PT. DI Kantongi Pesanan 150 Unit Pesawat N-219
Menteri Perdagangan dan Perindustrian MS Hidayat bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Armida Salsiah Alisjahbana melakukan kunjungan kerja ke PT Dirgantara Indonesia (PT DI), Jumat (7/3/2014). Pembahasannya antaralain soal proyek N219 yang sudah dipesan hingga 150 unit.
"Jadi ada pilot project N219 dimana PT DI bersama Lapan akan melakukan riset dan pengembangannya yang didanai oleh Bappenas. Informasi dari PT DI, mereka sudah ada MoU untuk 150 pesawat," ujar Hidayat saat ditemui di Gedung GPM, PT DI, Jalan Pajajaran.
Hidayat mengatakan pesawat tersebut nantinya akan dioperasikan di kawasan Indonesia Timur sebagai transportasi antar daerah. "Ini untuk juga untuk mendukung program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)," katanya.
Secara terpisah, Dirut PT DI Budi Santoso mengatakan, saat ini prototipe pesawat masih dalam proses pembuatan dan diperkirakan selesai pada 2015. "Sudah mulai bikin tooling untuk komponen. Nanti akan kontrak (produksi) setelah terbang (prototipe)," tutur Budi.
Para pemesan yang tertarik dengan N219 yang memiliki kapasitas 19 seat ini antara lain sejumlah maskapai seperti Lion Air, Nusantara Buana Air dan lainnya.
"Jadi ada pilot project N219 dimana PT DI bersama Lapan akan melakukan riset dan pengembangannya yang didanai oleh Bappenas. Informasi dari PT DI, mereka sudah ada MoU untuk 150 pesawat," ujar Hidayat saat ditemui di Gedung GPM, PT DI, Jalan Pajajaran.
Hidayat mengatakan pesawat tersebut nantinya akan dioperasikan di kawasan Indonesia Timur sebagai transportasi antar daerah. "Ini untuk juga untuk mendukung program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)," katanya.
Secara terpisah, Dirut PT DI Budi Santoso mengatakan, saat ini prototipe pesawat masih dalam proses pembuatan dan diperkirakan selesai pada 2015. "Sudah mulai bikin tooling untuk komponen. Nanti akan kontrak (produksi) setelah terbang (prototipe)," tutur Budi.
Para pemesan yang tertarik dengan N219 yang memiliki kapasitas 19 seat ini antara lain sejumlah maskapai seperti Lion Air, Nusantara Buana Air dan lainnya.
Kandungan Lokal N-219 Capai 60 Persen
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mendukung PT Dirgantara Indonesia (PT DI) terkait proyek pesawat N219. Pesawat murni hasil rancang bangun putra putri Indonesia ini bakal memiliki kandungan lokal hingga 60%.
Demikian disampaikan oleh Hidayat saat melakukan kunjungan kerja ke PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
"Kami antusias dari perindustrian, karena tingkat komponen dalam negeri (TKDN) ini sudah diawali 40% dan akan menuju 60% dalam 5 tahun ke depan. Dengan begitu, kita bisa memproteksi mereka. Karena peraturan pemerintah menyampaikan di atas 40% (TKDN) kita tidak akan mengizinkan impor," ujar Hidayat.
Dengan proyek pengembangan N219 ini Hidayat meyakini industri komponen dan pemasok akan tumbuh untuk memenuhi kebutuhan kegiatan produksi N219. Menurut Hidayat untuk membuat pesawat terbang dibutuhkan industri komponen yang banyak.
"75% bagian dari pesawat ini terdiri dari komponen. Itu semuanya dibuat di dalam negeri. Kami dukung karena ini akan menumbuhkan ratusan industri komponen dan supplier yang semuanya akan memperkuat konstruksi industri dalam negeri," katanya.
Namun, komponen-komponen tersebut dikatakan Hidayat harus distandarisasi kualitasnya supaya memenuhi spesifikasi yang diharapkan. "PT DI bersama Kemenperin akan bekerjasama untuk membuat standar itu supaya sesuai spesifikasi," tutur Hidayat.
