud dan menghasilkan iptek unggulan, saat ini Indonesia perlu belajar tentang rudal sepertinya Teknik rudal iran bisa digunakan.

    BalasHapus