JAKARTA-(IDB) : Selain mengembangkan pesawat terbang perintis, Lembaga Antariksa dan
Penerbangan Nasional (LAPAN) juga telah membuat dan mengembangkan roket
dengan tingkat daya jelajah jauh.
Roket ini mampu terbang dengan tingkat jelajah 300 Km lebih dan merupakan cikal bakal roket penarik satelit buatan Indonesia.
"Namanya roket Sonda, kita lepas roket dan bawa muatan biasanya untuk mengukur parameter atmosfer. Roket ini juga merupakan cikal bakal roket pembawa satelit," ungkap Kepala Pusat Teknologi Roket LAPAN Rika Andiarti ,Senin (3/3/2014).
Roket ini adalah pengembangan dari roket jenis sebelumnya yang telah dikembangkan oleh LAPAN. LAPAN sudah berhasil memproduksi roket jenis air han, roket 122, roket 337 yang mempunyai jangkauan jelajah 100 Km lebih.
Selain itu dengan kehadiran roket Sonda ini akan mempermudah para pengusaha terutama jasa telekomunikasi lokal yang ingin menerbangkan satelitnya ke luar angkasa.
Selama ini satelit telekomunikasi milik Indonesia seperti Satelit Palapa dan lainnya hanya bisa diterbangkan di negara lain seperti Jerman dan Amerika Serikat. Hal ini karena Indonesia masih belum mempunyai roket dengan daya jangkauan tinggi.
"Sistemnya sudah sedemikian rupa kita buat. Roket ini dapat membawa muatan sendiri dan dilengkapi transmitter jarak jauh dan alat pengirim data. Roket juga dibekali muatan diagnostik seperti di dalam ada sensor dan GPS agar data dapat dikirim ke bawah," imbuhnya.
Roket ini mampu terbang dengan tingkat jelajah 300 Km lebih dan merupakan cikal bakal roket penarik satelit buatan Indonesia.
"Namanya roket Sonda, kita lepas roket dan bawa muatan biasanya untuk mengukur parameter atmosfer. Roket ini juga merupakan cikal bakal roket pembawa satelit," ungkap Kepala Pusat Teknologi Roket LAPAN Rika Andiarti ,Senin (3/3/2014).
Roket ini adalah pengembangan dari roket jenis sebelumnya yang telah dikembangkan oleh LAPAN. LAPAN sudah berhasil memproduksi roket jenis air han, roket 122, roket 337 yang mempunyai jangkauan jelajah 100 Km lebih.
Selain itu dengan kehadiran roket Sonda ini akan mempermudah para pengusaha terutama jasa telekomunikasi lokal yang ingin menerbangkan satelitnya ke luar angkasa.
Selama ini satelit telekomunikasi milik Indonesia seperti Satelit Palapa dan lainnya hanya bisa diterbangkan di negara lain seperti Jerman dan Amerika Serikat. Hal ini karena Indonesia masih belum mempunyai roket dengan daya jangkauan tinggi.
"Sistemnya sudah sedemikian rupa kita buat. Roket ini dapat membawa muatan sendiri dan dilengkapi transmitter jarak jauh dan alat pengirim data. Roket juga dibekali muatan diagnostik seperti di dalam ada sensor dan GPS agar data dapat dikirim ke bawah," imbuhnya.
Ditargetkan ujicoba roket pembawa satelit ini bisa dilakukan tahun
depan. Namun dikatakan Rika, sebagian besar bahan baku pembuat roket
masih diimpor dari negara lain.
Bahan baku yang diimpor mulai dari lempengan baja hingga tabung roket. Oleh karena pihaknya menjalin kerjasama dengan perusahaan baja nasional yaitu Krakatau Steel (KS) untuk membuat lempengan baja dan tabung roket di dalam negeri.
Ia mengatakan industri roket kita ini belum didukung sepenuhnya di dalam negeri karena beberapa material roket masih impor. Menurutnya untuk mendapatkan komponen yang bagus dari luar negeri juga cukup sulit.