Ia mengatakan kementeriannya akan menjamin ketersediaan komponen yang dibutuhkan. Komponen-komponen tersebut antara lain mulai dari ban hingga interior pesawat. "Komponen yang jumlahnya ratusan itu akan menjadi tanggungjawab kami," katanya.
Proyek pengembangan pesawat 19 penumpang N219 ini akan dikerjakan PT DI bersama LAPAN, dengan alokasi dana yang dikucurkan dari Bappenas. Saat ini, detail desain tengah diselesaikan untuk kemudian dibuat prototipenya. Segera setelah protipe jadi dan diterbangkan, 150 pesanan pesawat sudah mengantre untuk segera dilayani.
Demikian disampaikan oleh Hidayat saat melakukan kunjungan kerja ke PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
"Kami antusias dari perindustrian, karena tingkat komponen dalam negeri (TKDN) ini sudah diawali 40% dan akan menuju 60% dalam 5 tahun ke depan. Dengan begitu, kita bisa memproteksi mereka. Karena peraturan pemerintah menyampaikan di atas 40% (TKDN) kita tidak akan mengizinkan impor," ujar Hidayat.
Dengan proyek pengembangan N219 ini Hidayat meyakini industri komponen dan pemasok akan tumbuh untuk memenuhi kebutuhan kegiatan produksi N219. Menurut Hidayat untuk membuat pesawat terbang dibutuhkan industri komponen yang banyak.
"75% bagian dari pesawat ini terdiri dari komponen. Itu semuanya dibuat di dalam negeri. Kami dukung karena ini akan menumbuhkan ratusan industri komponen dan supplier yang semuanya akan memperkuat konstruksi industri dalam negeri," katanya.
Namun, komponen-komponen tersebut dikatakan Hidayat harus distandarisasi kualitasnya supaya memenuhi spesifikasi yang diharapkan. "PT DI bersama Kemenperin akan bekerjasama untuk membuat standar itu supaya sesuai spesifikasi," tutur Hidayat.
Ia mengatakan kementeriannya akan menjamin ketersediaan komponen yang dibutuhkan. Komponen-komponen tersebut antara lain mulai dari ban hingga interior pesawat. "Komponen yang jumlahnya ratusan itu akan menjadi tanggungjawab kami," katanya.
Proyek pengembangan pesawat 19 penumpang N219 ini akan dikerjakan PT DI bersama LAPAN, dengan alokasi dana yang dikucurkan dari Bappenas. Saat ini, detail desain tengah diselesaikan untuk kemudian dibuat prototipenya. Segera setelah protipe jadi dan diterbangkan, 150 pesanan pesawat sudah mengantre untuk segera dilayani.
Lini Produksi PT. DI 15 Unit Per Tahun
Bagi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) proyek pengembangan pesawat N219 sangat menggairahkan. Mereka sudah mengantongi pemesanan sebanyak 150 unit pesawat namun saat ini kapasitasnya masih 15 unit/tahun.
"Harapannya ya bisa bagus," kata Asisten Direktur PTDI Irzal Rinaldi Zailani pada wartawan saat ditemui di PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
Irzal mengatakan PTDI punya kapasitas produksi 10-15 unit pertahun. Namun kapasitas tersebut bisa ditambah jika ada peningkatan peralatan produksi.
Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, Irzal pun menyatakan akan melakukan ekspansi ke pasar internasional. "Setelah ini, tentu kita akan tawarkan ke luar. Karena kompetitor di kelas ini hanya twin otter yang masa umur sayapnya sudah pada habis," ungkapnya.
Seperti diketahui PTDI bersama Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) mendapatkan proyek untuk mengembangkan pesawat N219 berkapasitas 19 orang. Untuk pembuatan desain hingga prototipe, pemerintah melalui Bappenas akan mengucurkan dana sekitar US$ 30 juta atau sekitar Rp 300 miliar.
