INTELIJEN-(IDB) : Kucuran dana Rp 6,7 triliun dalam skandal Bank Century merupakan dana
yang cukup besar untuk Indonesia. Sementara, besaran dana yang tidak
jelas dalam Skandal Century mencapai Rp 5,4 triliun. Jumlah dana itu
jika digunakan untuk memperkuat system pertahanan, akan meningkatkan
kemampuan pertahanan TNI secara drastis. Karena disisi lain, pemerintah
melalui Departemen Pertahanan memang telah menunda rencana pembelian
kapal selam hingga 2011 dengan alasan anggaran yang tidak tersedia.
Setidaknya, dana tersebut bisa digunakan untuk membeli dua kapal
selam kelas Kilo yang dilengkapi peluru kendali dengan jarak jangkau
hingga 300 kilometer. Sementara jika dibelikan kapal korvet kelas
Stereguchy dengan kemampuan peperangan diatas air dan udara, serta
dilengkapi peluru kendali jangkauan 300 kilometer, akan mendapatkan tiga
unit kapal.
Hitung-hitungan tersebut diungkapkan Laksamana Madya TNI (Purn)
Slamet Soebijanto. Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) ini
sangat gusar dengan besaran skandal Century yang demikian besar,
sementara disisi lain, kondisi alat utama system persenjataan
(alutsista) TNI sangat memprihatinkan.
Jauh sebelum kabinet Indonesia Bersatu II menempatkan “revitalisasi
industry pertahanan” sebagai salah satu “program seratus hari”, mantan
Wagub Lemhannas ini sering mempertanyakan kebijakan politik pemerintah
terkait prioritas peningkatan kemampuan pertahanan Indonesia.
Ketika menjabata sebagai KSAL, pria kelahiran Mojokerto, 4 juni 1951
ini, berjuang keras untuk meningkatkan kemampuan pertahanan, khususnya
angkatan laut, yang jauh dibawah kekuatan Negara tetangga. Bahkan lebih
jauh, pria yang dikenal teguh memegang prinsip dan disiplin tinggi ini,
berambisi membawa Angkatan Laut kepada kejayaan Indonesia, sebagai
Negara maritim.
Penyandang bintang Yudha Dharma Pratama ini bahkan sempat melontarkan
ide untuk “mencuri” teknologi pertahanan Negara maju demi terhujudnya
pertahanan nasional yang setara dengan Negara lain. Skenario mengadopsi
teknologi pertahanan Negara lain ini juga dilakukan oleh Negara-negara
maju.
Selain itu, untuk tercapainya kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan
alutsista TNI, khususnya TNI AL, dilakukan reverse engineering
alutsista. Reverse engineering sudah dilakukan untuk produk ranjau dan
sensor. Bahkan untuk keperluan riset dan penelitian produk pertahanan,
Slamet sempat mengusulkan cara trial and error. Pertimbangannya, riset
dan penilitian membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
Hingga diujung jabatannya, Slamet Soebijanto tetap memegang komitmen
tersebut. TNI AL telah menetapkan postur kekuatan hingga 2024 untuk
pemekaran dan profesionalisme mewujudkan kebijakan “Green Water Navy”,
postur kekuatan itu salah satunya penambahan jumlah armada Kapal Perang
RI (KRI) sebanyak274 unit. Selain itu, dikembangkan komando armada laut
menjadi tiga wilayah, komando wilayah laut (Kowilla) Barat di Tanjung
Pinang Sumatra, Kowilla Tengah di Makassar Sulsel, dan Kowilla Timur di
Sorong, Papua.
Salah satu implementasi komitmen itu adalah keputusan TNI AL untuk
membeli Kapal Selam dari Rusia dipilh karena memiliki teknologi yang
bisa diandalkan dan harga lebih murah dibanding produk Jerman atau
Prancis.
Keputusan itu didasarkan kepada keputusan politik Indonesia untuk
tidak menggantungkan diri terutama kepada Negara-negara Barat dalam hal
keperluan persenjataan. TNI AL akan membeli 6 Kapal selam berbagai kelas
dari Rusia.
Apa lacur, keputusan TNI AL tersebut justru dipangkas oleh pengganti
Slamet Soebijanto, Laksamana Madya TNI Sumardjono. Satu hari setelah
dilantik menjadi KSAL, Sumardjono langsung mengeluarkan kebijakan
memangkas program pembelian kapal selam kelas Kilo dari Rusia yang di
gagas Slamet Soebijanto. Alasan pemangkasan itu karena keterbatasan
anggaran TNI yang terbatas.
Padahal, menurut Slamet Soebijanto, TNI AL mutlak membutuhkan enam
kapal selam. Dengan pertimbangan, kebutuhan berdasarkan luas wilayah dan
penyeibangan kekuatan di kawasan. Kapal selam merupakan alat penangkal
yang paling kuat pada setiap Negara, karena kapal selam sulit diseteksi
lawan. Terbatasnya alutsista TNI itu membuat Indonesia disepelekan
banyak Negara, bahkan Negara tetangga.
Selain pembelian kapal selam, kebijakan Slamet terkait rencana
perluasan pangkalan di pulau terluar juga di evaluasi oleh Sumardjono.
