Rabu, Mei 21, 2014
2
PT. PAL Ekspor 'Kapal Raksasa' Ke Jerman, Hong Kong Hingga Turki

SURABAYA-(IDB) : PT PAL (Persero) tidak hanya mengembangkan dan memproduksi kapal untuk keperluan militer. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen kapal yang bermarkas di Surabaya, Jawa Timur itu juga memproduksi kapal niaga untuk berbagai kebutuhan.

Salah satu produk unggulan yang yang terkenal adalah Kapal Kargo Star 50. Kapal raksasa berjenis box shape bulk carrier (double hull) tersebut memiliki bobot 50.000 dead weight tonnage (DWT). Kapal Kargo 50 Star buatan PAL ini telah dijual ke Jerman, Hong Kong hingga Turki.

"Yang kita ekspor Bulk Carrier. Itu produk unggulan produk PAL. Kita jual ke Jerman, Turki, Hong Kong, Italia, dan banyak negara. Ini desain PAL. STAR 50 kita kembangkan sendiri," kata Direktur Utama PAL Firmansyah Arifin kepada detikFinance, Selasa (20/5/2014).

Firmansyah menjelaskan PAL masuk ke dalam bisnis kapal angkutan kargo yang jarang dimasuki pemain kelas dunia. Alhasil PAL mampu bersaing dengan produsen kapal dunia.

"PAL masuk ke curuk pasar. Di antara kelas 40.000 DWT-60.000 DWT. Kita garap 50.000 DWT," sebutnya.

Kapal Star 50 merupakan kapal dengan bobot terbesar yang saat ini diproduksi PAL. Pasalnya untuk membangun kapasitas kapal lebih besar, PAL mempertimbangkan aspek investasi dan keberlanjutan pemanfaatan fasilitas. Sehingga industri kapal dalam negeri akhirnya memilih membeli kapal dengan bobot di atas 50.000 DWT dari luar negeri.

"Persoalan kalau bangun fasilitas yang besar. Bagaimana kontinuitas order," sebutnya.

Selain kapal angkutan curah, PAL juga mampu mengembangkan dan memproduksi kapal tanker berbagai tipe.

Kerjasama Dengan Beberapa Negara Demi Kemandirian Nasional

BUMN produsen kapal, PT PAL (Persero) menggandeng perusahaan galangan kapal asal Belanda, Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS).

Kedua perusahaan kapal tersebut mengembangkan dan memproduksi kapal perang canggih tipe Perusak Kawal Rudal (PKR) atau Fregate.

Kapal Fregate ini merupakan pesanan TNI AL. Langkah menggandeng perusahaan asing ini dilakukan PT PAL untuk memperoleh transfer teknologi.

"PKR kapal tipe tinggi. Ini kalap sekelas light Fregat. Kapal PKR sedang bangun di PT PAL melalui kerjasama. Ini TOT (transfer of technology) sedang proses OJT (on job training) sehingga diharapkan kita bangun PKR," kata Direktur Utama PAL Firmansyah Arifin kepada detikFinance, Selasa (20/5/2014).

Untuk mendukung pengembangan kapal perang tipe perusak ini, PAL telah membangun fasilitas pengembangan dan perawatan di dalam negeri. Selanjutnya, putra putri bangsa bisa memproduksi dan merawat kapal tipe Fregate di Surabaya, Jawa Timur.

"Ke depan bisa bangun sendiri," sebutnya.

Selain mengembangkan kapal perusak, PAL juga memiliki produk unggulan lainnya di bidang militer. PAL telah mengembangkan dan memproduksi Kapal Cepat Rudal 60 Meter (KCR-60). KCR sendiri telah dikembangkan cukup lama oleh PAL ini mengadopsi teknologi kapal buatan Jerman. Kapal ini sendiri telah dipesan oleh TNI AL.

"Itu di tahun 1980-1990an pernah dibangun bersama dengan Jerman. Di situ ada alih teknologi. Setelah sekian tahun, kita baru dapat order dari TNI AL," sebutnya.

KCR sendiri merupakan kapal perang canggih yang bisa diperuntukan untuk pertempuran udara, bawah dan atas laut. "Ini bisa untuk perang udara, permukaan, bawah laut bisa. Dia punya kecepatan tinggi tapi belum ekspor," katanya.

Mandiri Kapal Selam Tahun 2018

Indonesia akan punya kapal selam produksi putra-putri Indonesia asli pada tahun 2018.

Kapal selam ini dikembangkan dan diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perkapalan, PT PAL (Persero) di Surabaya, Jawa Timur.

Proses produksi kapal selam pesanan TNI AL tersebut, paling cepat dimulai akhir 2014. Masa pengerjaan membutuhkan waktu 4 tahun.

"Dari 2014 bisa jadi 2018 atau butuh 4 tahun," Direktur Utama PAL Firmansyah Arifin kepada detikFinance, Selasa (20/5/2014).

Untuk mendukung rencana ini, PAL telah membangun fasilitas pengembangan dan perawatan kapal selam di Surabaya. Untuk mendirikan fasilitas tersebut, PAL mengguyur anggaran US$ 250 juta.

"Investasi US$ 250 juta. Kita betul-betul mulai dari nol," jelasnya.

Untuk mengembangkan kapal selam type DSME 209 tersebut, PAL menggandeng perusahaan kapal asal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME). Firmasnyah menyebut pembangunan fasilitas produksi dan perawatan di Indonesia karena TNI AL masih membutuhkan tambahan kapal selam.

"Memang dari penjelasan kemenhan TNI AL butuh 12 unit. Sekarang kita baru punya 2 masih butuh banyak," sebutnya.




Sumber : Detik

2 komentar:

  1. Menyorot alih tehnologi pembuatan PKR 10514 dari londo ini PT PAL seperti di kadali.Dari enam module yang dibikin PT PAL ada empat modul yang di bikin di Indonesia dibawah pengawasan Damen ,yang dua lagi di bikin di Londo sana .Tenaga Indonesia di sana cuma on Job Training ,tidak ikut proses pembuatan langsung.Jadi kita tot yang diserap cuma bikin empat module.Sementara dua module lagi yang vital mereka yang buat.Jadi tot yang didapat tidak utuh satu kapal.Jadi kalau cuma satu kapal yang di bikin pasti kemampuan kita bikin kapal seutuhnya belum tercapai.Semoga ada program bikin kapal ke dua dimana Empat modul tetap kita yang bikin ,Dua diantaranya adalah modul yang di bikin di londo sana.Untuk kapal ketiga baru kita bisa bikin sendiri.

    BalasHapus
  2. Perihal produk kapal besar sebagaimana artikel diatas, mbok di akui saja, bahwa kita itu (PT PAL) hanya sebagai sub kontraktor dari kontraktor utama dari luar.
    Kasarnya kita hanya sebagai tukang las saja, kita tidak me-design, kita tidak menyiapkan bahan mentah-nya semua sudah di siapkan oleh pihak kontraktor utama.
    Jadi jangan "ngapusi" masyarakat lah, kalau sebagai tukang las ya gpp, masyarakat maklum memang baru itu kemampuannya.
    Siapa tahu dari tukang las, nantinya akan jadi produsen kapal - kapal modern besar dan kapal perang dengan technolgy maju dapat menjadi pesaing galangan kapal terkenal di dunia. Amin.

    BalasHapus