"Untuk riset dan pengembangan sampai dengan prototipe itu di-cover full oleh pemerintah via LAPAN. Jumlahnya sekitar US$ 30 juta," uar Irzal.
Rencananya LAPAN akan melaksanakan uji terbang dan uji struktur, sedangkan PTDI akan membuat prototipenya.
"Harapannya ya bisa bagus," kata Asisten Direktur PTDI Irzal Rinaldi Zailani pada wartawan saat ditemui di PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
Irzal mengatakan PTDI punya kapasitas produksi 10-15 unit pertahun. Namun kapasitas tersebut bisa ditambah jika ada peningkatan peralatan produksi.
Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, Irzal pun menyatakan akan melakukan ekspansi ke pasar internasional. "Setelah ini, tentu kita akan tawarkan ke luar. Karena kompetitor di kelas ini hanya twin otter yang masa umur sayapnya sudah pada habis," ungkapnya.
Seperti diketahui PTDI bersama Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) mendapatkan proyek untuk mengembangkan pesawat N219 berkapasitas 19 orang. Untuk pembuatan desain hingga prototipe, pemerintah melalui Bappenas akan mengucurkan dana sekitar US$ 30 juta atau sekitar Rp 300 miliar.
"Untuk riset dan pengembangan sampai dengan prototipe itu di-cover full oleh pemerintah via LAPAN. Jumlahnya sekitar US$ 30 juta," uar Irzal.
Rencananya LAPAN akan melaksanakan uji terbang dan uji struktur, sedangkan PTDI akan membuat prototipenya.
Penjualan 40-45 Unit PT. DI Sudah BEP
Hingga kini PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sudah punya 150 pesanan untuk pembuatan pesawat N219. Berdasarkan perhitungan, PTDI sudah bisa balik modal atau break even point (BEP) saat bisa menjual 40-45 pesawat.
"Asumsinya, kalau 150 pesawat sudah bisa dipesan, tadi saya tanya BEP berapa, kira-kira 40-45-an pesawat katanya," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat saat ditemui saat melakukan kunjungan kerja ke PTDI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
Prototype N219 ini diharapkan bisa selesai pada 2015 sehingga bisa diujicoba terbang pada 2016. Setelah produksi N219 untuk kebutuhan dalam negeri, PTDI pun diharapkan bisa menjual N219 keluar negeri. Hidayat pun menyatakan akan membantu memasarkan.
"Kenapa PTDI harus komersial itu supaya sustainable," katanya.
Hidayat optimistis BUMN industri dirgantara PT DI berkembang pesat dengan proyek pesawat murni rancang bangun sendiri yaitu N219.
"Harga pesawatnya sekitar US$ 5 juta (Rp 50 miliar)," ujarnya,
"Asumsinya, kalau 150 pesawat sudah bisa dipesan, tadi saya tanya BEP berapa, kira-kira 40-45-an pesawat katanya," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat saat ditemui saat melakukan kunjungan kerja ke PTDI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
Prototype N219 ini diharapkan bisa selesai pada 2015 sehingga bisa diujicoba terbang pada 2016. Setelah produksi N219 untuk kebutuhan dalam negeri, PTDI pun diharapkan bisa menjual N219 keluar negeri. Hidayat pun menyatakan akan membantu memasarkan.
"Kenapa PTDI harus komersial itu supaya sustainable," katanya.
Hidayat optimistis BUMN industri dirgantara PT DI berkembang pesat dengan proyek pesawat murni rancang bangun sendiri yaitu N219.
"Harga pesawatnya sekitar US$ 5 juta (Rp 50 miliar)," ujarnya,
Pemerintah Serius Kembangkan Dan Lindungi Industri Dirgantara
Menperin MS Hidayat mengatakan industri dirgantara yang memproduksi pesawat terbang akan terus dikembangkan dan dilindungi agar Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pesawat kecil untuk menghubungkan wilayah-wilayah yang sulit dijangkau melalui darat dan laut.