Ketika itu, Slamet Soebijanto memiliki pertimbangan, pangkalan di pulau
terluar akan berfungsi menagkal bahaya musuh yang biasa seliweran
diperairan Indonesia.
Tak urung, sejumlah pihak menghubungkan pemangkasan program TNI AL
dan penggantian Slamet Soebijanto itu sebagai satu benang merah yang
saling bersinggungan. Memang, pergantian Slamet Soebijanto sangat
mendadak. Di mana, Mabes TNI mengumumkan sehari sebelum pelantikan KSAL
yang baru, 7 November 2007.
Slamet Soebijanto sendiri membantah sinyalemen tersebut. Slamet
Soebijanto mengaku tidak kecewa atas pergantianya. Slamet juga membantah
jika pergantian didasarkan adanya perbedaan sikap dengan petinggi TNI
ataupun Presiden terkait kebijakan alutsista.
Langkah Slamet Soebijanto untuk menyumbangkan pengalaman dan
pemikirannya bagi bangsa dan Negara tidak terhenti meskipun harus
meninggalkan jabatan KSAL. Bermodalkan pengalaman berkarir menjadi
anggota TNI AL lebih dari 30 tahun, Slamet Soebijanto sempat mencatatkan
diri sebagai salah satu calon Presiden RI dari jalur independen pada
Pilpres 2009.
Pencalonan Slamet di antaranya didukung oleh Aliansi Masyarakat adat
Indonesia, Paguyuban seni dan Budaya Nusantara serta Aliasi Gerakan
Mahasiswa Indonesia. Memang, pintu capres Independen tetutup setelah
Mahkamah Kostitusi menolak uji material UU Pilpres yang tidak
mengkomodasi capres independen.
Slamet terpanggil sebagai capres independen karena ingin
menyelamatkan bangsa dari persoalan yang sedang dihadapi saat ini. Bagi
Slamet, untuk menyelamatkan Bangsa dan Negara Indonesia saat ini,
seharusnya kembali kepada ideologi Pancasila dan UUD 1945. Selai itu
Slamet mengusung program transparansi anggaran, land reform, dan
pengelolaan migas oleh bangsa sendiri.
Profil
Nama : Laksamana Mayda TNI (Purn) Slamet Soebijanto
Tempat/Tgl Lahir : Mojokerto, 4 Juni 1951
Agama : Islam
Tempat/Tgl Lahir : Mojokerto, 4 Juni 1951
Agama : Islam
Pendidikan :
- Pendidikan militer AAL-19 (1973)
- NBCD Course, Nederlands (1979)
- Sys, Weapon Comm.Crs, Nederlands (1979)
- Dik Alut Baru/Ops. School, Holland (1980)
- Command Team Train , (ASW/SW&AWN) (1980)
- Helicopter Direction, Nederlands (1980)
- Command Post Exercise, Philindo (1981)
- Diklapa II/Koum (1983)
- Sus Dan Kapal Atas Air (1985)
- Seskoal Angk-26 (1988/89)
- Operational Art, Yugoslavia (1990)
- Sesko ABRI Angk-20 (1993/94)
- KRA-33 Lemhannas (2000/01)
- NBCD Course, Nederlands (1979)
- Sys, Weapon Comm.Crs, Nederlands (1979)
- Dik Alut Baru/Ops. School, Holland (1980)
- Command Team Train , (ASW/SW&AWN) (1980)
- Helicopter Direction, Nederlands (1980)
- Command Post Exercise, Philindo (1981)
- Diklapa II/Koum (1983)
- Sus Dan Kapal Atas Air (1985)
- Seskoal Angk-26 (1988/89)
- Operational Art, Yugoslavia (1990)
- Sesko ABRI Angk-20 (1993/94)
- KRA-33 Lemhannas (2000/01)
Karier & Penugasan :
- Kasie Navi KRI Thamrin (1974)
- Kadep Navop KRI Rakata (1980)
- Komandan KRI Siliman (1984)
- Komandan KRI pulau Ratewo (1989)
- Kasilingstra Ditdik Seskoal (1991)
- Komandan KRI Mongonsidi (1994)
- Sahli “E” Pangarmatim, Ksubditstratik Ditopslatal (1996)
- Paban V Straops Sops Kasal (1997)
- Asrena Pangarmatim (1998)
- Wasrena Kasal (1999)
- Waasrenum TNI ( 2000)
- Komandan Kodikal (2002)
- Pengkoarmatim (2003)
- Wagub Lemhannas (2003)
- KSAL (2005-2007)
- Kadep Navop KRI Rakata (1980)
- Komandan KRI Siliman (1984)
- Komandan KRI pulau Ratewo (1989)
- Kasilingstra Ditdik Seskoal (1991)
- Komandan KRI Mongonsidi (1994)
- Sahli “E” Pangarmatim, Ksubditstratik Ditopslatal (1996)
- Paban V Straops Sops Kasal (1997)
- Asrena Pangarmatim (1998)
- Wasrena Kasal (1999)
- Waasrenum TNI ( 2000)
- Komandan Kodikal (2002)
- Pengkoarmatim (2003)
- Wagub Lemhannas (2003)
- KSAL (2005-2007)
Sumber : Intelijen
0 komentar:
Posting Komentar