"Sebetulnya masih banyak bahan baku roket yang masih impor. Baja-baja yang kita pakai kita banyak impor. Makanya kita kerjasama dengan KS yang membuat pelat baja yang kita inginkan," jelasnya.
Bahan baku yang diimpor mulai dari lempengan baja hingga tabung roket. Oleh karena pihaknya menjalin kerjasama dengan perusahaan baja nasional yaitu Krakatau Steel (KS) untuk membuat lempengan baja dan tabung roket di dalam negeri.
Ia mengatakan industri roket kita ini belum didukung sepenuhnya di dalam negeri karena beberapa material roket masih impor. Menurutnya untuk mendapatkan komponen yang bagus dari luar negeri juga cukup sulit.
"Sebetulnya masih banyak bahan baku roket yang masih impor. Baja-baja yang kita pakai kita banyak impor. Makanya kita kerjasama dengan KS yang membuat pelat baja yang kita inginkan," jelasnya.
Sumber : Detik
Mantappss...secara teori / konsep tapi pertanyaannya KAPAN??!
BalasHapusBosen mbaca berita LAPAN, kituh kituh bae ti baheula.
Hapussabar omm............
HapusMantap, percepatlah ayo Indonesia bisa, saya rakyat jelata menunggu kehadirannya dan akan bangga bicara diluar sana.
BalasHapusah...paling2 pake kembang api...kekeke
BalasHapusLanjutkan. . .saya mendukung penuh langkah LAPAN. . . 8-)
BalasHapusudah berapa tahun merdeka??? indon bisa buat apa??? buat anak yg bisa, kalau petasan gak usah dbanggakan...dasar pemalas
BalasHapuspetasan berdaya ledak nuklir cukup buat ngetes ledakan ke malon ... blaaarrr malon ilang ... ngungsi ke negeri sulu .... hmm pemalas aja bisa bikin petasan berdaya ledak nuklir apalagi rajin....
HapusHahahaaaaaa :D
HapusCakep pung.
apalagi kabupaten singapure sombong tuh paling butuh berapa menit..
HapusMemang Mas bro,se angkatan 1945 hanya Indonesia yang lemot risetnya,ibarat anak sekolah sering bolos,gak ngerjain PR,sering di strap di depan kelas,coba lihat China,India,Iran,Pakistan dan Korea Utara sudah pada lepas landas menuju angkasa luar sedangkan Indonesia malah ketiduran di landasan,ya beginilah jadinya.....
HapusPaling cepat Lapan bisa mengorbitkan satelit dengan roket buatan sendiri tahun 2030,karena pemerintah tidak mendukung risetnya berupa penyediaan anggaran yang cukup,kalau Lapan harus keluar uang sendiri yang tersengal sengal kantongnya.
BalasHapusbluffing nya ... Indonesia banget. Mana tahan... RX 550 saja belum jelas nasibnya, apalagi kirim satelit sebesar Palapa. Memangnya diameter palapa 550 mm. Optimis dan semangat harus, tapi realistis dan jangan bohong ... road mapnya mana? Duitnya mana? SDM nya?
BalasHapusSbenarnya kita prihatin sekali dengan biaya yang dipasok oleh pemerintah ke LAPAN. Kenapa ya pemerintah itu hanya suka dengan keinginan besar sementara pasokan biaya ke Eksperimen dan pengembangan selalu kecil. hadeh Itu lapan tolong dech suntikan dananya. biar tidak besar pasak daripada tiang
BalasHapusSebenarnya PT Krakatau Steel hrs membuat devisi sendiri bekerjasama dg PT Lapan, utk menyiapkan bahan baja yg bgmn yg hrs disiapkan utk keperluan roket dan PT Krakatau Steel tdk akan terganggu bisnisnya serta keperluan peroketan NKRI dpt terpenuhi. Salam............
BalasHapus