"Kami sangat mendukung industri dirgantara karena pengembangan industri tersebut akan menumbuhkan ratusan bahkan ribuan industri lainnya," ujarnya di sela kunjungan kerja ke PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3).
Menurut dia, kebutuhan pesawat di Indonesia sangat besar untuk menghubungkan berbagai daerah. Pemerintah pusat bersama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan pemerintah daerah telah mendiskusikan spesifikasi kebutuhan pesawat yang bisa menghubungi daerah-daerah terpencil.
Oleh karena itu, katanya, pemerintah mendukung proyek pengembangan pesawat N219 berkapasitas 19 orang oleh PT DI, karena sesuai dengan kebutuhan di dalam negeri.
"Pesawat dalam negri diperkirakan sudah bisa memenuhi komponen lokal 40 persen dan akan terus ditingkatkan menjadi 60 persen," katanya.
Hidayat berjanji bila komponen lokal pesawat itu sudah mencapai 60 persen, maka akan dilindungi dari persaingan dengan produksi sejenis buatan asing yang lokal kontennya rendah.
Selain Kemenperin, pemerintah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga mendukung lewat suntikan dana sebesar Rp 400 miliar untuk melakukan riset dan pengembangan (R&D) pesawat N219.
PT DI akan bekerja sama dengan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) untuk riset dan pengembangan N129 sebanyak empat prototipe pesawat yang akan diujicoba.
"Tahun ini, kami menganggarkan bantuan riset melalu LAPAN sebanyak Rp 310 miliar tahun ini dan Rp 90 miliar tahun depan," kata Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana yang juga berkunjung ke PT DI.
VP Marketing PT DI, Arie Wibowo, mengatakan pihaknya membutuhkan dana riset dan pengembangan N219 sekitar Rp 500 miliar. "Sisanya akan kami ambil dari hasil penjualan kami," katanya.
Selama ini BUMN strategis tersebut telah memproduksi dan memasarkan pesawat CN235, di samping helikopter, dan NC212, serta sejumlah komponen pesawat yang nilai ekspornya mencapai 25-30 juta dolar AS/tahun.
Sementara itu, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin Budi Darmadi mengatakan industri pesawat terbang akan menumbuhkan ratusan industri komponen.
"Saat ini ada sekitar 40-50 industri komponen yang berpotensi mampu mendukung pengembangan pesawat tersebut," katanya.
"Kami sangat mendukung industri dirgantara karena pengembangan industri tersebut akan menumbuhkan ratusan bahkan ribuan industri lainnya," ujarnya di sela kunjungan kerja ke PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3).
Menurut dia, kebutuhan pesawat di Indonesia sangat besar untuk menghubungkan berbagai daerah. Pemerintah pusat bersama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan pemerintah daerah telah mendiskusikan spesifikasi kebutuhan pesawat yang bisa menghubungi daerah-daerah terpencil.
Oleh karena itu, katanya, pemerintah mendukung proyek pengembangan pesawat N219 berkapasitas 19 orang oleh PT DI, karena sesuai dengan kebutuhan di dalam negeri.
"Pesawat dalam negri diperkirakan sudah bisa memenuhi komponen lokal 40 persen dan akan terus ditingkatkan menjadi 60 persen," katanya.
Hidayat berjanji bila komponen lokal pesawat itu sudah mencapai 60 persen, maka akan dilindungi dari persaingan dengan produksi sejenis buatan asing yang lokal kontennya rendah.
Selain Kemenperin, pemerintah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga mendukung lewat suntikan dana sebesar Rp 400 miliar untuk melakukan riset dan pengembangan (R&D) pesawat N219.
PT DI akan bekerja sama dengan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) untuk riset dan pengembangan N129 sebanyak empat prototipe pesawat yang akan diujicoba.
"Tahun ini, kami menganggarkan bantuan riset melalu LAPAN sebanyak Rp 310 miliar tahun ini dan Rp 90 miliar tahun depan," kata Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana yang juga berkunjung ke PT DI.
VP Marketing PT DI, Arie Wibowo, mengatakan pihaknya membutuhkan dana riset dan pengembangan N219 sekitar Rp 500 miliar. "Sisanya akan kami ambil dari hasil penjualan kami," katanya.
Selama ini BUMN strategis tersebut telah memproduksi dan memasarkan pesawat CN235, di samping helikopter, dan NC212, serta sejumlah komponen pesawat yang nilai ekspornya mencapai 25-30 juta dolar AS/tahun.
Sementara itu, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin Budi Darmadi mengatakan industri pesawat terbang akan menumbuhkan ratusan industri komponen.
"Saat ini ada sekitar 40-50 industri komponen yang berpotensi mampu mendukung pengembangan pesawat tersebut," katanya.
Sumber : Detik
Apa betol negeri mat indon dijajah amerika.betol tak.kenapa emas tembaga mat indon dirompak oleh pt freeport dan pt newmont.gas minyak di rogol dan diragut oleh chevron .exxon.wahahaha kerajaan mat indon dijajah amerika sampai tahun 2777 berbeza dengan kerajaan malaysia minyak.gas.pokok kelapa sawit perusahaan tempatan yang ambil contoh petronas.hahahaha mat indon negeri jajahan amerika.rakyatnya miskin jadi kuli babu .pejabat kerajaan terbabit rasuah korupsi.indon nak jadi kerajaan yg berjaya hohoho tak mungkin.kami orang melayu jadi tuan dinegeri kami.itulah ketuanan melayu.melayu jadi tuan mat indon jadi kuli
BalasHapusJangan dibalas... kembali fokus menganalisis alutsista....
HapusKamu orang Malaysia coba baca ini !!! bisa bahasa Inggris kan???
HapusMalaysia one of the most corrupt nations ! By Jeniffer Gomez, September 27, 2013
Ernst & Young survey shows :
Malaysia 54%
China 34%
Indonesia 29%
Vietnam 27%
New Zealand 13%
Singapore 11%
Australia 10%
Sout Korea 6%
Malaysia has been ranked as one of the most corrupt nations and listed as a country which is most likely to take shortcuts to meet targets when economic times are tough, according to a recent survey by Ernst & Young, signalling that the government's Performance Management and Delivery Unit (Pemandu) has failed in its role to transform the economy.
Malaysia, along with China, has the highest levels of bribery and corruption anywhere in the world, according to the latest report, Asia-Pacific Fraud Survey Report Series 2013.
This year's survey polled 681 executives in China, Singapore, Australia, New Zealand, Indonesia, Vietnam, Malaysia and South Korea.
About 39% of respondents said that bribery or corrupt practices happened widely in Malaysia, a figure which is nearly double the Asia-Pacific average of 21%.
Kalau kamu orang Malaysia tak percaya kamu boleh browsing di
http://www.themalaysianinsider.com/malaysia/article/malaysia-one-of-the-most-corrupt-nations-survey-shows
akakakakakakakakakakakakkkkkk ,,,, kalian orang Malaysia memang hebat,,, kalian tahu bahwa kami orang Indonesia tak suka lihat website English,,, jadi kalian bisa pura-pura bersih ,,, kebetulan saya suka lihat website English,,, akakakakakakakakakakakakk
akakakakakakakakkkk kamu orang malaysia sudah lihat itu report kah ? bersih betul kerajaan kau tuu yaah??? 54% ??? paling tinggi korupsinya ???
Hapusmalon jilat meme eli dan isap kontol mat saleh,kau kire kau banyak cantek ke???malon-malon kecik kecik tak mau mampos udah besar nyusahkan orang, kau kire kau pandai kah,ha,baru bise ganti merk mobil ke merk proton udah sombong,,baru bise ganti merk helikopter ke merk nuri udah sombong,baru bise ganti merk mobil daihatsu ke perodua udah sombong,bangsa malon adalah bangsa pemalas,terutama orang melayu nye,,,malon malon baru bise bikin kartun upin-ipin dah sombong,,tapi animator nya bukan orang malon asli,ape agik suku melayu malon pemalas nak mampos
HapusPADAN MUKE KAU
Maklumlah malonte kan gak punya Demokrasi, kebebasan pers, dan otoriter. Jadi berita apapun tentang kebejatan sultan dan pejabat mereka itu tidak bisa di sorot. Kalo negara RI memiliki koruptor itu bisa di lengserkan, coba malonte siapa yg berani menurunkan sultan mereka. 10 Tahun lagi malonte memiliki sistem pemerintahan Monarki Ditaktor. Tenang saja malon kalo kalian mau minta bantuan untuk menghancurkan sistem monarki di bangsa kalian itu hal yg mudah. Akakakakak
Hapusgmana lon rasanya jilat pantat british?
BalasHapusNegeri awak dirogol amerika diam sahaja.emas minyak gas dicuri amerika.awak bangang bin bodo jeee whehehehehe
Hapusehmmm mo ikutan kasih komentar ni.. pada mo tau komentarnya ga? ehmm gimana ya? kasih tau ga ya? pada mo tau aja apa pada mo tau banged..??
HapusPesanan 20 unit C 212 400 untuk MNA gimana ceritanya?
BalasHapusMbok kalau gagal atau batal di umumkan nggak usah malu di bisnis pembatalan kontrak itu lumrah.
Kenapa harus membuat N 219?
Bagaimana nasib C 212 400?
The faith of singaporean, malaysian, australian are become british dog guard, and the destinya of singaporean, malaysian, australian are become british slave.
BalasHapusMerdeka dulu seperti Indonesia, baru kemudian singapore, malaysia, australia bisa mulai mimpi untuk buat pesawat terbang seperti Indonesia.
Sebenarnya iyaa....di jajah america antek antek bezutan orde baru danza danza bangga ! Krupsi merampok berjemaah america pun bangga singapore jadi bases tukang tadah para maling 2 dari indo
BalasHapusMalaysia can't find it's own missing malaysian airline !! Stupid malaysians !! Stop flying airplanes.
BalasHapusMalaysia dah iri hati ke...
BalasHapusMaklum lah rakyat banyak mulut kita terima je lah...
Sebagai rakyat indo kita harus merendah diri jgn macam rakyat sebelah tu baru dapat gaji rm900 ratus je dah berlagak sombong dah macam datuk....
Kalau bisa bikin pesawat yg benner srius , bikin baru setelah jadi malah di pajang di bawah pohon ?... langsung uji terbang kalau sudah di bikin bukan di pajang bawah pohon ....
BalasHapusRakyat jelata penasaran n219 sudah jadi gak terbang 2... emang kenapa ?....
kamu jelata ya?? kasiaaaaan
Hapuskalo lasannya dana ane yakin ini gk akan mangkrak
BalasHapusdngan devisa 102M USD jadi msh aman
alasan yg ane takutin adalah kemungkinan di ganggu oleh kpntingan asing
menurut saya PT DI kemarin mati suri.. sekarang malah baru siuman langsung dapat beban berat..
BalasHapuspelan2 dulu atau mungkin pt DI perlu melakukan mark up besar2-an dan jangan aja berpusat di satu tempat..
mungkin dibagi2 lah (membuat anak cabang perusahaan) ada yang mengurus untuk pesawat komersil, pesawat tempur, helicopter sehingga plan lebih tertata
o iya sekedar info kalau ada yang pengen UANG TAMBAHAN
coba klik link ini...
http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=315009
bukan penipuan dan sudah terbukti..
coba lihat dulu dan baca.. tidak ada salahnya kok.. cocok lakukan tidak cocok tinggalkan :>)
Ano 07.41, ano 07.57 Kamu orang Malaysia coba baca ini !!! bisa bahasa Inggris kan???
BalasHapusMalaysia one of the most corrupt nations ! By Jeniffer Gomez, September 27, 2013
Ernst & Young survey shows :
Malaysia 54%
China 34%
Indonesia 29%
Vietnam 27%
New Zealand 13%
Singapore 11%
Australia 10%
Sout Korea 6%
Malaysia has been ranked as one of the most corrupt nations and listed as a country which is most likely to take shortcuts to meet targets when economic times are tough, according to a recent survey by Ernst & Young, signalling that the government's Performance Management and Delivery Unit (Pemandu) has failed in its role to transform the economy.
Malaysia, along with China, has the highest levels of bribery and corruption anywhere in the world, according to the latest report, Asia-Pacific Fraud Survey Report Series 2013.
This year's survey polled 681 executives in China, Singapore, Australia, New Zealand, Indonesia, Vietnam, Malaysia and South Korea.
About 39% of respondents said that bribery or corrupt practices happened widely in Malaysia, a figure which is nearly double the Asia-Pacific average of 21%.
Ini bukang ngarang,,, Kalau kamu orang Malaysia tak percaya kamu boleh browsing di
http://www.themalaysianinsider.com/malaysia/article/malaysia-one-of-the-most-corrupt-nations-survey-shows
akakakakakakakakakakakakkkkkk ,,,, kalian orang Malaysia memang hebat,,, kalian tahu bahwa kami orang Indonesia tak suka lihat website English,,, jadi kalian bisa pura-pura bersih ,,, kebetulan saya suka lihat website English,,, akakakakakakakakakakakakk
Dasar Lembaga Riset, yg UAV belum selesai secara complementer eh.....ini sudah ada mainan baru lagi padahal sama - sama alat Surveillance juga.
BalasHapusTahun anggaran depan bikin mainan apa lagi buat ngabisin anggaran, selain roket dengan seabreg dimensi dari yg diameter paling kecil hingga diameter 550 cm yg nggak pernah selesai.
Maklum namanya riset kalau gagal atau tidak berkembang yg wajar falsafahnya kan "Tried & Error".
Jadi habisin anggaran saja toh anggaran yg ada saja 60 prosen habis untuk belanja pegawai, yg 40 prosen untuk Risetnya di "SUNAT" dulu, pantas kalau hasil risetnya selama puluhan tahun ya gitu - gitu saja, bosen mbaca artikel ini.
Ano 05.39, siapa yang suruh kamu baca artikel ini? kalau bosan lompat aja ke luar jendela, kok sewot amat
HapusKandungan lokal 60 prosen itu pasti yang terbanyak adalah prosentase di aspek pembuatan engineeringnya yg kalau ndak salah mencapai 40 prosen sendiri.
BalasHapusSedang yg 20 prosen lagi mungkin di ambil dari "man hour" SDM yg terlibat, sehingga yg 40 prosen yg merupakan bagian yg sangat fundamental berupa komponen, produk dukungan, serta yang lain termasuk uji coba, sertipikasi kelayakan terbang.
Namun biasanya hal - hal yg bersifat penting dan menentukan dari suatu rentetan suatu perjalanan produk pesawat terbang nggak pernah di publikasikan kepada umum.
Mis, Engine, Avionik, kabel, paku rivet, landing gear, allumunium plaatrool, dsbnya termasuk alat2 kalibrasi dan laboratorium.
buktikan & jangan banyak ngomong, mumpung masih hidup.
BalasHapusomongannya manusia malasial itu nggak perlu ditanggapi panjanglebar
BalasHapusMalasial Itu=NEGERI PARASIT/BENALU
Malasial Itu=NEGERI HARAM
kenapa PT DI tidak menghidupkan lagi proyek N 250. Dari rancang bangun hingga perlengkapannya sduah ada, tinggal diganti mesin dan teknologinya yg lebih canggih, sehingga lebih menghemat biaya
BalasHapus